Padahal rencana awal ia tak mau keluar dan hanya membicarakan nya disini. Di ruang tamu nya.
Karena Sean memaksa akhirnya ia sekarang berganti baju.
Ia memakai rok se lutut dengan cardigan semi crop sebagai atasan nya yang berwarna toska.
Rambut nya ia Cepol asal-asalan. Namun saat ia keluar dari kamar Sean memandang Ailane tanpa berkedip sekalipun.
Sean justru tergoda sekali dengan penampilan Ailane sekarang. Ia lemah saat melihat rambut Ailane sengaja gadis itu kuncir asal-asalan. Menambah kecantikan dalam diri ailane sekarang.
Ia tak bisa membayangkan jika wanita cantik yang sedang berada di depan nya itu dilamar oleh orang lain kemudian tidak menjadi milik nya lagi.
Ia tak sabar menanti saat dimana saat ia membuka matanya pemandangan pertama kali yang ia lihat adalah Ailane yang sedang tertidur di sebelah nya. Bukan lagi bertemu di kantor dan bersikap layak nya tidak memiliki hubungan.
"Ayo, kata nya mau jalan." Ajak Ailane
"Om Sean!"
"Eh? Ada apa Ailane?" Ia tersadar jika terlalu asyik memperhatikan kecantikan Ailane ia sampai tak menyadari jika sedang diajak mengobrol oleh gadis itu.
"Jadi jalan gak sih? Kalau gak jadi Ailane ganti baju!"
"Jadi. Kamu kenapa hmm marah-marah seperti ini? Kamu sedang pms?" Goda Sean.
Tuhan, Sean tidak kuat melihat Ailane yang nampak menggemaskan sekali sekarang.
"Kalo iya kenapa? Salah?!" Ucapan Ailane meninggi.
Pantas Ailane marah-marah ternyata sedang kedatangan tamu bulanan.
"Tidak. Kamu tidak salah cantik, yang salah saya karena tidak langsung mengajakmu pergi..."
"Ayah ibu Ailane mau pamit," teriak Ailane saat tidak menemukan kemana kedua orang tua nya.
"Langsung berangkat saja nak, tangan kita sedang kotor." Saut Indro dari belakang tak kalah kencang juga.
Ah! Mereka sedang berkebun pasti sekarang suara nya pun dari belakang rumah nya.
Di belakang rumah Ailane memang ada sebuah kebun kecil biasa untuk keluarga mereka tanami cabai atau sayuran lain yang mudah untuk tumbuh tanpa perawatan khusus.
Ailane masuk ke dalam mobil Sean. Sebelum ia pasang sabuk pengaman nya Sean terlebih dahulu yang memasang kan nya.
"Jangan ada yang memasangkan sabuk pengaman selain saya." Ucap nya dengan penuh kepemilikan.
Siapa juga coba yang akan memasangkan nya sabuk pengaman selain Sean? Ia hanya dengan dengan Sean dan juga Rayhan saja. Rayhan memakai motor tidak ada sabuk pengaman.
"Ini kita mau kemana om?"
"Berkeliling saja."
Salah satu hal yang ailane sukai saat masuk ke dalam mobil Sean adalah aroma maskulin khas tubuh Sean langsung menusuk ke indera penciuman nya.
"Kamu mau membicarakan apa Ailane?"
"Euhm, bisa berhenti dulu gak om?"
Bahaya jika tiba-tiba ailane mengucap kan nya dengan keadaan Sean yang masih mengendarai mobil nya.
Mobil Sean menepi di sebuah jalanan sepi.
Benar-benar sepi sekali, bahkan sangking sepi nya ailane saja tak berani melewati jalanan ini karena takut di begal.
Mobil mereka sudah berhenti.
Sean membalikkan tubuh nya menyamping dan posisi nya sekarang sedang menatap wajah Ailane. Menikmati keindahan ciptaan tuhan yang sedang berada di hadapan nya itu.
"Om jangan marah tapi,"
"Apa?" Baru saja Ailane mengucap kan kata itu namun respon Sean sudah tidak enak dan raut muka nya langsung memasang tatapan curiga.
"Janji dulu,"
"Janji apa?" Tanya Sean. Ia gemas sendiri kenapa Ailane tak langsung saja mengucapkan apa yang akan ia ucapkan.
Berbasa-basi seperti ini malah membuat Sean merasa was-was. Seperti ada sesuatu besar yang sedang Ailane sembunyikan dari nya.
"Janji jangan marah,"
"Kenapa?" Balas Sean cuek.
"Om ih! Yauda aku gak jadi cerita." Nyali Ailane ciut kembali.
"Saya tidak akan marah sayang, cepat ceritakan apa yang sedari tadi mengganjal pikiran mu."
"Kok om tau kalau ini ngeganjel pikiran Ailane?"
"Saya tidak buta. Kamu tegang sekali. Entah karena takut saya marah atau karena permasalahan ini cukup berat untuk diceritakan?"
Kedua tebakan yang disebut kan oleh Sean itu semuanya tepat sasaran.
"Pelan-pelan saja Ailane,"
Ailane menarik nafas nya panjang, "Kemarin...."
"Kemarin kenapa?" Desak Sean.
"Bentar, ailaen belum selesai ngomong nya ihhh!" Sean terlalu tidak sabar hingga memotong ucapan ailane yang masih belum terselesaikan itu.
"Kemarin Rayhan ngelamar aku, tapi aku belum kasih jawaban."
Legaaaaaaa! Membicarakan sedetry kalimat itu langsung membuat hati nya lega.
"Kamu sedang bercanda?" Tanya Sean seperti tidak percaya atas apa yang ia dengar barusan.
Ailane mengeluarkan ponsel nya dan menunjukkan sebuah chat dari Rayhan yang laki-laki itu kirimkan semalam namun ia belum membalas pesan itu hingga kini.
Rayhann: Ay, aku masih tunggu jawaban kamu soal lamaran aku kemarin.
Melihat itu Sean langsung naik darah. Baru saja saat ia di rumah Ailane tadi ia tak bisa membayangkan jika ada seseorang yang melamar ailane. Ternyata memang sudah terjadi. Ia kalah cepat dengan karyawan nya itu.
Sean benar-benar merasa tersaingi dan juga terancam sekarang dengan keberadaan rayhan.
"Telfon dia ajak ketemu sekarang." Tekan Sean.
"Buat apa?" Ailane kebingungan kenapa Sean mengucapkan kata itu?
"Kamu atau saya yang menelfon dia?"
Gawat! Mending dia saja yang menelfon. Ia takut jika Sean yang menelfon nya malah akan terjadi peperangan nanti karena ia yakin jika Sean sekarang sedang dikuasai oleh emosi.
Ailane menelfon Rayhan. Dan tak lama setelah itu Rayhan langsung menjawab telfon nya tanpa menunggu lama.
"Kenapa Ay?" Tanya Rayhan dari sebrang sana.
Ia sengaja menyalakan mode speaker agar Sean juga bisa dengar apa yang sedang mereka bicarakan.
"Bisa ketemu sekarang Ray?"
"Bisa ay! Dimana? Kamu share lokasi nya aja ya nanti aku langsung kesana." Saut Rayhan semangat menerima ajakan Ailane itu untuk bertemu.
Rayhan tak tahu saja yang sedang ingin bertemu dengan nya adalah Sean.
"Ya udah. Tunggu aku share ya Ray."
Ailane mematikan sambungan telepon itu.
"Ketemu dimana?" Tanya Ailane.
Yang ingin bertemu adalah Sean berati harus Sean pula yang menentukan lokasi dimana mereka akan bertemu nanti nya.
"Cafe Agam aja."
Ailane mulai membagikan lokasi kepada Rayhan.
Ting!
"Apa jawab nya?" Tanya Sean penasaran dengan balasan dari Rayhan.
Rayhann: Aku otw ya ay.
Sean memutar balikan mobil nya ke arah cafe Agam.
Ailane baru pertama kali mendengar nama cafe itu. Makhlum Ailane jarang sekali pergi ke cafe.
Kemarahan Sean sudah berada di ubun-ubun sekarang. Namun ia tak bisa melampiaskan kemarahan nya sekarang saat mengemudi seperti ini. Karena bisa membahayakan nyawa Ailane.
Mereka seperti nya datang lebih dahulu ke cafe ini ketimbang Rayhan.
Sean tak perlu bersembunyi sekarang seperti dulu. Ia duduk di salah satu meja bersama dengan Ailane.
Bahkan sedari tadi Sean tidak melepaskan genggaman di tangan nya dari tangan ailane.
Kemudian Rayhan datang. Ailane melambaikan tangan nya kepada Rayhan karena awal nya tadi Rayhan seperti mencari-cari keberadaan nya.
Saat Rayhan berada di dekat mereka Rayhan seperti terkejut sekali melihat Sean yang kini sedang duduk sambil menggenggam tangan Ailane.
Rayhan juga bisa melihat jika Ailane tidak menolak Sean.
"Duduk Ray," ucap Ailane.
Rayhan duduk di depan Ailane dan juga Sean.
"Kamu mau bicara soal ini?" Rayhan langsung menyadari kenapa Ailane mengajak nya untuk bertemu sekarang.
Ia tadi sempat berekspektasi tinggi jika Ailane mengajak nya bertemu karena menerima lamaran nya kemarin.
Ailane mengangguk, "Maafin aku Ray. Aku lebih milih dia ketimbang kamu. Kamu berhak dapet cewek diluar sana yang jauh lebih baik ketimbang aku."