Hari ini hari pertama Ailane berkerja di pekerjaan barunya. Menjadi cleaning servis sepertinya bukan suatu pekerjaan yang sulit, karena ayah nya dulu sempat bekerja menjadi seorang cleaning servis selama beberapa tahun.
Waktu itu ailane masih duduk di bangku SMP. Karena warung makan yang mereka kelola terancam tutup waktu itu Indro pun akhirnya mencari pekerjaan tambahan untuk mencukupi keluarga mereka.
Warung mereka terancam tutup karena pada saat itu banyak sekali orang orang yang membuka warung karena melihat warung makan keluarga Ailane sangat ramai. Semenjak banyak warung yang tiba-tiba buka disekitaran warung nya membuat warung Ailane menjadi sepi pembeli.
Sejak itu awalnya Indro memutar otak nya untuk membuka usaha lain yang lebih memiliki peluang untuk menghasilkan uang lebih banyak dari warung nya ini. Ingin mencari pekerjaan tapi Indro tak memiliki pengalaman kerja sama sekali.
Mengapa begitu? Sejak muda Indro hanya dididik kedua orang tua untuk berdagang. Mulai dari bergadang baju di pasar hingga ia menikahi Sarah dan membuat sebuah warung makan bersama-sama.
Indro ingin membuka usaha baru, namun tak ada modal. Tabungan nya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga nya dan biaya pendidikan Ailane. Bisa saja tabungan mereka ia jadikan modal usaha baru, namun jika begitu mereka mencukupi kebutuhan nya memakai apa?
Indro mencari pekerjaan di koran dan melihat ada sebuah lowongan pekerjaan mencana cleaning servis. Tanpa pikir panjang Indro melamar pekerjaan disana, bagi nya menjadi cleaning servis tidak membutuhkan pengalaman pekerjaan yang terlalu kuat.
Selama beberapa tahun Indro menjadi cleaning servis keuangan mereka perlahan naik karena Indro mendapatkan uang atau penghasilan yang tetap dari cleaning servis. Dan menjadikan warung hanya untuk penghasilan tambahan saja.
Namun setelah beberapa tahun menjadi cleaning servis warung nya ramai sekali dan Sarah tidak bisa melayani pembeli mereka seorang diri. Akhirnya karena merasa kasian dengan sang istri yang harus repot karena itu, Indro mengalah dan memilih resign dari pekerjaan nya.
Benar, warung mereka ramai sekali seperti awal. Kebutuhan mereka kembali tercukupi tanpa perlu Indro bekerja kembali.
Indro selalu mengucapkan sesuatu hal kepada Sarah saat sang istri merasa sayang karena Indro harus melepaskan pekerjaan tetap nya.
"Sudah Bu, itu artinya rejeki keluarga kita berasal dari warung ini. Tidak ada yang lain, kini sudah cukup. Kamu hanya perlu menambah rasa syukur kamu itu, Bu."
Jika sudah begitu Sarah tidak akan membahas masalah pekerjaan yang Indro lepas hanya demi untuk bekerja di warung.
Keluarga Ailane selalu dilimpahkan rasa syukur.
Begitupun Ailane, tapi tidak setelah ia mencoba untuk bekerja di dunia malam hanya demi mengejar uang banyak dengan alasan ingin membuat ekonomi keluarga nya menjadi lebih stabil.
Kini ia tersadar sesuatu, ia akan merasa bersalah benar-benar merasa bersalah jika menafkahi keluarga nya menggunakan uang haram hasil pekerjaan malam nya. Entah haram atau tidak tetap saja ia mendapat kan uang dari salah satu pekerjaan yang tak baik.
Membuatnya ingat kembali dan merasakan jengkel itu lagi kepada Sean. Namun bagaimanapun ia juga berutang budi kepada Sean, rahasia nya aman tidak sampai terdengar di kedua orang tua nya.
Walaupun waktu itu Sean terllihat akrab dan membicarakan banyak hal dengan kedua orang tua nya, namun Sean sama sekali tidak menyinggung perkara pekerjaan nya itu.
Bisa tidak ia ingin kembali ke masa kecil? Ia benci sekali jika harus menjadi dewasa. Pikirannya banyak sekali, tapi yang paling mengganjal adalah bagaimana agar ia bisa membahagiakan orang tua nya.
Ia ingin menjadi orang kaya, agar saat kedua orang tua nya sudah tua nanti mereka tidak perlu lagi untuk bekerja hanya tinggal berada di rumah menikmati masa tua dan gantian Ailane yang bekerja keras untuk membiayai masa tua mereka.
Untuk masalah menikah ia tak terlalu memusingkan hal itu. Jodoh sudah berada di tangan Tuhan, setiap oran pasti sudah memiliki seorang jodoh yang sudah ditulis di garis takdir mereka.
Ia bingung, Sean kemarin tidak bilang hari pertama kerja ia harus memakai baju seperti apa. Ia juga bego karena tidak menanyakan hal ini kepada Sean.
Ia terlalu gengsi untuk menanyakan banyak hal kepada Sean kemarin, alhasil ia seperti orang bego yang tak tahu harus apa sekarang.
Sangking semangat nya kerja, ia sampai bangun dini hari. Setengah empat pagi ia sudah bangun karena tidak sabar untuk bekerja di pekerjaan baru nya.
Ia berharap semoga lingkungan kerjanya nanti orang-orang disekitar nya bisa membuat dirinya nyaman.
Sekarang saja masih pukul lima pagi.
Ya ampun! Ia juga tidak menanyakan jam berapa masuk kerja nya? Astaga Ailane! Kenapa ia begitu bodoh sekali?
Gausa nuruti gengsi dulu. Harus wa om Sean. Ucapnya dalam hati.
Ia melihat Sean baru saja online, tumben sekali pukul segini ia sudah bangun. Apa Sean tahu jika ia akan mengirimkan sebuah pesan dan sengaja bangun pagi untuk nya?
Tidak, tidak, tidak. Kenapa dengan pemikiran nya? Kenapa ia sangat percaya diri dengan asumsi yang ia buat sendiri?
Ailaneavalee: om
Pesan sudah terkirim.
Bebarapa saat kemudian ia mendengar alunan lagu dari Olivia Rodrigo pertanda ada sebuah telfon masuk. Siapa orang yang pagi-pagi buta ini menelpon nya?
Ia melirik ternyata Sean?
Tanpa pikir panjang, ia mengangkat telfon dari Sean dan menempelkan di telinga nya.
"Selamat pagi Ailane," sapa Sean.
"Selamat pagi om, ada apa nelpon ailane pagi-pagi?" Tanya Ailane.
"Saya hanya ingin menjawab apa yang akan kamu tanyakan setelah ini." Jawab Sean penuh percaya diri.
Ailane terdiam, bagaimana Sean tau jika ia mengirimkan nya pesan untuk menanyakan sesuatu?
"Halo Ailane? Kenapa diam?" Tegur Sean karena tak mendapat kan jawaban dari Ailane.
"Enggak. Ailane mau tanya nanti Ailane pakai baju apa? Terus berangkat jam berapa dari rumah? Ailane gatau masuk nya jam berapa kemarin lupa mau tanya." Cerocos Ailane.
Dari seberang sana, diam-diam Sean melebarkan senyumnya. Akhirnya ia bisa mendengarkan cerocos an Ailane kembali setelah sekian lama ia tidak mendengar kan nya.
"Baju nya untuk cleaning servis dikasih seragam dari sana. Kamu saat berangkat bebas mau memakai baju apa dan langsung ke ruangan saya untuk mengambil seragam kamu. Untuk berangkat terserah kamu jam aktif di mulai pukul setengah delapan. Jangan terlambat," jelas Sean.
Ailane mengangguk paham, ayah nya juga mendapat kan seragam dulu saat menjadi cleaning servis.
Jika ditanya Ailane malu atau tidak menjadi seorang cleaning servis nantinya, kenapa harus malu? Ia menjadi cleaning servis di gaji dan gaji nya halal. Tidak ada suatu hal yang membuat ia malu untuk ini.
"Oh gitu, makasih om."
"Mau bareng saya?"
"Enggak! Nanti banyak orang yang tau gimana?" Tanya Ailane.
Sebisa mungkin setelah ini ia harus menghindari Sean dan bersikap seolah-olah tidak mengenal Sean saat bekerja nanti eh malah Sean mengajak nya untuk berangkat bersama.
Bagaimana jika banyak orang tau? Jelas semua akan memandang ia sebagai w*************a. Tidak masuk akal saja jika nanti seorang bos pemilik perusahaan tertarik dengan seorang cleaning servis yang berpenampilan biasa saja tidak ada yang menarik dari Ailane.
"Ailane matiin telfon nya mau siap-siap!"
Tut----
Telfon sudah dimatikan secara sepihak oleh Ailane tanpa mendengar persetujuan dari Sean terlebih dahulu.
Jika setengah delapan sudah mulai aktif bekerja ia berati pukul tujuh tepat harus sudah berada disana. Apalagi ia harus mengambil seragam nya dan berganti pakaian. Mungkin setengah tujuh kurang sepuluh ia sudah harus berangkat ke tempat bekerja nya.
Ia belum mandi, lebih baik ia mandi terlebih dahulu. Ia ingin keramas, sudah dua hari ia belum berkeramas karena ia baru saja selasai dapat tamu setiap bulan nya bagi perempuan.
Ia mandi dan selesai mandi nya lumayan lama sekitar setengah jam, karena memang ia harus keramas dan juga menuangkan sabun sebanyak-banyaknya agar tubuh nya wangi nantinya.
Ailane sudah kuat kamar mandi dan jam menunjukkan pukul setengah enam.
Ia bingung harus memakai baju seperti apa, akhirnya ia putus kan untuk memakai baju saat ia gunakan kemarin waktu interview kerja. Ia mencium aroma baju itu, masih wangi dan tidak bau karena ia memakai nya juga tidak terlalu lama.
Untung saja Ailane bukan tipe orang yang mudah berkeringat atau mengeluarkan bau badan yang bau.
Ailane harus menyemprot parfum lagi di baju nya itu agar tidak terlalu bau sekali meskipun memang tidak bau.
Orang tua nya sudah pergi sejak pagi-pagi buta.