Alya
Napasku masih memburu. Aku bisa melihat hantu yang telah kukeluarkan telah pergi dari rumah ini. Ilmu ruqyah yang kupelajari dari imam masjid beberapa tahun lalu nyatanya berguna untuk sekarang ini.
Nancy masih pingsan tak berdaya. Ardi dan Soraya ragu-ragu mendatanginya, sementara Kiran dan Dian menatapku enggan, bingung dan takut. Mungkin ini kali pertama bagi mereka melihatku melakukan pengusiran seorang diri. Jujur saja, aku merasa sangat lemas sekarang tapi Nancy butuh seseorang yang menguatkannya. Tubuhnya pasti sakit semua.
Aku bergerak ke arah Nancy dan memeriksanya yang berkeringat dingin. Pelan-pelan ia mulai sadar dan membuka matanya meski aku tahu sangat berat. Ardi membantuku setelah aku menatapnya datar. Celananya sudah basah, begitupun dengan rok Raya. Ini pengalaman pertama bagi keduanya.
Aku meminta Ardi membopong tubuh Nancy ke sofa terdekat dan ia menurutiku. Kuminta Kiran untuk mengambilkan Nancy satu gelas air putih di dapur tapi ia tetap bergeming. Aku tahu kenapa, karena ia masih ketakutan oleh sosok hantu noni belanda itu.
"Ran! Kiran!" panggilku dan ia mulai tergagap menatapku. "Lo juga bisa lihat, kan? Udah gak ada di rumah ini!" kataku
"Tapi Al... Rasa-rasanya.... " kalimatnya berhenti karena aku mendelik ke arahnya. Aku tahu yang Kiran rasakan, karena aku dan Dian pastinya juga merasakannya. Hantu itu memang tidak ada di dalam rumah tapi auranya masih tertinggal di sekitar kami.
Perlahan aku menoleh ke luar dan benar dugaanku, hantu itu ada di suduh kolam renang dan sedang balas menatapku dengan tajam lalu tertawa mengerikan.
Hantu itu berdiri di bawah pohon mangga yang rindang. Kutebak di sanalah ia bersamayam selama ini. Ia masih menatapku dengan matanya yang penuh darah dan rambutnya yang panjang menjuntai. Pakaian putihnya yang lebar dan panjang itu benar-benar membuatnya nampak seperti kuntilanak. Ia tak akan pergi dari lingkungan ini jika aku tak mengabulkan keinginannya untuk membalaskan dendamnya, padahal aku benar-benar tak tertarik dengan kisah masa lalu kelamnya berabad-abad yang lalu.
Kiran hendak menoleh mengikuti arah pandanganku, tapi seketika itu pula aku memanggilnya lantang.
"Jangan menoleh!" kataku. "Jika tetap ingin melihat lo harus berani! Makhluk seperti mereka jika lo takut mereka bisa nguasai tubuh lo!" tegasku.
"Tapi benar-benar mengerikan, Al... "
"Dia mengerikan karena dia mengganggu! Selebihnya jika tidak mengganggu, lo biasa aja kan?" kataku. "Ambilkan Nancy minum di dapur!" seruku lagi.
Kiran menarik napas panjang lalu mengembuskannya dan akhirnya ia berlalu ke dapur.
Hantu itu harus di usir dari rumah Nancy agar tak menganggu keluarga Nancy. Nancy sudah lemah dan pastinya setelah ini ia akan mudah sekali dimasuki makhluk halus jika ia lemah dan banyak pikiran.
Usai memberikan minum ke Nancy, aku berdiri. Dian dan Kiran memandangku penuh tanya.
"Ke mana Al?"
"Aku harus usir hantu itu."
"Tapi, Al... " kata Dian tapi aku tak peduli. Aku berjalan ke arah kolam renang dan membuka pintu kacanya. Hantu itu menatapku mengerikan dan tak takut sama sekali. Aku balas menatapnya tajam. Yang kuingat dari imam masjid adalah 'Jika kamu melakukan pengusiran dan menggunakan ilmuku, kamu tidak boleh takut dan harus fokus. Kamu berani, kamu bisa, kamu kuat!'
Kata-kata itulah yang terus terngiang di telingaku hingga kini saat aku berhadapan dengan hantu noni belanda yang sangat cantik.
"Pergi dari sini atau aku harus mengusirmu dengan cara menyedihkan!" perintaku. Ia tertawa menantangku dan aku balas memandangnya dengan sangat tajam, kemudian dengan sangat cepat ia sudah berada di hadapanku.
Bau darah yang amis dan aroma dendam , kesedihan dan kesengsaraan menguat jadi satu. Matanya yang penuh darah itu menatapku dari jarak lima centimeter saja. Aku tak bergeming sama sekali saat ia menatapku lekat-lekat seperti ini. Aku juga balas menatapnya tak takut. Aku siap menantangnya jika ia berani sekali lagi berusaha mengganggu teman-temanku.
"Yang kau lihat di sekolah itu nyata!"
"Aku tahu!" bentakku dan ia tertawa keras dan puas.
"Dia dendam! Dendam kepada keluarga kalian semua! Ha ha ha ha ha. " aku sedikit terhenyak kaget mendengar fakta bahwa hantu sekolahku yang mengerikan itu memiliki dendam pada keluargaku dan keluarga teman-temanku.
Tapi kenapa?
"Bukan urusanmu!" kataku.
"Balaskan dendamku, maka aku akan membantumu!"
"Aku tidak melakukan perjanjian dengan Iblis. Dan demi Allah yang Maha Besar aku tak memerlukan pertolonganmu!" kataku tajam dan keras di telinganya.
Hantu itu tertawa keras dan marah. Ia terbang berputar-putar di atas kolam renang. Mengerikan melihatnya seperti itu. Darah yang keluar dari matanya dan dadanya juga perutnya tak mau berhenti. Aku menduga ia mati disiksa dari tiga bagian titik itu.
Jika diperhatikan dengan seksama bahwa matanya tak hanya penuh darah tapi juga terluka yang mengerikan sekali.
"Balaskan dendamku!"
"Tempatmu bukan di dunia ini! Pergi!" kataku. Aku kembali merapalkan doa-doa yang kuperoleh dari imam masjid dengan penuh keyakinan dan kemantapan.
Hantu itu terbang lebih cepat, aku tahu kalau ia mulai kesakitan atas doa-doaku. Akhirnya ia pun terjatuh di sisi kolam renang tak jauh dariku.
Kedua tangannya dengan kuku panjangnya menyentuh lantai, ia merangkak kesakitan saat aku melapalkan doa-doa. Berulang kali ia berteriak kesakitan dan darah-darah di matanya bercucuran keluar.
Mengerikan.
Entah kekuatan apa yang digunakannya padaku. Aku bisa melihat sekelibat-sekelibat seperti roll film.
Seorang gadis noni belanda yang cantik sedang bermain ayunan di bawah pohon. Beberapa pemuda menikmati parasnya dari jauh dengan mata-mata yang haus akan pesona.
Tiba matahari telah terbenam, sang gadis berlari masuk ke dalam rumah. Entah pukul berapa sang gadis mengantar lelaki paruh baya kelua rumah dengan membawa tas kerja. Lelaki paruh baya itu masuk mobil dinas bersama beberapa rekannya yang Menjemputnya. Ia melambai pada si gadis hingga hilang di depan pagar.
Sang gadis berbalik hendak masuk ke dalam rumah, belum juga ia berhasil memegang gagang pintunya, tubuhnya diseret tiga pria. Sang gadis meronta-ronta sementara mulutnya dibekap salah satu pemuda. Sang gadis dan ketiga pemuda masuk ke dalam rumah.
Pakaian sang gadis dilucuti satu persatu dengan sadis. Tak cukup hanya melakukan penghinaan itu, mereka bahkan menampar wajahnya berulang-ulang kali hingga ia mengeluarkan darah dari bibir dan hidung. Perbuatan tak semestinya terjadi di rumah itu. Raungan kesakitan dan permohonan menyudahi aksi b***t ketiga pria itu tak dihiraukan oleh para pemuda. Mereka terlalu asyik menikmati fantasinya. Sang gadis lemah terkulai.
Mataku telah basah. Ingatan yang bukan mililkku ini benar-benar membuatku merinding. Tapi kekuatan doaku tak kunjung kulepaskan.
Sampai tiba disuatu adegan sadis, ketiga pemuda itu membawa mayat sang gadis yang telah mereka bunuh untuk mereka kubur sekenanya dibawah pohon.
"Aku akan menguburkanmu dengan layak!" kataku saat aku telah menyudahi doaku.
Hantu gadis cantik noni belanda itu meneteskan air matanya mendengarkanku. "Pergilah dengan tenang. Aku dan teman-temanku akan menguburkanmu dengan layak." kataku lagi seraya melirik pohon mangga yang kuyakini di sanalah mayatnya berada.
Hantu itu menoleh ke arah pohon mangga dan menatapnya sendu lalu kembali menatapku dan mengangguk lalu terbang kembali ke pohon tersebut dan lenyap dibalik pohon mangga.