Meet Mr. Bagas

1044 Kata
Rangga memencet tombol di kunci pintar yang ada di tangannya untuk mengunci mobilnya. Setelah itu, Rangga berjalan masuk ke dalam kantornya. Ia baru datang dari pagi ini. Pagi ini, pundak dan dadanya terasa ringan sekali. Ia berangkat dengan penuh semangat. Rangga teringat kejadian tadi malam. Menghabiskan waktu pulang kerja bersama Nabila, membuatnya merasa ceria. Ia berjalan ke arah kantor. Saat sudah berada di pintu kantor, ia melihat Nabila sudah memulai pekerjaannya. Rangga tersenyum senang mengingat tadi malam. Ia memperhatikan Nabila yang masih belum menyadari kedatangan Rangga. Pagi ini, nampaknya Nabila pun juga tampak lain. Ia terlihat lebih bersinar dari sebelumnya. Dan Rangga bisa menyadarinya. "Nabila?" sapa Rangga. Nabila yang fokus pada pekerjaannya, mengalihkan pandangannya dari arah komputer. Ia menengok ke arah suara laki-laki yang memanggilnya. Ada Rangga yang tadi tengah menyapanya. "Kamu sudah datang?" Nabila balik menyapa dengan tersenrum. Rangga melangkah memasuki kantornya. Mendekat ke arah Nabila. "Kamu pagi sekali? Bagaimana dengan Vano?" tanya Rangga. Nabila terhenyak dengan pertanyaan Rangga itu. Masih sempat terpikir olehnya juga soal Vano. Nabila pikir, jika Rangga hanya sekedar lewat di kejadian tadi malam saja. Rupanya, Rangga juga peduli pada Vano. "Bukankah biasanya kamu menitipkan Vano di tempat penitipan jam delapan? Masih tersisa satu jam lagi," lanjut pertanyaan Rangga. Nabila merasa sangat bahagia hanya mendengar Rangga yang bertanya soal Vano begitu saja. Bahkan mantan suaminya saja sama sekali tidak peduli. Namun, bagaimanapun Nabila masih tetap harus menyembunyikan rasa bahagianya itu. "Hari ini tempat penitipan anak, buka lebih pagi dari biasanya. Jadi apa salahnya jika aku berangkat lebih awal," jelas Nabila. Rangga hanya mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti. "Tapi, apa tidak apa-apa Vano ditinggal?" tanya Rangga lagi. Nabila mendengarnya dengan terharu. "Aku sengaja berangkat pagi karena ingin memastikan data dari para pencatat data sudah benar. Jadi, aku mengawasi mereka sebentar dan langsung menghitung hasilnya," jelas Nabila. Rangga masih terdiam mendengar Nabila. Tentu saja, diamnya menunjukkan bahwa ia bangga. "Oh iya. Tadi, aku sudah ke proses produksi untuk mengambil data produksi tadi malam, jadi kita bisa mengolah dan menganalisisnya lebih cepat," ujar Nabila lagi. Kemudian, Nabila mengambil satu kertas yang baru saja ia cetak di mesin print, dan ia menunjukkannya pada Rangga. Rangga menerimanya. "Untuk perolehan mass balance hari ini, lumayan bagus, tapi untuk pengurutannya... kita harus menganalisisnya lebih cermat lagi," kata Nabila menjelaskan. Rangga membaca hasil olahan data dari Nabila tadi. Ia yang mengamati kertas itu melihatnya dan tengah berpikir. Bahkan, datanya sudah ketemu dengan benar. "Kamu... bisa menghitungnya?!" tanya Rangga dengan setengah berseru. "Ya," jawab Nabila cepat dengan mengangguk-anggukkan kepalanya. "Aku mencari tahu rumusnya sebentar dan sedikit menguatkan atiknya di Microsoft excel. Begitu aku sudah tahu, aku terapkan saja," jelas Nabila lagi. Rangga kembali berfikir. Ia sangat beruntung ada Nabila di sampingnya. Pekerjaannya banyak sekali berkurang. Bahkan Nabila bisa membuat rumus sendiri melalui Microsoft exel untuk membuat perhitungannya menjadi lebih mudah. "Bagus Nabila. Ayo kita tunjukkan pada pak direktur," ajak Rangga bangga. "Pak direktur?" ulang Nabila yang setengah terhenyak. "Ya. Lebih cepat mengelola data ini, akan lebih baik. Jadi, kita akan semakin banyak waktu untuk mempersiapkan presentasi pada tim auditor yang akan datang nanti," kata Rangga lagi. "Tapi Rangga... menurutku, masih banyak yang harus diperbaiki," kata Nabila yang masih ragu. "Percayalah padaku. Aku sudah mengerti. Aku hanya perlu membuat laporan pada pak Bagas saja," ujar Rangga meyakinkan. Nabila masih ragu untuk meng-iyakannya. "Lebih baik kamu saja yang pergi," kata Nabila pada Rangga. "Kenapa? Ini semua kan hasil pekerjaanmu? Kamu sendiri yang akan menjelaskannya juga pada pak Bagas nanti," kata Rangga lagi. "Aku tentu bisa menjelaskannya. Tapi, jika untuk bertemu dengan pak direktur secara langsung? Aku rasa, tidak," kata Nabila. Nabila berpikir panjang. Dia pikir. Siapa dirinya? Ia hanya seorang karyawan baru. Meskipun saat ini ia sudah menjadi seorang staff administrasi, tapi dia tetap saja tidak memiliki rasa percaya diri untuk bertemu dengan pak direktur secara langsung. "Tenang saja. Aku ada di sampingmu," kata Rangga meyakinkan. Nabila kembali terhenyak akan kalimat Rangga tersebut. Ia menatap Rangga sebentar. Entah, rasanya ada sesuatu yang mendadak terasa aneh dengan kalimat Rangga baru saja. Rangga masih melihat ke arahnya. Meyakinkannya sekali lagi. Sekian detik Nabila berpikir, akhirnya ia menuruti permintaan Rangga untuk menemui pak Bagas dengan Rangga. *** Ruang direktur diketuk beberapa kali. Pak direktur yang mendengarnya mempersilahkan masuk. Rangga dan Nabila masuk ke ruangannya. Setelah itu, mereka juga tidak lupa untuk dipersilahkan duduk. Untuk pertama kali secara formal, Nabila berhadapan dengan pak direktur. Meskipun, sebelumnya ia pernah berhadapan dengan pak direktur dalam tes kemarin, tapi rasanya tetap berbeda dengan hari ini. Nabila benar-benar menjaga sikap dengan sopan di depan direktur. Meskipun begitu, Nabila tetap saja masih merasa gugup. "Ada apa Rangga? Pagi-pagi sudah datang mencariku?" tanya pak Bagas. "Maaf, sebelumnya. Apa saya tidak mengganggu anda?" tanya Rangga sopan. "Tidak. Apa ada perkembangan mengenai sistem audit nanti?" Pak Bagas gantian bertanya. Rangga memberitahu pak direktur kedatangannya di sini. Bahwa ia mmemiliki konsep baru. Konsep untuk menghadapi tim auditorial berkenaan dengan akreditasi nanti. "Tentu saja. Silahkan," kata pak direktur memberi kesempatan pada mereka berdua. Rangga mulai menjelaskan secara terperinci hasil pekerjaan Nabila soal traceability. Sekaligus, menjelaskan konsep yang akan ia jalankan ketika tim auditor datang dua bulan lagi. Lalu ia memberikan waktu untuk Nabila menjelaskan keterangan data yang Nabila buat. "Silahkan, Nabila," ujar pak direktur yang gantian memberikan waktu pada Nabila. Nabila tersenyum mengangguk. Kemudian, ia mulai menjelaskan apa yang baru diperolehnya. Tentang rumus yang baru saja diterapkannya. Tentang semua analisisnya juga. Pak direktur memperhatikan Nabila. Saat menyampaikan analisisnya, beliau bisa melihat bahwa Nabila memang perempuan yang lumayan pintar. Pikir pak Bagas sejenak. Jadi, menurutnya Rangga memang tidak salah pilih untuk menjadikan Nabila ini menghadapi audit akreditasi nantinya. Dengan berjalannya konsep ini, pak Bagas langsung dengan mudah menerimanya. Pak direktur yang mendengarnya, terlihat menyetujui dan mengatakan akan menjalankan konsep Rangga tersebut. Rangga dan Nabila terlihat sangat senang karena pak direktur menyetujuinya. Tugas Rangga selanjutnya hanya tinggal mengkoordinasi ke tim yang lain. Saat mereka terlibat dalam percakapan yang lumayan penting, pintu ruangan pak direktur tiba-tiba terbuka. Ada yang membukanya dari arah luar. Sontak, semua mata tertuju ke arah pintu pak direktur. Saat pintu sudah terbuka lebar, mereka semua melihat seorang perempuan. Tyas baru saja mmebuka pintu papanya. Tyas juga baru tahu jika di dalam ruangan papanya, ada orang lain. Tyas semakin terkejut saat melihat ada Nabila di salah satu orang di dalam kantor papanya itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN