“Sah!” Kata itu menjadi alunan merdu di telinga Naina. Seperti sebuah mantra yang membawanya dalam labirin indah yang memanjakan mata. Walau air mata Naina tetap meluncur layaknya hujan, tetap saja ada getaran bahagia di hatinya. Benar, tidak selamanya air mata itu duka, karena ada kalanya akan terjatuh karena bahagia. Naina melirik Lay yang terlihat jauh lebih bahagia darinya. Satu pertanyaan merambat dalam hati, sebahagia itukah Lay menikah dengannya? Tidak pernah Naina sangka, bocah yang ia tolak mati-matian dan ia rendahkan serta ia hina habis-habisan, malah menjadi penyelamat hidupnya. Membawanya dalam kisah baru yang mungkin tidak pernah Naina duga arah jalannya seperti apa. Namun, apa pun itu, Naina bersyukur karena Lay selalu ada di saat ia terpuruk karena orang-orang beren