Meet again

1075 Kata
                “Mandi mbak, ada yang mau ketemu hari ini.”                 “Loh, siapa?” Tanya Aliya yang masih setengah sadar. Wanita paruh baya itu seketika berdecak pinggang ketika anak nya seakan tidak mengerti dengan apa yang ia katakan barusan.                 “Loh, calon suami mu loh.” Aliya langsung bangkit ketika mendengar ucapan mama nya barusan, Aliya tidak pernah menyangka bahwa pria itu akan datang lebih cepat dari dugaannya. Tidak, Aliya belum siap. Aliya belum mau ketemu orang baru. Sekarang Aliya lagi galau.                 “Bisa di tunda dulu gak?” Tanya Aliya kepada mama nya, gadis itu panik hingga perut nya tiba-tiba terasa sakit ketika tahu bahwa orang yang akan di jodohkan dengannya akan datang hari itu juga.                 “Loh, kenapa mbak?” Tanya sang mama.                 “Aku haid.” Jawab Aliya dengan asal.                 “Kamu ini ada-ada aja, kenapa emang nya kalau kamu haid? Mama cuma pengen kamu ketemu sama mas mu. Pengen ngeliat kalian saling mengenal, ngobrol, biar saling tau satu sama lain. Bukannya suruh kamu bikin anak sekarang. Udah ah, mama males ngoceh, sekarang mandi, dandan yang cantik, terus mama tunggu di bawah. Satu jam lagi, dia sampai.” Ucap wanita paruh baya itu sembari berjalan pergi, meninggalkan anaknya sendirian di kamar nya.                 “Anjir… gue harus ngapain ini.” Desis Aliya sembari terus melirik jam di dinding kamarnya, mau tidak mau, hari itu juga, ia harus bertemu dengan calon suami nya. *****                 Aliya menggerutu kesal ketika mama dan papa serta Aletta sejak tadi mengolok-olok dirinya, iya, mereka semua sedang duduk bersama di sebuah ruang keluarga sembari menunggu calon suami Aliya datang. Aliya kesal karena sebenarnya ia masih mampu untuk mencari calon suaminya sendiri, namun orang tua nya seakan-akan membuat Aliya terlihat tidak mampu lagi mencari pasangan untuk dirinya sendiri.                 “Mbak, habis ini lo pasti langsung mikir. Nikahnya pakai adat apaa yaaaa.” Ucap Aletta sembari meledek sang kakak, orang tua mereka hanya tertawa apalagi ketika melihat wajah putri sulung mereka yang sehari-hari sangat tegas, kini terlihat ciut di hadapan mereka.                 “Gua tendang ya kaki lo.” Balas Aliya dengan sensi, sementara Aletta hanya tertawa sembari terus mengolok-olok kakak nya itu. tidak lama kemudian, suara pagar di buka terdengar dari ruangan tempat mereka duduk, Aliya yakin orang itu adalah orang yang akan di jodohkan dengannya. Baru mendengar suara mobilnya saja Aliya sudah degdegan setengah mati, keringatnya bahkan terlihat di pelipisnya padahal pendingin ruangan selalu menyala. Harusya Aliya biasa saja, tapi entah kenapa ia merasa tegang ketika sadar bahwa orang yang datang adalah pria yang selama ini ia hindari.                 “Assalamualaikum.” Terdengar suara pria dari depan, papa dan mama Aliya buru-buru keluar untuk menyambut calon menantunya tersebut, berselang beberapa detik terdengar suara-suara obrolan, sementara Aliya masih mematung di tempatnya. Aletta yang sadar bahwa kakak nya itu sedang di rundung kepanikan, akhirnya berinisiatif melempar bantal setidaknya agar kakak nya itu sadar.                 “Sana mbak cepetan, nanti lu di marahin mama kalau masih leyeh-leyeh di sini.” Ucap Aletta, dan benar saja, belum sampai satu menit Aletta berbicara, mama nya sudah muncul, meminta Aliya untuk keluar.                 “Ayo mbak, di tungguin loh itu.” Mau tidak mau Aliya menurut, rasanya begitu aneh. Jantungnya berdegub kencang, padahal harusnya ia biasa saja, masih ada kesempatan untuk membatalkan perjodohan konyol itu kalau saja ia dan pria itu sama-sama menolak.                 “Al, ini mas mu. Gellar namanya. Lar, ini Aliya. Anak sulung mama.” Aliya dan Gellar sama-sama mematung di tempatnya, Gellar yang berdiri di hadapan Aliya saat ini adalah Gellar yang Aliya temui di Bali kala itu. Gellar yang mengajaknya kenalan di tengah malam, Gellar yang mengajak nya berkeliling Bali untuk sama-sama menghilangkan kepenatan, dan Gellar yang ia tinggalkan demi menenangkan Dean malam itu. Keduanya terlihat canggung satu sama lain, hingga orang tua Aliya mempersilahkan mereka untuk duduk.                 “Eh duduk dulu atuh, malah liat-liatan. Udah jantuh cinta ya?” Celetuk wanita paruh baya itu. Aliya langsung menatap tajam mama nya, sementara itu sang mama hanya bisa tersenyum penuh kejahilan.                 Setelah berbincang-bincang cukup lama, kini tiba dimana Aliya dan Gellar punya waktu untuk mengobrol berdua, setelah makan malam, akhirnya orang tua Aliya mempersilahkan mereka berdua untuk mengobrol. Canggung rasanya, apalagi Aliya tahu bahwa orang yang di jodohkan dengannya adalah Gellar. Sungguh dunia hanya sesempit daun kelor.                 “I never expected that he is you. Gila ya dunia.” Ucap Aliya, kini mereka berdua sedang duduk di taman belakang, melihat ikan-ikan yang berenang kesana kemari, kadang berkumpul jika di beri makan oleh Gellar.                 “Saya gak kenal kamu.” Ucap Gellar dengan nada bicara yang cukup dingin. Aliya kaget mendengar jawaban dari pria itu, bisa-bisanya dia bilang dia tidak mengenal Aliya sementara mereka telah menghabiskan 2 hari bersama di Bali kala itu.                 “Nggak… nggak. Ini kamu kayak nya lupa deh. Heyyy… I am Aliya, the girl u met at Kuta beach, in the middle night. Masa udah lupa sih? Kita bahkan jalan-jalan bareng loh?! Heyy!” Ucap Aliya kesal. Sementara Gellar, pria itu hanya diam, memasang ekspresi datar nya sembari terus melempar makanan untuk ikan-ikan itu.                 “Aliya, yang di Hotel Elanor. Masa gak inget? Astaga. Masa belum tua tapi udah pikun sih.” Sambung Aliya yang berusaha meyakinkan Gellar bahwa ia adalah wanita yang Gellar temui ketika mereka berada di Bali. Aliya berusaha meyakinkan Gellar bahwa mereka berdua pernah bertemu sebelumnya, namun Gellar juga dengan gigih nya tidak mengakui bahwa mereka pernah bertemu.                 “Orang lain kalau gitu.” Ucap Gellar. Aliya menyerah, ia mengalihkan pandangannya dari pria itu. tapi hatinya masih belum puas, karena memang yang di hadapannya itu adalah Gellar yang ia temui di Bali.                 “Au ah kesel.” Desis Aliya. Keduanya masih diam, tidak ada percakapan di antara keduanya hingga Gellar berdiri kemudian pamit kepada Aliya.                 “Saya masuk dulu ya. Mau ngomong sama bapak sama ibu.” Ucap Gellar, Aliya mengangguk lalu mengekor di belakang pria itu, Aliya penasaran dengan apa yang akan pria itu katakan kepada orang tua nya. Mereka berdua kemudian berjalan bersama menemui orang tua Aliya, Gellar duduk tepat di hadapan papa Aliya.                 “Untuk rencana perjodohannya saya setuju om, saya ikut aja kata om, tante, mama sama papa.” Ucap Gellar. Aliya melongo, mereka bahkan belum membahas mengenai kesepakatan itu tetapi pria di sebelahnya itu sudah main setuju-setuju saja.                 “HEH, LO UDAH GILA YA?!” Ucap Aliya spontan. Gadis itu langsung mendapat tatapan tajam dari kedua orang tua nya. Sial, Aliya ingin protes, tetapi ia juga segan kepada kedua orang tua nya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN