Ayara dan Athar sudah duduk secara berdampingan. Pak penghulu menyuruh mereka untuk menandatangani buku pernikahan. Saat memegang pena, Athar tidak sengaja menjatuhkan pena tersebut karena tenaganya memang sudah terkuras habis. Padahal ia tidak melakukan apapun, namun tetap saja gejolak perasaan membuat tubuhnya mendadak kehilangan tenaga. Debaran jantung Ayara juga tidak menentu. Meskipun ijab kabul telah terucap dengan lantang, tapi tetap saja keringat dingin tidak kunjung menghilang. Ayara tidak berani mengangkat wajah, ia hanya menunduk dalam seakan tidak ingin memperlihatkan wajah kepada orang-orang yang ada di dalam ruangan tersebut. Jangankan pada orang lain, pada suaminya saja Ayara tidak berani menatap. Ketika Athar ingin mengambil pena yang jatuh ke bawah meja, Ayara juga dem