Nadine terus memasang wajah manyun di sepanjang perjalanan menuju ke sekolah. Sang papa yang duduk menyetir di sebelahnya hanya tersenyum kecil dan hal itu semakin membuat Nadine merasa kesal. Tatapannya kini beralih melihat Hanin yang duduk di kursi belakang melalui kaca depan mobil. Nadine bergidik dan mendesah pelan. Dia benar-benar tidak ingin satu sekolah dengan saudara tirinya itu. “Kamu jaga Hanin ya, Nad,” ucap sang papa. Nadine langsung merasa mual mendengar ucapan sang papa. Dia menunjuk dirinya sendiri, lalu menggeleng pelan. “Gila... ini semua bener-bener gila.” ucapnya dalam hati. Hanin pun tidak kalah cemasnya. Jika bisa memilih, dia juga tidak ingin satu sekolah dengan Nadine yang begitu beringas di matanya itu. “Apa kamu pikir aku juga mau satu sekolah sama kamu?” desi