39. Kembarannya Via

1014 Kata
Suara alat musik yang menggema dari lantai dua tiba-tiba berhenti. Tentu saja keputusan itu membuat sang pemilik rumah jadi menghela napas lega. Terutama Via, bibirnya pun berhenti mengomel seiring berhentinya alunan lagu dari Michael Buble berjudul Sway. "Kalau gini 'kan kuping gue jadi adem." Via bergembira ketika tidak ada lagi suara yang memekakkan telinga. Benar, rumah yang bising oleh alat musik tadi adalah istana milik keluarga Rizaldy. Ify dan Via sudah sampai rumah, dan tanpa diduga ternyata Rima menyambut hangat Ify. Bahkan, ibu dua anak itu langsung memasakkan makanan yang Ify inginkan ketika Ify bilang bahwa dia ingin makan dengan rawon. Keluarga Rizaldy memang sudah menganggap Ify seperti putri mereka sendiri. Selain karena sejak kecil Ify sudah berteman dengan Via, hubungan pekerjaan antar orang tua juga memengaruhi. Ditambah lagi, dulunya Rima itu teman baiknya Kalina semenjak SD. Jadi sudah tidak heran kalau Ify tidak canggung pada Rima. "Oh ya, kemarin Nenek kamu ke sini?" tanya Rima saat dia meletakkan dua gelas air putih ke atas meja makan. "Bentar doang kok, Tan. Nggak lama, tadi pagi sudah balik ke K.L." sahutnya acuh tak acuh, karena sebenarnya Ify sedang enggan membahas tentang kepulangan Nia maupun Mr. Stuart kemarin ke rumah. Rima mengangguk, dia paham kalau Ify sepetinya sedang tidak ingin diganggu. Terlihat jelas dari raut wajahnya yang langsung tampak bosan ketika mendengar Rima membahas tentang Nia. Di saat suasana meja makan sedang tenang, tiba-tiba kegaduhan datang dari lantai dua. Pelaku yang menyebabkan kebisingan menggunakan alat musik di lantai atas tadi, kini terlihat jelas batang hidungnya dan tentu saja, lelaki itu tidak sendirian. Melainkan bersama teman-teman satu bandnya yang tidak Ify kenali satu pun kecuali vokalisnya. Keributan mulai terjadi ketika Gabriel duduk di samping adiknya. Dia adalah kakaknya Via yang sudah duduk di bangku kuliah dan resmi menjadi mahasiswa fakultas hukum. Meski begitu, Gabriel bisa menyanyi karena memang suaranya sudah bagus dari kecil mula. Ditambah lagi, antara Rizaldy dan Rima sama-sama mendukung bakat dan pilihan putranya selama yang Gabriel dan Via lakukan itu tidak merugikan orang lain dan diri sendiri. Maka mereka akan selalu mendukung pilihan putra-putrinya. "Lo bisa nggak sih? Kalau mau latihan tuh jangan di rumah! Telinga gue hampir b***k dengernya." protes Via pada Gabriel yang sangat sulit dikasih tahu. "Baru hampir 'kan? Belum sampai b***k?" ledek Gabriel sembari menjulurkan lidahnya ke arah Via. "Ish, gue santet pakai boneka voodoo juga lo ntar lama-lama," balas Via lagi tak mau kalah dari kakaknya. Gabriel malah acuh tak acuh, dia lebih fokus pada ketiga temannya. Karena posisi sedang makan, jadi rasanya tidak enak kalau Gabriel tidak menawari mereka makan. Lagi pula, Rima juga menawarkan makan kepada mereka sebelum pergi meninggalkan rumah. "Makan, makan semua. Nggak usah sungkan-sungkan, anggep aja rumah orang lain." canda Gabriel pada ketiga temannya. Mereka tertawa mendengar candaan Gabriel, tentunya selain Ify yang tertawa. Wajahnya masih saja tidak bersahabat seperti hari-hari biasa. Sedangkan Via, walau dia sedang kesal pada kakaknya tapi tetap saja dia ikut tertawa. "Dimakan ya, itu tadi Tante masaknya baru mateng loh. Jadi kalau anget-anget, rasanya bakal lebih enak," Rima juga menawarkan agar ketiga temannya Gabriel tidak malu-malu buat makan. Gabriel melihat ke arah Ify yang duduk di seberangnya. Gadis itu hanya fokus makan, tanpa mau menoleh ke kanan atau ke kiri. Ekspresi dingin di wajah Ify malah membuat Gabriel tersenyum sendiri. "Lo punya rasa laper juga, Fy?" ledek Gabriel seperti biasa. Ify hanya melirik dengan mata tajamnya ke arah Gabriel. Tetapi, yang dilirik bukannya takut malah tertawa pelan. Bagi Gabriel, Ify itu lucu kalau digoda begini. "Ini siapa, Iel. Adik lo juga?" tanya salah satu teman Gabriel yang duduk di samping Gabriel. Ify menunggu jawaban Gabriel untuk orang itu. Walaupun Ify tidak menunjukkan ketertarikan pada pertanyaan itu, tapi Ify sangat ingin mendengar jawabannya. Tetapi sayang, yang Ify lihat hanyalah Gabriel yang tersenyum lebar. "Iya, dia adik gue juga. Via punya kembaran, dan ini kembarannya." Gabriel dengan bangganya memperkenalkan Ify sebagai adiknya. Entah kenapa, Ify merasa senang saat Gabriel mengakuinya sebagai adik di depan teman-temannya. Rasanya seperti Ify memiliki kakak lain selain Alvin. Terlebih lagi, usia mereka tidak terpaut terlalu jauh. Jadi, Ify rasa kalau Gabriel bisa jauh lebih dekat dengannya sebagai seorang kakak. "Wah, gue baru tahu kalau lo punya kembaran, Vi," kata salah satu teman Gabriel yang kebagian duduk di samping Via. "Selama ini disembunyiin di mana sama Iel?" sambung salah satu temannya Gabriel juga yang sudah berlagak keren ingin mendekati Ify. Satu tampolan dari Gabriel mendarat di kepala salah satu temannya hingga lelaki itu meringis kesakitan. Teman Gabriel itu tidak tahu kenapa dia dipukul oleh Gabriel. Padahal dia sudah merasa bahwa yang dia tanyakan itu tidak keterlaluan dan bersifat candaan. "Gue istirahat dulu, Vi." Ify tiba-tiba pamit setelah berhasil menghabiskan sepiring nasi rawonnya tanpa sisa. Satu butir nasi pun tidak ada di piringnya. Semua yang ada di meja makan, mereka langsung melihat Ify yang tampak bersedih namun Gabriel malah merecoki Ify seperti itu tadi. Gabriel jadi merasa bersalah karena sudah berkata yang tidak-tidak atau mungkin bisa menyinggung perasaan Ify. "Oh, iya, Fy! Istirahat saja, biar lo bisa cepat sembuh!" teriak Via sembari melihat ke arah nasi di piringnya. "Emang Ify sakit?" Gabriel langsung bertanya, karena dia masih merasa kaget mendengar kabar mengenai Ify yang mungkin saja memang sedang tidak sakit. Kepala Via mengangguk, dia juga sudah memberi tahu Rima bahwa tadi Ify sempat pingsan dengan berkedok tidur. Rima jelas saja kaget, tapi setelah Rima ingat-ingat lagi, wajah Ify tadi memang sedikit lebih pucat dan badannya hangat. "Kalau begitu, Mama mau kasih Ify obat dulu. Biar saja Ify istirahat di kamar kamu, Vi. Jangan diganggu." Rima pamit lebih dulu, dia tidak akan menelantarkan Ify begitu saja. Via melihat saja mamanya begitu perhatian kepada Ify. Via tidak cemburu atau merasa kurang kasih sayang walaupun Rima juga memberikan kasih sayang kepadanya tanpa batas. "Awas lo kalau hari ini niat gangguin Ify, bakal gue bakar drum lo sampai sisa abu doang," ancam Via kepada kakaknya, karena kebiasaan Gabriel itu suka menjahili Ify ketika sedang nyenyak-nyenyak tidur. "Cis, takut banget lo kalau gue bakal gangguin Ify," balas Gabriel kepada Via. Untuk kali ini, Gabriel memang harus menahan rasa untuk ingin bermain dengan Ify.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN