Di tengah malam, Rio sedang berjalan menuju dapur untuk mengambil minum. Di sana, dia melihat ada Raga yang sedang berdiam diri seraya memegang cangkir. Sepertinya, Raga juga sedang terganggu pikirannya. Tidak biasanya Raga berdiam seperti itu di dapur sendirian. Itulah yang dipikirkan oleh Rio.
"Kamu tidak bisa tidur?" tanya Rio sekaligus sapanya saat dia masuk ke area dapur buat mencuci cangkir miliknya tadi.
"Bukan. Aku baru dari atas." sahut Raga sebelum akhirnya dia minum teh hangatnya.
Kening Rio mengerut, dia langsung duduk di samping Raga setelah berhasil mencuci cangkir teh miliknya tadi. Rio menatap wajah Raga dengan seksama, seperti ada yang dipikirkan oleh laki-laki itu.
"Kenapa? Apa tugas dari Tuhan terlalu sulit?" Rio hanya bertanya karena dia juga ingin membantu Raga kalau dia bisa. Sedangkan Raga, lelaki itu belum juga mau bercerita pada Rio mengenai tugas apa yang harus dia kerjakan di bumi. Sekarang.
Raga malah terkekeh dan bersikap seolah-olah dia tidak memiliki masalah. Padahal Rio sudah bisa melihatnya dengan jelas, Raga sedang memikirkan sesuatu.
"Aku hanya ingin menikmati secangkir teh manis saja karena aku baru saja pulang dari langit, jadi dingin. Aku cuma mau menghangatkan tubuhku saja sebelum tidur. Hanya itu, tidak lebih." sahut Raga sambil terkekeh pelan.
Melihat ini, Rio jadi ikut terkekeh tapi tak lama dia tersenyum simpul. Rio tahu, kalau ada yang disembunyikan oleh Raga darinya. Hanya saja, Rio belum tahu apa yang Raga tutup-tutupi darinya itu.
"Kalau begitu, lanjutkan. Aku mau tidur dulu." Rio memutuskan buat kembali ke kamarnya dan akan meninggalkan Raga sendiri di sini.
"Apa kamu masih mengganggu Ify di dalam tidur?" Tiba-tiba saja, Rio mendengar Raga bertanya demikian. Rio sempat mengerutkan keningnya lalu dia bersikap biasa saja di depan Raga.
"Aku tidak mengganggunya. Aku hanya ingin membantunya sembuh dari phobianya dengan cara mendekatkan Ify kepadaku," jawab Rio apa adanya, karena memang inilah tujuannya masuk ke dalam alam bawah sadar Ify.
"Apa barusan kamu juga habis dari alam bawah sadarnya lagi?" Raga lagi-lagi bertanya.
"Kenapa memangnya dengan itu?" Rio bukannya memberi jawaban, malah balik bertanya, dan hal ini cukup untuk membuat Raga jadi merasa kurang nyaman padanya.
"Ceritakan saja kalau kamu ada unek-unek, jangan ditahan," lanjut Rio lagi karena Raga hanya diam saat dia bertanya.
Raga masih bergeming, dia tidak memberikan jawaban atau sekadar alasan. Sehingga Rio jadi merasa semakin yakin kalau ada yang Raga sembunyikan darinya. Tetapi, Rio akan menunggu sampai Raga bercerita padanya langsung. Rio tidak akan mencari tahunya sendiri meski dia bisa. Karena hal itu bisa melukai harga diri Raga, sehingga Rio tidak akan pernah melakukannya.
"Jangan terlalu lama begadangnya, aku tidur duluan." Rio langsung pergi dari dapur begitu saja, dan tersisa Raga seorang di dapur. Tanpa mereka berdua tahu, kalau sebenarnya Axel mendengar percakapan mereka dari bawah. Itu pun secara tidak sengaja.
Raga baru saja kembali dari Surga. Dia mendapat pertanyaan dari Tuhan mengenai Rio yang terus bolak-balik ke alam bawah sadar Ify. Tuhan meminta Raga mencari tahu apa alasan Rio melakukan itu, dan Raga sudah mendapatkannya. Namun satu hal yang membuat Raga was-was, tadi Tuhan mewanti-wanti dirinya untuk terus mengawasi Rio supaya tidak keluar dari jalur. Mulanya Raga tidak paham tentang apa yang dimaksud oleh Tuhan, namun setelah Raga berpikir lama sendirian di dapur, Raga jadi tahu tentang apa yang dikhawatirkan oleh Tuhan mengenai hubungan antara Rio dan juga Ify.
Aku harap, kalian tidak terjebak dalam kisah cinta yang rumit. Batin Raga penuh harap. Tentunya sebagai teman baiknya Rio, Raga tidak akan rela kalau Rio sampai salah jalan.
Sementara di kamar, Rio pun sama saja seperti Raga. Dalam pikirannya sekarang hanya terpenuhi oleh pertanyaan Raga tadi mengenai tujuannya terus bolak-balik ke alam bawah sadarnya Ify. Usai ditanya begitu, Rio jadi bingung akan alasannya sendiri. Andai kata Rio boleh jujur sekarang, Rio akan bilang apa adanya mengenai perasaannya yang sulit untuk diartikan.
"Kenapa aku terus bolak-balik ke dalam alam bawah sadarnya Ify?" tanya Rio kepada dirinya sendiri. "Sebenarnya apa yang ingin aku tuju dari tindakan itu?" Rio masih bertanya-tanya dalam hati.
Rasa kantuk yang tadi hinggap pada Rio, sekarang sirna sudah. Semua itu karena Rio merasa tak enak dan seolah-olah ada yang mengganjal di dadanya. Padahal tadi Rio biasa saja, namun dia berpikir yang tidak-tidak itu setelah Rio mendapat pertanyaan seperti itu dari Raga. Memang pikiran yang bersih itu sangat diperlukan di saat seperti ini.
"Kenapa aku tidak bisa berhenti menghilangkan pertanyaan Raga tadi?" Rio mulai gelisah karena sebelum mau tidur tadi Rio sudah mencuci wajahnya, sikat gigi dan cuci kaki. Pokoknya Rio hanya ingin mensugesti pikirannya sendiri dengan pikiran yang seolah-olah sedang menikmati kebun teh.
Rio mengerang, dia kesal kepada dirinya sendiri yang sulit sekali disugesti seperti barusan. Rio tidak ingin kalah, dia terus mencoba dan mencobanya hingga akhirnya Rio benar-benar terlelap. Dia tertidur setelah satu jam hanya mengedipkan kedua matanya kalau bagai orang bodoh. Malam menyelimutinya dan Rio benar-benar terlelap.
***
Alvin mengambil ancang-ancang untuk memukul bola golf supaya tepat sasaran. Sudah bermain bersama Rizaldy, tentunya Alvin tidak ingin dilihat sebagai pemain yang buruk oleh papanya Via. Alvin ingin terlihat sebagai pemain handal yang bisa dibanggakan.
"Oke! Pukulan yang bagus," puji Rizaldy pada Alvin yang berhasil memukul bola golf dengan sangat apik.
Seperti yang sudah dijanjikan oleh Rizaldy dan Alvin beberapa hari lalu. Minggu ini, mereka akan bermain golf bersama dan hari ini adalah hari di mana keluarga Rizaldy terlihat bersama Alvin di lapangan golf.
Rizaldy tidak hanya sendiri tentunya. Dia bersama istri dan putri bungsunya. Begitu pula dengan Alvin yang bersama Ify. Jadi, Via tidak merasa terlalu membosankan karena adanya Ify di sana.
Sebelum berangkat ke lapangan, bermain golf itu harusnya bisa dikondisikan oleh pelatih yang sudah handal untuk dalam segi korban dan mencocokkannya satu persatu. Jadi Santika memutuskan untuk tidak bercerai sebaik mungkin dan tugas dengan judul film. Namun sekarang sudah banyak yang kosong.
"Kita istirahat dulu sebentar!" ajak Rizaldy pada yang lainnya.
Tentu saja, semuanya menurut. Mereka langsung menuju ke tempat yang sudah disewa oleh Rizaldy. Beberapa suguhan telah terhidang di atas meja, seperti teh dan cake.
"Kemampuanmu semakin bertambah pesat, Vin. Padahal seingat Om, baru kemarin Om ngajarin kamu main golf." puji Rizaldy pada putra dari teman istrinya itu.
Keduanya terkekeh mendengar apa yang barusan Rizaldy katakan. Alvin hanya mengangguk-angguk seraya mengatakan terima kasih atas pujian yang Rizaldy berikan.