Lembar Keduapuluh

1059 Kata
Jam dinding yang terpasang di kamar Laeli sudah menunjukkan pukul delapan pagi, Laeli baru terbangun dari tidur lelapnya setelah dibangunkan berkali-kali oleh ibunya karena bunyi alarm yang berasal dari ponsel milik Laeli sama sekali tidak mempan untuk membangunkan dirinya. "Lel kamu ndak ada kuliah kok jam segini belum bangun?" tanya Yuni yang sepertinya sudah lelah membangunkan anaknya yang sedari tadi masih tertidur. Perlahan-lahan Laeli terbangun karena mendengar suara ibunya yang terus membangunkan dirinya. Ia berusaha mengumpulkan kesadarannya dengan cepat smabil tangannya meraba mencari ponsel miliknya yang entah berada dimana saat ini. Saat sudah menemukan ponselnya, Laeli langsung membuka layar ponselnya, namun betapa terkejutnya ia ketika melihat jam yang sudah menunjukkan pukul delapan pagi, padahal dirinya hari ini ada mata kuliah jam sembilan. "Hah jam delapan?? Mampus mana hari ini aku ada mata kuliah di jam Sembilan, kalau telat gimana.” Batin Laeli yang terkejut melihat jam yang tertera di ponselnya "Kamu kuliah jam berapa hari ini?" tanya Yuni yang masih berdiri di depan pintu kamar Laeli. "Jam sembilan Bu." Laeli langsung cepat beranjak dari kasurnya dan bergegas mandi karena ia hanya punya waktu satu jam saja untuk pergi ke kampus. Yuni hanya bisa menggelengkan kepalanya, melihat anaknya bangun kesiangan, pasalnya Laeli jarang sekali yang namanya bangun sang atau kesiangan, Yuni berpikir mungkin saja karena kemarin Laeli begadang mengerjakan tugas jadi hari ini ia bangun kesiangan. Sembari Laeli pergi untuk mandi sebentar sebelum berangkat ke kampusnya, Yuni menyiapkan bekal agar bisa dibawa Laleli ke kampus karena ia tahu pasti Laeli tidak akan sempat untuk sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat ke kampus hari ini karena Laeli sudah harus masuk ke kelas pukul Sembilan tepat, dan jika Laeli memilih untuk sarapan terlebih dahulu di rumah maka akan membuat waktunya semakin menipis untuk sampai di kampus. *** Setelah kurang lebih sepuluh menit Agni menunggu, akhirnya ojek yang akan membantu dirirnya pergi ke kantor Cakra datang juga. “Pak tolong antar saya ke kantornya Mas Cakra bisa?” tanya Agni terlebih dahulu untuk memastikan apakah pengemudi ojek tersebut memang sedang tidak ada kepentingan lain. “Bisa Mbak,, silahkan naik.” Jawab pengemudi ojek tersebut. Agni langsung meminta pengemudi ojek tersebut untuk mengantarkan dirinya ke kantor Cakra, untung saja pengemudi ojek terbut langsung paham dimana letak kantor Cakra berada jadi dirinya yang masih bingung ini terbuat perlu lagi susah payah mencari alamat kantor Cakra. Perjalanan menuju hotel Cakra cukup memakan waktu lama karena pagi ini jalanan sangat ramai oleh orang-orang yang akan memulai aktivitasnya hari ini, ada yang berangkat kerja, ada yang pergi ke sekolah. Selama diperjalanan Agni cemas apabila Cakra menunggu dirinya terlalu lama. Agni pergi ke tempat yang diarahkan oleh Cakra menggunakan ojek yang berada di depan komplek. "Pak agak cepet ya, ini Mas Cakra udah nungguin saya." Agni meminta tukang ojek yang ia tumpangi untuk lebih meningkatkan kecepatan laju kendaraannya. "Iya siap Mbak." balas tukang ojek tersebut. Setelah mendapat perintah dari Agni, tukang ojek itu langsung menambah kecepatan berkendaranya, ia juga mencari jalan-jalan tikus agar bisa sesegera mungkin dirinya sampai di tempat tujuan. Agni memakan waktu perjalanan menuju kantor kurang lebih dua puluh menit. Ojek yang ia tumpangi, langsung berhenti di depan pintu masuk kantor tersebut. Agni segera turun dari motor dan langsung melepaskan helmnya. ia kemudian mengambil uang untuk ongkos ojek tersebut. "Makasih ya Pak." ucap Agni kepada tukang ojek tersebut. Agni mempercepat langkahnya ke dalam, namun saat dirinya akan masuk ke dalam, langkahnya seketika dihentikan oleh satpam yang sedang berjaga di depan pintu masuk. "Selamat pagi Mbak, ada yang bisa saya bantu?" tanya satpam tersebut menghentikan langkah Agni karena melihat mimik wajah Agni yang tampak kebingungan. "Ini Pak saya mau mengantarkan ini untuk Pak Cakra." ucap Agni sambil memperlihatkan tentengan tas yang ia bawa. Mendengar nama Cakra, satpam itu langsung mengerti siapa Cakra yang dimaksud. Satpam tersebut mengarahkan Agni ke arah resepsionis. Setelah diantarkam hingga depan resepsionis, satpam itu kemudian kembali lagi ke depan meninggalkan Agni di resepsionis sendirian. "Ada yang bisa saya bantu kak?" tanya karyawan yang bertugas sebagai resepsionis di hotel ini. "Saya mau mengantarkan ini untuk Pak Cakra." ucap Agni yang lagi-lagi memperlihatkan tas yang ia bawa. "Apakah benar yang dimaksud Pak Cakra Hutama?" tanya karyawan tersebut memperjelas pertanyaan kembali dengan pertanyaan yang lebih spesifik. "Iya betul Pak Cakra Hutama." Agni mengannggukkan kepalanya. "Baik, tunggu sebentar ya kak, akan saya hubungi Pak Cakra terlebih dahulu." balas karyawan tersebut kemudian dibalas anggukkan oleh Agni kembali. Karyawan resepsionis tersebut langsung mengambil telepon yang disediakan di resepsionis dan langsung menghubungi Cakra. "Selamat pagi Pak Cakra, ini ada yang mencari Pak Cakra atas nama..." "Agni." Agni langsung memberi tahu namanya ketika karyawan tersebut memberikan isyarat menanyakan namanya kepada Agni. "Atas nama kakak Agni Pak, keperluannya katanya mau mengantarkan sesuatu untuk Pak Cakra." ucap karyawan tersebut. "Baik Pak, terimakasih." Agni tak bisa mendengarkan apa yang diucapkan oleh Cakra di dalam telepon barusan, jadi dirinya hanya bisa menunggu karyawan tersebut untuk menyampaikan apa yang tadi dibicarakan oleh Cakra untuknya. "Kata Pak Cakra, kak Agni bisa langsung naik ke lantai lima." ucap karyawan resepsionis tersebut. "Ya sudah terimakasih ya Mbak." ucap Agni, ia lalu pergi meninggalkan resepsionis dan bergegas naik ke lanta lima. Agni terkejut ketika mendengar dirinya ahrus naik ke lantai lima, mengapa kantor ini memiliki banyak tingkatan lantai. Hal ini sepertinya benar-benar akan menyusahkan dirinya. Pandangan Agni bingung naik ke lantai lima menurutnya benar akan sangat melelahkan, memang sebenarnya ada pilihan opsi lain yaitu menggunakan lift, namun dirinya takut untuk menaikki lift lantaran takut apabila liftnya terhenti di tengah jalan. Pikiran seperti itu benar-benar menghantui dirinya sehingga akhirnya ia memutuskan untuk naik ke lantai lima menggunakan tangga darurat. Tangga demi tangga ia lalui hingga akhirnya dirinya kini sudah berhasil menginjakkan kakinya tepat di lantai lima. Namun tugasnya belum selesai, ia harus segera mencari dimana ruangan Cakra berada. Agni berjalan pelan-pelan dengan raut wajah yang lumayan bingung, Agni memilih langsung bertanya kepada salah satu karyawan yang bekerja di kantor tersebut. “Permisi Mas mau tanya, kira-kira tau dimana ruangannya Mas Cakra nggak ya?” tanya Agni dengan sopan. “Oh ruangan Pak Cakra ada di sebelah sana kak, bisa jalan lurus saja nanti di depan ruangan tertulis nama ruangannya Pak Cakra.” Jawab karyawan tersebut. “Baik terima kasih ya Mas.” Ucap Agni berterima kasih karena sudah mendapat jawaban sehingga ia tidak bingung lagi. Dirinya langsung bergegas mencari ruangan Cakra karena takut Cakra akan marah terhadap dirinya yang lama sampai ke ruangan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN