Lembar Keduapuluhsatu

1080 Kata
Jam dinding di kantor Cakra kini sudah menunjukkan pukul setengah sembilan pagi, Agni akhrinya menemukan ruangan dimana Cakra berada, memang benar kata karyawan tadi apabila di pintunya tertulis nama Cakra Hutama sebagai identitas ruangan tersebut ditempati oleh siapa. Agni kemudian mengetuk pintu ruangan tersebut, setelah dipersilahkan masuk, Agni membuka pintu ruangan itu dan segera masuk untuk memberikan apa yang diminta Cakra. “Permisi Mas Cakra.” Ujar Agni sembari ia membuka pintu ruangan milik Cakra. “Kenapa lama banget sampainya? kamu nyasar apa gimana?” tanya Cakra ketika ia kini sudah melihat batang hidung Agni. “Enggak Mas.” Agni menggelengkan kepalanya dengan rasa takut menghantui dirinya karena takut apabila Cakra marah kepadanya. “Terus kok kamu baru sampai sekarang? Perasaan tadi karyawan yang di lobby bilang nyuruh lo naik udah dari tadi.” Tanya Cakra. “Tadi saya kebetulan naik tangga Mas ke lantai lima.” Ujar Agni yang membuat Cakra mengernyitkan dahinya. “Ke lantai lima naik tangga?” Cakra bertanya lagi yang kedua kalinya untuk memastikan pendengarannya salah atau tidak. “Iya Mas saya ke lantai lima naik tangga.” Agni mengulangi ucapannya kembali yang masih sama seperti tadi yang ia katakan barusan. “Kenapa pakai tangga? Kan ada lift.” Tanya Cakra sembari menggelengkan kepalanya heran dengan Agni yang kuat naik ke lantai lima menggunakan tangga darurat. “Saya belum pernah naik lift Mas, jadi saya nggak berani.” Balas Agni meringis malu. “Ya sudah mana berkasnya?’ Cakra menagih berkas yang dibawa oleh Agni. “Ini Mas berkasnya.” Agni menyerahkan map berisi berkas file yang akan digunakan Cakra untuk rapat siang ini. Cakra mengecek file-file yang ada di dalam map tersebut untuk memastikan adakah berkas yang tertinggal lagi atau tidak dan setelah ia cek berulang kali filenya sudah lengkap tidak ada yang tertinggal lagi di rumah. “Kamu tunggu di sini aja sampai saya selesai rapat.” Perintah Cakra kepada Agni. “Terus pekerjaan saya di rumah bagaimana Mas? Saya tadi belum se,pat izin ke Ibu kalau mau pergi ke kantor Mas Cakra.” Ujar Agni bingung karena atdi ia belum izin kepada Nyonya. “Gampang, nanti saya yang izinin kamu.” Balas Cakra membuat Agni sedikit lebih tenang. “Baik Mas kalau begitu saya menunggu Mas Cakra saja.” Ucap Agni mengiyakan permintaan Cakra untuk menunggu di ruangan hingga Cakra selesai rapat. “Ya sudah saya tinggal dulu ke ruang rapat, kalau butuh apa-apa tinggal telfon ajakke nomer saya yang tadi.” Ujar Cakra sebelum meninggalkan Agni di ruangan sendirian. Agni pun menganggukkan kepalanya, Cakra lalu pergi keluar dari ruangan meninggalkan Agni sendirian di ruangan ini. Ruang kantor milik Cakra menurut Agni cukup besar apabila di isi hanya unutk satu orang saja. Pandangan Agni berkeliling mengelilingi ruangan Cakra, terdapat foto-foto keluarga Hutama yang terpasang di ruangan ini, namun anehnya Agni tidak mendapati foto Cakra dengan wanita satu orang pun, padahal menurutnya Cakra itu laki-laki yang tampan dan sangat mudah untuk mendapatkan pacar atau teman dekat wanita, atau mungkin Cakra sudah mempunyai teman dekat wanita namun memang tidak ingin di publish, hanya Cakra seorang lah yang tahu mengenai itu. Cakra pergi keluar dari ruangannya lalu menuju ruang rapat yang berada di kantornya. Sesekali ketika berjalan di koridor di kantornya, ia disapa oleh beberapa karyawan yang temui. Sesampainya di ruang rapat, sudah ada rekan kerjanya yang lain yang sudah menunggu dirinya yang tak lain adalah Dona. “Tumben lo baru ke sini.” Ucap Dona ketika baru melihat Cakra karena biasanya Cakra yang paling awal untuk sampai di ruang rapat. “Iya tadi nungguin berkas gue dianter, ketinggalan di rumah, klien kita dating jam berapa?” jawab Cakra, ia lalu mengalihkan Dona ke pertanyaan lain. “Mungkin tida puluh menit lagi, barusan konfirmasi katanya kena macet, baru perjalanan dari rapat ke perusahaan lain.” Balas Dona. “Oke kita tunggu aja.” Ujar Cakra sembrai menganggukkan kepalanya. Dona dan Cakra mempelajari semua berkas yang akan dipresentasikan ke kliennya yang akan bekerja sama dengan perusahaannya. “Eh kayaknya ada satu file yang belum ada di sini, file yang kemarin gue kasih ke lo belum lo bawa ke sini ya?” tanya Dona sembari tangannya mencari file yang ia maksud. “Oh iya gue lupa, masih gue taruh di atas meja, nggak ke bawa ke sini.” Balas Cakra menyadari dirinya memang lupa tidak membawa satu file tersebut yang tertinggal di meja kerjanya. “Ya sudah biar gue aja yang ngambil kalau gitu.” Ujar Dona dan langsung dibalas anggukkan oleh Cakra. Dona langsung beranjak dari tempat duduknya dan langsung keluar dari ruang arapt menuju ruang kerja milik Cakra. Sesampainya di depan ruangan Cakra, Dona langsung membuka pintu ruangan tersebut tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu karena pikirnya tidak ada orang di dalam ruangan tersebut, namun betapa terkejutnya ia melihat seorang wanita berada di ruang kerja milik Cakra sedang duduk sendirian di sofa ruangan tersebut. “Maaf saya bikin kamu kaget karena nggak mengetuk pintu dulu, kirain nggak ada orang di dalam.” Ujar Dona meminta maaf kepada Agni yang sedang duduk. “Iya Mba nggak papa.” Balas Agni. Dona seperti mengenali wanita yang kini berada di satu ruangan dengannya, ia seperti tidak asing dengan wajah wanita tersebut. “Maaf maua nanya, kamu siapanya Cakra?” tanya Dona dengan nada sopan. “Saya Agni, asisten rumah tangganya Mas Cakra, nama Mbak nya siapa?” Agni memperkenalkan dirinya kepada Dona. “Oh Agni temennya Puput?” tanya Dona seketika ia mengetahui siapa Agni. “Iya betul Mbak, Kok Mbak nya tahu kalau saya temannya Puput?” tanya Agni. “Kenalin aku Dona, sepupunya Puput.” Dona mengenalkan dirinya kepada Agni. “Oh iya saya ingat, terima kasih ya Mbak.” Ucap Agni. “Terima kasih buat apa?” tanya Dona bingung. “Terima kasih karena berkat Mbak Dona saya bisa kerja di tempatnya Mas Cakra.” Jawab Agni. “Ah nggak usah terima kasih, semangat ya kerjanya, aku ke ruangan rapat dulu.” Dona akhirnya berpamitan untuk meninggalkan ruangan Cakra kembali setelah mengambil file yang ia inginkan. “Lama banget ngambil file doang, lo ngambil dimana si?” protes Cakra yang menunggu Dona cukup lama, untung saja kliennya belum datang ketika Dona sampai di ruang rapat kembali. “Protes mulu lo, tadi gue ngobrol bentar sama Agni, ternyata Agni ke sini, kok lo nggak bilang-bilang.” Dona memrotes balik Cakra. “Iya dia tadi gue maintain tolong buat nganter berkas yang tadi ketinggalan di rumah" jawab Cakra. Tak lama kemudian klien yang mereka berdua tunggu akhrinya datang juga.

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN