P.56 Different PoV

1075 Kata
Suasana hati Reno saat ini diliputi kebahagiaan, dia akhirnya bisa pergi dengan Asmara mala mini setelah entah keberapa kali dia ditolak dengan berbagai macam alasan. Pria itu turun dari mobil dan bersiap untuk masuk ke restoran bersama dengan Asmara. Lengan kekarnya sudah dia siapkan untuk tempat melingkar lengan Asmara tapi itu hanya ekspektasi karena realitanya sungguh mencengangkan. “Ga usah sok romantis segala pakai gandengan tangan, gimanapun juga kamu tetep Bosku,” ucap Asmara tanpa perasaan. Asmara yang sudah berjalan pelan ke pintu masuk membuat Reno melongo sempurna. “Astaga, dia itu wanita apa bukan sih, kenapa ga ada menye-menye dan pekanya sedikitpun,” gumam Reno masih tak percaya dengan apa yang terjadi padanya barusan. Akhirnya dengan langkah lebar dia menyusul Asmara yang sudah berdiri di pintu masuk. Pelayan restoran menanyakan apa mereka sudah reservasi dan Reno menjelaskan semuanya sampai mereka diantar ke roof bersamaan dengan meja dan kursi yang sudah siap dengan candle light. Asmara memicingkan matanya dan melirik Reno, sebelum dia berkomentar pelayan sudah membantunya untuk duduk. Asmara memperhatikan sekitar dan dia tidak munafik jika pemandangan di atas restoran ini sangat indah tapi dia tak ingin terbawa perasaan dengan semua yang dilakukan Reno kepadanya. “Maafkan aku sebelumya, tapi bukannya aku ingin merusak suasana, apa menurutmu ini tidak berlebihan mengajakku makan kemari dengan suasana semacam ini,” ujar Asmara yang sudah tak bisa menahan rasa penasarannya. Reno terkekeh pelan, “Aku tahu tapi bagaimana dunk jika aku memang ingin seperti ini. Ga salah kan?” jawab Reno santai. Asmara akhirnya sedikit tertawa tapi nadanya seperti sindiran. “Harus aku akui memang tipikal playboy itu luar biasa bisa membuat seorang wanita jadi baper,” balas Asmara yang membuat Reno berdecak. “Apa aku terlihat seburuk itu di mata kamu sampai kamu menuduhku playboy,” keluh Reno setelah dia meminta pelayan menyiapkan apa yang sudah dia pesan sebelumnya. Asmara hanya mengangkat bahunya dan meminum air mineral yang disuguhkan di sana. “Sejujurnya, tampang kamu malah aneh kalau kamu bukan playboy,” jawab Asmara santai. “Jikalau aku playboy pun aku tidak boleh memanjakan seorang wanita yang memang aku inginkan,” Reno masih tak mau kalah dengan pendapat Asmara. “Tidak masalah itu hak kamu dan juga bukan hakku untuk melarangmu, tapi masalahnya adalah –“ ucapan Asmara terpotong setelah pelayan mengantarkan beef steak pesanan Reno. Fokus Asmara langsung terbagi dengan steak yang terlihat menggiurkan, apalagi dengan kondisi perutnya yang keroncongan saat ini. Dia jadi melupakan apa yang ingin dia ucapkan kepada Reno. Pria itu tak bisa menyembunyikan senyumnya melihat Asmara yang terlihat antusias dengan steak yang dia pesan. Tak sia-sia dia banyak menghabiskan waktu untuk membaca semua profil Asmara dan sekarang dia melihat sendiri bagaimana Asmara mencintai daging. “Steak ini terlihat enak sekali,” gumam Asmara. Reno yang mendengarnya langsung mengangguk, “Iya aku memesan yang premium khusus untukmu,” ucap Reno. Asmara mendongak dan berbinar menatap Reno, wanita yang sudah resmi mencuri hati seorang Reno tersenyum manis. Reno yang melihat pesona itu tak bisa memungkiri debaran jantungnya berdebar hebat sampai rasanya sesak napas. “Kenapa ada wanita sempurna seperti ini dan begitu mempesona, sampai rasanya aku tak bosan untuk memandangnya,” lirih Reno yang membuat Asmara mengerutkn dahinya. “Ada apa Ren, kamu mengatakan sesuatu?” tanya Asmara dan Reno menggeleng. “Ayo makan dulu, nanti kita bisa ngobrol lagi,” ajak Reno dan akhirnya keduanya menikmati hidangan mereka malam ini. Pembicaraan mereka sekilas masih soal pekerjaan, hobi, dan keseharian Asmara. Reno terlihat sekali menikmati bagaimana cara bicara dan cara Asmara bersikap. Dia salut karena pada akhirnya dia bisa mengetahui masih ada wanita baik dalam kehidupannya dan dia semakin bertekad untuk menjadikan Asmara miliknya. “Boleh aku tahu sesuatu?” tanya Reno tiba-tiba setelah mereka menghabiskan makan malam mereka. Asmara mengangguk mantap. “Apa kamu percaya dengan yang namanya cinta?” tanya Reno dengan santai tapi Asmara melihat wajah Reno yang serius dengan apa yang dia ucapkan. “Aku munafik jika aku menjawab tidak percaya, karena sebenarnya cinta itu memang ada,” jawab Asmara sekenanya. “Termasuk kamu pernah mengalaminya, maksudku seperti jatuh cinta atau sakit hati karena cinta, atau mungkin baru sadar jika kamu mencintai seseorang setelah dia meninggalkanmu,” kata Reno yang mendadak sendu di bagian akhir kalimatnya. Asmara yang memperhatikan perubahan ekspresi yang Reno tunjukkan. Wanita itu merasa sepertinya Reno mengalami masa yang sulit dalam hidupnya atau mungkin karena cinta. “Apa terjadi sesuatu?” tanya Asmara membuat Reno kaget. “Maksudnya?” tanya Reno balik. Asmara mengangkat bahunya santai. “Caramu berbicara menunjukkan sepertinya terjadi sesuatu denganmu atau mungkin dengan cintamu,” balas Asmara. Rasa kagum menyeruak dalam diri Reno, bagaimana bisa Asmara merasakan apa yang dia alami selama ini. Sepertinya keputusannya kali  ini  untuk mempertahankan Asmara dalam hidupnya adalah tepat, meskipun dia akan bersaing dengan Rasyid, dia tak peduli dan akan tetap mempertahankan wanita di hadapannya ini tanpa gentar sedikitpun. “Aku pikir kamu wanita yang tidak peka karena tidak mau aku gandeng tadi, tapi ternyata perasaanmu lebih sensitif dari logikamu,” puji Reno dan Asmara hanya tertawa mendengarnya. “Egois dan tak paham arti cinta,” kata Asmara  membuat Reno terbelak. “Aku seperti itu?” tanya Reno dan Asmara menggeleng. “Ketika kamu baru menyadari jika kamu mencintai seseorang setelah dia meninggalkanmu, kamu adalah orang seperti itu,” kata Asmara dan Reno diam. “Ada banyak tipe cinta di dunia ini, tapi satu-satunya cinta yang tulus adalah cinta orang tua kepada anaknya, cinta Tuhan kepada umatNya. Selain itu, bisa dipastikan tidak ada cinta yang benar-benar tulus, hampir semuanya pasti memiliki pamrih,” jelas Asmara. Reno memperhatikan dengan seksama ekspresi yang ditunjukkan oleh Asmara saat dia mengatakan hal semacam itu bahkan pria itu memandang tajam sorot mata Asmara saat bicara. “Rasa egois dan tak paham arti cinta yang sebenarnya yang membuat kita tak menyadari jika kita mencintai seseorang itu meskipun orang itu ada di samping kita. Lalu, kita merasa tersakiti setelah dia meninggalkan kita,” lanjut Asmara. “Dalam sudut pandangku pribadi seperti itu sih, bahkan aku juga memiliki makna cinta itu sendiri. Sederhananya, setiap orang memiliki cara mencintai pasangannya, tapi yang perlu digaarisbawahi adalah cinta itu tidak akan saling menyakiti. Jika sampai ada salah satu yang tersakiti itu bukan cinta namanya, mungkin kebodohan atau gila,” kata Asmara dengan senyuman. “Termasuk jika aku memintamu untuk mencintaiku, maka cinta apa yang nantinya akan kita miliki?” tanya Reno dengan tatapan tajam. “Itu tidak mungkin terjadi diantara kita.”  ***** Apakah yang tidak mungkin?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN