Reno salut dengan apa yang diucapkan oleh Asmara, harus akui cara pemikiran Asmara memang menarik dan terlihat sekali jika dia bukan wanita sembarangan. Akhirnya dia memutuskan untuk mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya saat ini.
“Aku setuju denganmu mengenai cinta tidak saling menyakiti,” jeda Reno sambil mengembangkan senyumnya dan bersiap untuk mengutarakan apa yang dia rasakan.
“Termasuk jika nantinya aku memintamu untuk mencintaiku, cinta apa yang akan kita jalani nantinya?” tanya Reno dengan perasaan berdebar.
Asmara mendengar ucapan Reno dan dia sudah menebak endingnya akan seperti itu, tapi dia tak menyangka jika ucapan itu akan dia dengar sekarang.
“Maksudnya?” tanya Asmara ingin memastikan sekali lagi.
“Aku tahu ini terlalu cepat tapi aku sangat penasaran bagaimana nantinya jika kita saling mencintai, tipe cinta apa yang akan muncul diantara kita,” jelas Reno memperhalus bahasanya.
Asmara diam.
Tapi lamunannya terjeda karena bunyi ponsel Reno, tapi si empunya cuek saja dan hanya menolak panggilannya. Dia kembali fokus pada Asmara yang masih diam tak bersuara.
“Asmara,” panggil Reno karena wanita itu hanya diam melamun seakan tak fokus dengan apa yang ditanyakan oleh Reno.
“Ah ya, entahlah cinta itu terjadi tergantung bagaimana kita berinteraksi satu sama lain,” jawab Asmara sekenanya membuat Reno sedikit bingung.
“Kenapa begitu?” tanya Reno penasaran. Ponselnya kembali berbunyi dan akhirnya dia melihat siapa yang melakukan panggilan. Tapi pada akhirnya Reno menolak panggilannya lagi.
“Kita baru kenal dan aku tak percaya dengan yang namanya cinta pada pandangan pertama, karena cinta itu adalah rasa terdalam yang muncul karena chemistry atau kedekatan emosional yang muncul diantara kedua belah pihak,” jelas Asmara.
“Oke itu bisa terjadi dan kita bisa saling mengenal nantinya,” kode dari Reno yang membuat Asmara mengerutkan dahinya. “Kita?” kata Asmara.
Reno mengangguk, “Iya kita, aku dan kamu yang nantinya akan saling mencintai,” kata Reno dengan senyum mengembang sempurna.
“Aku rasa itu tidak mungkin Ren, karena –“ omongan Asmara terjeda karena ponsel Reno berdering dan dia mengumpat dalam hati panggilan ini jika tidak penting. “Maaf tunggu sebentar,” jeda Reno dan Asmara mengangguk.
“Sampe ini ga penting, aaku gorok lehermu,” kata Reno setelah dia agak menjauh dari Asmara untuk menerima telepon.
“Ada telepon dari Tuan Rendra Bos, infonya ada pencurian besar-besaran di Abra Group karena itu Bos diminta ke Jerman segera,” kata Loka membuat Reno kesal.
“Astaga Papa, itu hanya akal-akalan aja biar aku ke Jerman, nanti aku telpon kamu lagi, aku mau hubungi Oman dulu untuk memastikan,” sahut Reno yang langsung menutup telponnya.
Tanpa berpikir panjang Reno langsung menelpon Oman dan mengutarakan maksudnya. Oman hanya menjawab sekenanya dan berjanji untuk mencari tahu soal itu. Reno melihat notifikasi yang mendadak banyak di ponselnya, setelah satu per satu dibuka, akhirnya dia paham letak masalahnya dimana.
Yaseer [Bro, ditunggu di Deva malam ini.]
Pesan yang dibaca Reno dan dia kemudian puny aide kemana dia harus menyelesaikan masalah Abra Group.
Reno [Oke. Ketemu jam 11]
“Maaf ya Asmara, kalau aku tinggal lama,” ucap Reno setelah kembali ke meja mereka. Asmara hanya mengangguk, “Panggil aja aku Ara,” kata Asmara membuat Reno tersenyum.
“Tapi kayanya aku mau panggil As aja biar ga sama kaya yang lain,” goda Reno dan Asmara tertawa. “Terserah kamu aja lah,” balas Asmara.
“Aku antar pulang sekarang gapapa?” ajak Reno dan Asmara mengangguk. Keduanya mendadak lupa ada poin penting yang harus dibicarakan dan menutup makan malam lebih banyak dengan canda tawa.
“Makasih ya sudah anterin pulang,” ucap Asmara saat mereka tiba di kontrakan Asmara. Reno mengangguk cepat dan tersenyum senang. “Aku yang makasih karena kamu sudah mau makan malam sama aku,” balas Reno.
Asmara akhirnya turun dari mobilnya dan masuk ke kontrakannya. Reno menatapnya sampai Asmara benar-benar menghilang dari pandangan matanya.
‘Lihatlah Sugar, kini aku sudah mulai melihatmu lebih dekat,’ batin Reno dengan senyuman yang mengembang.
***
Dentuman music di Deva begitu keras dan lantai dansa penuh dengan puluhan manusia baik pria ataupun wanita. Tapi salah seorang pengunjung yang hatinya sedang berbunga-bunga tak minat berdansa dan langsung masuk ke dalam ruang VIP.
“Hello semuanya, selamat malam,” sapa Reno dengan senyum cerah ceria sampai membuat Yaseer, Dimas dan Loka terbatuk-batuk melihatnya.
“Astaga seriusan lu kaya orang kasmaran,” ledek Dimas. Reno hanya tertawa sedangkan Yaseer langsung menatap Reno tajam.
“Yakin udah move on?” tanya Yaseer yang mendapat decakan sebal dari Reno. “Temennya move on itu dikasih semangat bukan dipertanyakan,” balas Reno sambil menyambar minuman di tangan Yaseer dan langsung meminumnya.
“Siapa dia?” cecar Yaseer langsung menggeseer duduknya dekat Reno seakan takut temannya ini akan kabur. “Kepo lu,” balas Reno membuat Yaseer kesal.
“Jelas lah kepo, setelah berabad-abad kamu mengeluh tak bisa melupakan dia dan pengen sama Gladis terus tapi sekarang kasmaran gini kan otomatis aku mau tahu,” kata Yaseer membuat kedua temannya yang lain tertawa.
“Berisik,” ujar Reno langsung pindah duduk tapi Yaseer tak putus asa dan mengikuti pria itu. “Kamu cerita sendiri apa aku desak si Loka,” ancam Yaseer.
Reno akhirnya duduk dan menyandarkan tubuhnya di kursi. “Aku belum yakin Bro kalau dia bakal terima cintaku apa enggak,” kata Reno pelan tapi mendadak semuanya terbahak.
“Jadi pamor playboy Jerman udah luntur nih,” ledek Yaseer paling puas. Reno langsung melotot dan kesal. “Sialan kalian semua, pesonaku masih ada cuma belum nampak di depan dia,” pembelaan Reno.
“Dari kalangan mana?” tanya Yaseer kemudian. Reno menggeleng, “Rakyat jelata aja, aku ketemu juga karena ga sengaja di pesta kolega, gara-gara dia cuekin aku gitu, jadinya aku kepo maksimal,” kata Reno dan tersenyum mengingat kejadian itu.
“Ini sama artinya dengan ditolak ga sih?” ejek Dimas dan membuat Yaseer dan Loka terbahak maksimal, Reno menegak minumnya dan cepat dan membantah.
“Tenang aja, dia bakal jadi milikku, jadi bukan ditolak oke, siapa sih yang bakal menolak pesona seorang Reno Abrisam,” bantah Reno dengan segala kesombongannya.
“Apa yang dia punya sampai kamu tertarik dengannya?” tanya Yaseer penasaran. Reno diam dan kemudian tersenyum.
“Lain kali kalau ketemu dia kamu akan tahu betapa berbedanya dia dengan wanita lain, kalau aku ceritakan sekarang kalian bisa ketiduran,” kekeh Reno.
“Kalau dibandingkan dengan Gladis,” tanya Dimas pelan tapi Reno yang hendak minum langsung menghentikan kegiatannya dan menatap semuanya.
“Entahlah tapi menurutku mereka berdua wanita yang berbeda dan aku tak bisa membandingkannya secara aple to aple, bagiku keduanya seperti masa lalu dan masa depan,” kata Reno dengan pandangan menerawang.
“Tak ingin membandingkan tidak sama dengan tak bisa dibandingkan,” kata Yaseer bijak. “Di mataku kamu terlihat seperti tak ingin membandingkannya,” lanjut Yaseer.
Reno mengangguk tak membantah, “Iya kau benar, aku tak ingin membandingkannya, karena mereka ada dalam hidupku dengan kondisi yang berbeda,” balas Reno. Ketiganya menatap Reno seakan menunggu apa kelanjutan perkataan itu.
“Gladis membuatku sadar jika aku mencintainya dengan cara yang salah. Dan dia membuatku ingin belajar mencintai dengan caraku yang baru,” kata Reno sambil menegak minumannya.
“Dia kerja dimana kok kamu bisa ketemu di pesta kolega?” Yaseer kembali menyelidik dan terdengar kekehan Reno.
“Menariknya dan keberuntunganku, dia ada di Berdikari tempatku membeli saham baru-baru ini,” kekeh Reno. Dimas dan Yaseer langsung menggeleng. “Secara tak langsung dia itu karyawan kamu dunk,” celetuk Yaseer.
Reno mengangguk, “Jalan pikirannya yang cerdas dan dewasa membuatku aku jatuh cinta dengannya,” ujar Reno.
“Dan aku penasaran sejauh mana dia menolak pesona seorang playboy.”
****
Ada yang kepedean nih, kelanjutannya gimana nantinya??
Stay tune