Reno masih ingat dengan jelas waktu itu, getaran yang sama, aliran perasaan yang sama. Pria itu yakin dengan sepenuh hatinya jika wanita di hadapannya ini adalah wanita yang sama. Wanita yang pernah dia temui di masa lampau dengan keanehannya yang tak bisa Reno mengerti.
“Ini perasaan yang sama, sama seperti waktu itu. Perasaan yang tak aku mengerti sampai sekarang kenapa rasa itu muncul begitu saja,” lirih Reno tapi membuat Asmara mendonak menatapnya.
Keduanya saling bertatapan dan menyelami pikiran masing-masing melalui pandangan mata itu. Asmara yang tak bisa berbohong ada sedikit rasa hipnotis yang timbul dengan dalamnya pandangan mata Reno.
“Siapa kamu?” desis Reno dan seketika membuat Asmara sadar. “Eh, apa?” gumam Asmara yang kemudian langsung mendorong Reno begitu saja.
Reno yang tak siap dengan tindakan Asmara sempat terhuyung tapi dia langsung menyeimbangkan tubuhnya lagi. Dan pria itu semakin yakin jika dia tidak akan melepaskan Asmara mulai hari ini.
Meskipun dia sadar akan bersaing dengan Rasyid tapi dia tak peduli dan akan tetap berdiri di samping Asmara meskipun nantinya dia akan dibuang sekalipun.
“Ayo masuk, kita kayanya perlu ngobrol banyak,” kata Reno memecah lamunannya sendiri dan sadar jika mereka perlu tempat untuk bicara.
“Bicara soal apa?” tanya Asmara tak mengerti. Reno menggerakkan kepalanya untuk meminta Asmara masuk karena wanita itu masih berdiri meskipun Reno sudah membuka pintu mobil sport birunya.
Tak ingi berlama-lama dengan pria yang Asmara yakini tidak akan mundur sebelum mendapatkan keinginannya membuat dia terpaksa menaiki mobil itu. Reno menutup pintu mobil dengan cepat berjalan memutari mobilnya dan duduk di kemudi.
“Kita mau kemana?” tanya Asmara tak mengerti. Reno hanya melirik sekilas sembari fokus menyetir karena mereka sudah melaju di jalanan ibukota yang tak bisa dibilang sepi juga.
“Kamu sudah makan?” tanya Reno dengan tatapan sekilas. Asmara menggeleng, “Belum sempet,” ucap Asmara santai tapi memicu konflik dalam kepala Reno.
“Kamu sudah nyetir sendiri, ke luar kota, sampai malam dan sekarang belum makan. Bisa ga sih kamu ga bikin aku kesal karena khawatir sama kamu,” omel Reno tapi terselip nada ambigu bagi Asmara.
“Tunggu sebentar, kenapa kamu mesti kesal, kan aku ga minta kamu datang untuk nemenin aku sekarang, karena rencananya aku memang mau makan abis pulang kerja ini. Tapi kan kamu tadi yang narik aku sampai aku terpaksa naik mobil ini,” jelas Asmara tap mengganggu di telinga Reno.
“Terpaksa katamu?” tanya Reno tak yakin tapi dia yakin Asmara mengatakan hal itu. Asmara mengangguk dan makin memperjelas kekesalannya.
“Iyes bener, terpaksa. Karena kamu menyeretku seperti aku ini tahanan dan tak bertanya apa aku mau ikut kamu atau tidak. Dan satu hal lagi, membuatku repot beosk pagi karena harus berangkat lebih pagi untuk naik kendaraan umum ke kantor,” keluh Asmara.
Reno yang mendengar omelan itu bukannya kesal tapi malah tertawa pelan. Baaru kali ini dia bertemu wanita yang terpaksa bersama dengannya dan tak melihat dirinya sebagai orang yang menarik.
Asmara yang mendengar tawa pelan dari Reno langsung terasa kesal maksimal dan mencubit Reno membuat pria yang tak menyangka akan mendapat cubitan itu langsung menghentikan mobilnya.
“Kenapa kamu mencubitku, aku salah apa Sayangku,” ujar Reno dengan wajah dibuat memelas membuat Asmara langsung melotot.
“Sayang apaan, makanya jangan ngetawain, orang lagi ngomong serius malah ketawa, dikata aku ngelawak,” ketus Asmara yang membuat Reno diam tapi kemudian tersenyum.
“Astaga, aku sampe lupa kapan terakhir kali aku ketemu cewek yang ga ada jaim-jaimnya sama cowok dan bisabisanya kdrt begini,” goda Reno yang makin membuat Asmara membulatkan matanya dengan sempurna.
“Apaan sih, aneh-aneh aja kalau ngomong, ga jelas banget. Ini ngapai n kok berhenti gini, katanya mau makan,” ucap Asmara dengan mode galak.
“Mau liatin kamu dulu yang gemesin kalau lagi marah gini, rasanya, uuuggghhh,” ungkap Reno yang tak bisa melanjutkan perkataannya.
Asmara yang sudah mulai kegerahan dengan semua ini memutuskan untuk mengakhiri semuanya. “Oke kalau cuma mau diem gini aja, aku mau turun dan pulang aja kalau gitu,” kata Asmara yang sudah bersiap membuka pintu.
Reno yang cekatan langsung menarik tangan Asmara dan membuat jarak mereka semakin dekat. “Makan dulu, baru aku antar kamu pulang, aku tidak menerima penolakan karena aku bisa memberi hukuman,” desis Reno.
Asmara yang tak mengerti dengan istilah hukuman yang diucapkan oleh Reno membuatnya tak bisa menahan diri untuk bertanya. Namun, pertanyaan itu harus dia simpan karena Reno sudah menjelaskan maksud hukumannya.
“Hukumannya bisa dimulai dari pipi, bisa dari kanan atau kiri, kening, bibir, dagu atau mungkin leher,” bisik Reno dengan napasnya yang menderu di sampaingnya.
Reno bisa merasakan ada hal yang membuatnya bergejolak dan begitu berhasrat bahkan dia merasakan ada kedutan dalam dirinya yang jarang sekali dia rasakan. Hanya Asmara dan Gladis yang membuatnya merasakan hal ini.
“So-sopanlah dikit Pak,” ucap Asmara menguatkan tekadnya mendorong tubuh Reno meskipun dia sendiri juga merasakan tubuhnya menegang karena tindakan Reno barusan.
‘Astaga kenapa dekat dengannya membuatku hilang kewarasan dan serasa ingin memeluknya erat enggan melepaskannya. Tahan Reno, tahan, dia bukan wanita yang bisa kamu sentuh sembarangan,’ batin Reno meronta-ronta.
Reno yang akan membalas perkataan Asmara langsung kaget mendengar suara klakson yang mengganggu keintiman mereka. Reno langsung melajukan kembali mobilnya dan pergi ke tempat makan.
Asmara yang tak punya perasaan apapun kepada Reno hanya bisa menghela napas mendapati Reno membawanya ke salah satu resto yang memang terkenal dengan pemandangan kota dari roof.
“Harus banget kita ke sini?” tanya Asmara tak bisa menahan diri. Reno yang mendengar itu merasa Asmara tak suka dengan tempatnya. “Kamu tak suka dengan tempatnya?” tanya Reno dan Asmara menggeleng.
“Enggak sih, cuma ngerasa aneh aja ke sini berdua ke tempat kaya begini, bisa baper ini kalau yang ga paham. Ayok lah, aku juga udah laper daripada cari tempat lain lagi, ngabisin waktu,” kata Asmara yang membuat Reno bengong.
Saking bengongnya Reno dan tak bisa berpikir dengan benar dia sampai tak sadar jika Asmara sudah keluar dari mobil. Lamunannya buyar saat Asmara mengetuk kaca mobil lumayan keras.
“Oh my God, aku benar-benar jatuh cinta kepadanya Tuhan, dia membuatku selalu penasaran dengan tingkah laku dan jalan pikirannya,” ucap Reno dengan senyum mengembang dan gelengan kepala.
Reno keluar dari mobil dan sudah berdiri di samping Asmara, pria itu yang memang terbiasa digandeng oleh wanita melengkungkan lengannya agar Asmara bisa menggandengnya. Tapi sayangnya semua itu hanya angan belaka.
Asmara melirik apa yang sedang Reno lakukan, dia bukan wanita tujuh belas tahun yang tak paham dengan kode semacam itu. Tapi tunggu dulu, baginya ini sudah berlebihan dengan menggandeng rekan kerja yang tak lain adalah bosnya sendiri.
“Ga usah sok romantis, minta digandeng segala.”
*****