Oman langsung menyadari ada yang salah dengan semua ini. Dia melihat jam di tangannya, Reno yang melihat gelagat Oman langsung paham. Kelima pria itu langsung salin berpandangan.
Oman menelpon ajudannya dan tidak ada jawaban di sana. Oman hendak keluar dari ruangan itu sampai kemudian panggilannya tersambung. “B, kamu dimana?” tanya Oman membuat keempat pria yang lain ikut cemas dan mendekati Oman.
Namun suara kekehan di sebrang membuat Oman menyadari jika ponsel ajudannya sudah pindah tangan. Oman langsung mengaktifkan mode pengeras suara.
“Apa kalian menunggu bukti yang bisa membuat kalian menang kali ini,” ujar pria di sebrang sana dengan kekehan khas kemenangan.
“Dimana B?” tanya Oman mulai geram. “Kenapa kamu harus mencari orang tak berguna macam dia, harusnya kamu tanya apa semua barang-barang yang kamu minta masih aman atau malah hilang,” kekeh pria di sana.
“Apa maumu?” tanya Oman lagi.
“Memang kamu cepat tanggap The Shadow, aku menyukainya,” jawab pria itu “Berikan semua data itu dan salinannya maka semuanya akan selamat,” ujar pria itu to the point.
“Kalau aku menolak?” nego Oman yang membuat tawa pria itu meledak. “Sudah kuduga, apa keuntungan yang kamu dapat jika menyimpan semua itu hemmm,” tanya pria itu balik.
“Tidak ada hanya kepuasan batin bisa mengulitimu diam-diam seperti sekarang Marques Alexander,” ucap Oman yang langsung mendapat tatapan tajam dari Rasyid dan Reno.
“Aku jadi tahu kenapa Madin muda itu begitu percaya kepadamu, ternyta kamu secekatan ini dalam bekerja, tapi ingatlah kamu masih anak bau kencur yang tak tahu masalah sebenarnya,” ucap Marques.
“Mungkin, tapi setidaknya aku belajar untuk mencari tahu bukan mencuri atau memotong jalan orang lain,” jawab Oman tak gentar.
“Madin group dan Abra hanya jembatanku untuk mencapai tujuan sebenarnya, cukup kalian diam saja selama dua tahun maka semuanya akan baik-baik saja. Sasmita, Abrisam, Derawan dan Madin sendiri beserta semua circlenya,” kata Marques santai.
Reno yang mendengarnya mulai kesal dan hendak bersuara tapi Rasyid menggelengkan kepalanya. Oman yang sudah tahu resikonya masih santai. “Kamu tidak tahu berhadapan dengan siapa Marques,” sindir Oman.
“Iya aku tahu, kini lawanku mulai sebanding, tapi semakin kuat seorang musuh itu artinya semakin terlihat titik kelemahannya. Mungkin aku bisa mempertimbangkan untuk mencari kelemahan kalian semua,” tantang Marques.
“Jangan mencobanya Marques, kamu tahu siapa yang akan kita mintai bantuan jika kamu mulai berulah,” ancam Oman balik.
“Zamora,” tebak Marques. “Kalian belum mengenal anak ingusan itu dengan baik, tidak semudah itu membuatnya mau bergabung dengan kalian,” cibir Marques.
“Bisa saja jika itu masih ada kaitannya dengan Marcella dan Nima,” jawab Oman jumawa dan benar saja langsung membuat Marques diam.
“Waktumu hanya dua hari untuk mempertimbangkan sebelum semuanya aku bikin terlambat,” ucap Marques dan mengakhiri panggilannya tanpa menunggu balasan dari Oman.
“Sialan, aku ga nyangka dia bakal bergerak secepat ini, berarti selama ini dia mengawasi pergerakan kita,” ucap Oman kesal.
“Apa sih yang diambil sama anak buahmu?” tanya Rasyid penasaran dan Reno mengangguk mengiyakan sedangkan Oman hanya menggeleng, “Tidak ada apa-apa, makanya Marques nelpon, menurutmu kalau dia mendapatkan apa yang dia mau, dia bakal ngomong sama kita,” kata Oman.
Keduanya langsung paham dan namppak berpikir mencari solusi semua ini. “Menurutmu sampai sejauh mana si curut ini bakal ngabisin kita?” tanya Reno mencoba merangkai semuanya.
Oman menggeleng, “Tidak aka nada yang tahu apa yang bisa dilakukan seorang Marques, tapi yang jelas dia sudah tahu siapa saja yang memiliki kaitan sama kita, itu artinnya kita menjerumuskan orang-orang terdekat kita untuk jadi santapan ancaman Marques,” ucap Oman.
“Jika ini soal Nima, kenapa dia harus melibatkan semua orang yang tak berkaitan dengan Nima dalam hal ini,” keluh Rasyid. Oman menghela napas panjang.
“Nima cuma alasan Bro, tapi tujuan sebenarnya adalah kedua perusahaan kalian, bisnis Bro,” ucap Oman yang tak pernah disangka oleh Rasyid dan Reno.
“Mustahil cuma karena bisnis dia bisa bertindak sejauh ini,” protes Reno yang masih tak percaya jika semua ini karena bisnis. Oman berjalan ke meja dan membuka tabletnya.
Di sana dia sudah menggambarkan semua kaitan masalah ini dan dia menjelaskan secara padat kepada kedua sahabatnya ini.
“Abra adalah jembatan terbaik untuk bisa menguasai pasar Eropa yang selama ini tak bisa dia pijak, karena itu dia menggandeng direktur operasionalmu yang sayangnya kerjanya ga rapi akhirnya tercium oleh intel,” kata Oman.
Reno memandangi simulasi yang dibuat Oman terasa tak masuk akal tapi sekarang kejadiannya seperti ini. Di sela diamnya Reno, Oman melanjutkan perkataannya.
“Dan Madin itu bisa jadi naungan kedua buat Marques, karena dia tahu betapa luasnya dan kuatnya jaringan yang dibangun ayahmu, secara kebetulan di masa lalu mereka berdua juga terlibat dalam dunia yang sama,” lanjut Oman.
“Rasanya aku semakin membenci klan Ar Madin jika begini,” omel Rasyid membuat Reno menghela napas pula. “Sialan pantes aja itu bapak-bapak tua minta kita yang ngurusin semua ini, padahal ini salah mereka juga di masa lalu,” ucap Reno membuat rasa kesal dalam dirinya.
“Dia mengincar Eropa karena daratan ini yang membuatnya bisa naik ke permukaan tanpa meninggalkan dunia gelapnya, kalian tahu kan statusnya sebagai buronan di sini, tapi dia tidak bisa ditangkap karena regulasi yang dikeluarkan oleh intel untuk melarang semua jaringan Marques beroperasi,” jelas Oman.
“Direkturmu ketahuan karena itu Abra diselidiki, tapi aku sudah membuat bukti baru yang menyatakan kalau itu murni tindakan curang seorang karyawan bukan atas dasar perintah kalian sebagai pemilik dan penanggung jawab,” ucap Oman menyerahkan satu usb untuk Reno.
“Thanks Bro,” ucap Reno tulus dan Oman mengangguk. “Sementara ini Abra bakal aman dan resikonya adalah sebagian lini Marques akan dibekukan atau mungkin disita oleh intel. Karena itu dia minta bukti itu kepadaku tadi,” ucap Oman santai.
“Nah, nasib ajudanmu gimana?” tanya Reno mendadak ingat jika ada satu nyawa yang dikorbankan. “Ga masalah, kalau dia panjang umur dia bisa lari dari jerat Marques, dia paham kok resiko kerja begini. Lagipula kehilangan Abra bisa buat kamu kehilangan Papamu mungkin mamaku juga, karena efeknya kalau bukti ini ga ada Abra bisa habis,” jelas Oman membuat Reno kaget.
“Saat Abra habis itulah Marques akan datang sebagai pahlawan tak tahu diri yang akan membuat kalian bergantung kepadanya,” jabar Oman mengenai trik yang kemungkinan bisa dilakukan oleh Marques.
“Bener-bener licik,” umpat Reno dan Oman mengangguk mantap membenarkan semua itu.
“Dan semuanya akan masuk di bendera Madin,” kata Reno penasaran sambil memandang Rasyid. Oman dan Rasyid mengangguk bersamaan.
“Cara terbaik dan terenak tanpa ribet sebenarnya adalah memberikan semua bukti yang sedang aku kumpulkan untuk disodorkan kepada Marques bahwa semua yang dilakukan ini adalah tidak berguna karena murni semua ini bukan kesalahan kalian sebagai generasi kedua,” ucap Oman.
“Tapi feelingku dia tahu soal ini, jadi sebelum sempat kita mengumpulkan semuanya, dia membunuh satu-satunya orang yang bisa masuk ke areanya tanpa kecuali,” ujar Oman dengan memandang Rasyid.
“Nima,” lirih Rasyid dan Oman mengangguk.
“Jadi cara begonya nih, sejauh apapun kita melangkah dia bakal tetep tackling kita kecuali kita nemu satu orang yang bisa membuat dia paham bahwa semua ini bisa dibicarakan dengan baik-baik dan hanya ambisi dia yang salah untuk menguasai semuanya,” kesimpulan Reno.
Oman mengangguk mantap, “Kabar buruknya adalah setelah dia membunuh adiknya sendiri Marcella, dia membunuh Nima yang juga orang special untuknya, tidak ada seorangpun yang bisa menyentuh hatinya untuk meluruskan semua ini,” kata Oman.
“Zamora,” celetuk Reno dan Oman mengangkat bahunya. “Marques benar sih, kita tak mengenal Zamora sebaik dia jadi kita juga belum tahu Zamora mau membantu kita atau tidak,” kata Oman.
“Dan kalian tahu apa yang aku pikirkan sekarang?” kata Oman membuat kedua pria itu langsung menggeleng kompak.
“Seseorang yang bisa membuat playboy seperti kalian menggunakan hati, itu artinya ada kemungkinan dia juga bisa membuat seorang Marques bakal menggunakan hati untuk menghadapinya,” kode Oman.
“Ga paham,” balas Reno cepat.
“Ga nyambung,” seru Rasyid dalam waktu bersamaan dengan Reno.
Oman terbahak tapi tak meneruskan perkataannya malah menegak minuman yang ada di sana dengan santai. Kedua sahabatnya yang dasarnya memang memiliki jia kepo sangat tinggi langsung melotot.
“Katanya pada pintar kenapa pas begini bisa ga paham,” sindir Oman.
“Tapi semua wanita itu kan berasal dari masa lalu Reno dan Rasyid, bagaimana bisa mereka menghadapinya,” celetuk Dika yang mendadak nimbrung.
“Aku kan ga bilang masa lalu Bro, toh mereka berdua baru-baru saja mengejar wanita itu sampai kaya orang gila, malah minggu depan mau ditinggal nikah,” kekeh Oman.
“Asmara.”
*****