Oman terpikirkan satu orang meskipun dia tak yakin apa hal ini akan berhasil atau tidak. Sekilas dia memandang kedua lelaki yang sudah jadi teman ‘bermain’ nya ini. Senyum mengembang di wajah Oman.
“Kalian tahu apa yang aku pikirkan saat ini?” tanya sekaligus pernyataan bagi Oman. Kedua lelaki yang ada di hadapannya kompak menggeleng.
“Aku terpikirkan satu orang yang mungkin bisa membantu kita dalam hal ini,” jeda Oman membuat keduanya langsung antusias.
“Jika dia bisa membuat kalian berdua menggunakan hati untuk mendapatkannya, aku rasa itu bisa bekerja untuk Marques yang mungkin saja akan menggunakan hatinya untuk meluruskan masalah ini,” kata Oman.
“Ga paham,” ucap Reno cepat.
“Ga nyambung,” balas Rasyid hampir bersamaan dengan Reno.
Oman terbahak melihat kelakuan temannya yang mendadak jadi lemot dan bego karena masalah ini. “Katanya kalian pinter kenapa pas urusan kaya begini malah jadi lola begini,” sindir Oman.
“Apa ini ada kaitannya sama perempuan yang dekat dengan mereka?” Loka langsung menimpali. Oman yang mendengarnya langsung ikut komen. “Nah, asistenmu aja udah langsung nyambung,” celetuk Oman.
“Siapa? Bukannya semua wanita yang mereka miliki sudah jadi masa lalu bahkan ada yang sudah tidak bisa kembali lagi untuk membantu kita,” jawab Dika.
Oman langsung berdecak dan menggelengkan kepalanya. “Aku tidak mengatakan dia berasal dari masa lalu tapi aku merasa dia bisa membantu karena melihat kalian berdua memperjuangkannya dengan kegilaan kalian masing-masing,” jelas Oman.
“Bahkan dari yang aku tahu minggu ini dia akan melaksanakan pernikahannya dengan pilihannya sendiri,” lanjut Oman yang langsung membuat kedua pria itu melebarkan otot mata mereka.
“Asmara,” kompak keduanya membalas sindiran dan kode dari Oman.
Loka dan Dika yang masih tak paham kaitan seorang Asmara dengan kasus ini hanya bisa diam tapi keduanya menahan senyum.
“Mustahil, jangan ngaco, aku ga mau melibatkan Asmara dalam hal ini, terlalu berbahaya untuk dirinya,” tegas Reno dengan muka yang sangat tidak bersahabat.
“Otakmu masih sehat atau sudah sakit, bagaimana mungkin seorang wanita yang tak tahu apa-apa soal dunia gelap ini bisa kamu libatkan begitu saja bisa membahayakan dirinya. Aku ga setuju!” seru Rasyid.
Oman yang melihat reaksi keduanya hanya bisa tertawa seakan-akan berhasil memantik api kepemilikan keduanya. “Kenapa kalian langsung kebakaran jenggot dan emosional begitu tahu soal Asmara,” kekeh Oman. Keduanya malah saling pandang dan menenangkan diri masing-masing.
“Apa rencanamu sebenarnya?” tanya Rasyid tak sabar membuat Reno akhirnya ikut mengangguk setuju.
“Tidak ada rencana pasti tapi entah kenapa kita juga perlu mempertimbangkan kehadiran Asmara dalam hal ini,” jawab Oman masih santai.
“Tapi kenapa?” seru Reno yang sudah terlebih dahulu mengeluarkan suaranya sedangkan Rasyid akhirnya hanya bisa mengangguk setuju.
“Jika saja Marques jeli, tentu saja dia akan melibatkan Asmara dalam hal ini meskipun kita juga tidak tahu apa yang akan dia lakukan nantinya kepada Asmara. Tapi melihat bagaimana cara Marques bekerja dia tidak akan melewatkan hal sekecil apapun untuk membuat kalian lemah bukan,” Oman mulai serius bicara.
Kedua pria itu langsung paham dan nampak berpikir apa yang bakal mereka lakukan untuk menyelamatkan kehidupan Asmara.
“Kalian tenang aja, itu urusanku dengan Edgar, anggap aja masalah Asmara sudah beres,” ucap Rasyid santai membuat Reno mengerutkan dahinya.
“Apa yang bakal kamu lakukan sama dia, kamu ga kepikiran untuk membuat hidupnya sengsara kan?” tanya Reno membuat Rasyid terkekeh.
“Kenapa kamu jadi begitu peduli kepadanya Ren, secara kamu sendiri sudah bertekad untuk meninggalkannya bukan,” sindir Rasyid.
Reno nampak terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Rasyid, “Sok tau lu, meninggalkannya bukan berarti membiarkan dia sengsara di tanganmu,” elak Reno tak mau kalah.
“Sudahlah urus saja dirimu sendiri, biar ini jadi urusanku,” putus Rasyid membuat Reno mau tak mau hanya diam dan menghela napas pasrah.
“Awas aja kalau suatu hari nanti aku tahu kamu bakal nyakitin dia, aku yang bakal pastikan kamu menyesal mengenal seorang Asmara dan menyakitinya,” ancam Reno membuat Rasyid terkekeh.
“Tidak akan terjadi Bro, tenang aja,” kata Rasyid jumawa.
Oman yang melihat interaksi keduanya hanya bisa menggelengkan kepalanya. “Kalian begitu antusias memperebutkan wanita itu, membuatku penasaran seberapa istimewa dia di mata kalian,” kata Oman.
“Suatu saat kalau kamu sudah kenal dia, kamu bakal tahu kenapa kita bisa sampai begini,” ucap Reno dengan aura membahagiakan. Oman hanya bisa mengangkat bahunya.
“Entah Rasyid atau Reno yang bakal dapetin Asmara, aku bebas ajah, yang sekarang membuatku makin yakin adalah kita memang harus mempertimbangkannya dalam rencana untuk memancing Marques kali ini,” kata Oman.
“Tidak ada dari kita yang akan mendapatkannya Oman, dia akan menikah dengan pria pilihannya minggu depan, jadi kita cuma cameo doank dalam hidupnya,” kata Reno pasrah.
“Tapi menurutku tidak begitu, instingku mengatakan –“ ucapan Oman terpotong dengan perkataan Rasyid. “Aku yang akan mendapatkannya entah lama atau sebentar, tapi aku yakin aku bisa memilikinya,” kata Rasyid.
“Kamu jangan gila Ras,” seru Reno tapi Rasyid tak peduli. “Liat saja nanti Bro, aku pasti bisa dengan caraku sendiri, tenang aja aku ga bakal membahayakan dirinya, hidupnya terlalu berharga untuk mendapatkan hal yang buruk,” janji Rasyid.
“Jadi sekarang kita mesti gimana?” akhirnya Loka mengeluarkan suaranya setelah mendengar perdebatan ketiga pria hanya karena seorang wanita. Ketiga pria itu langsung menatap Loka tajam.
“Kalau mau perang ya ga masalah sekalian kita mau tahu sampai sejauh mana dia bakal maju atau kalian mau menyerah sampai sini?” tantang Oman.
“Ayo aja, sekalian kita coba untuk ketemu Zamora, mungkin kita masih masuk dalam kategori beruntung bisa kerja sama bareng dia,” balas Reno. Rasyid hanya mengangguk dan mengacungkan jempolnya.
Akhirnya ketiganya mencapai kata sepakat bagaimana menyelesaikan semua ini. Oman yang sudah siap dengan berbagai bukti akan memberikan kepada intel untuk membebaskan Abra dari segala tuduhan. Dan dia mengawasi dari belakang soal Ar Madin.
“Lalu kalian kapan bakal bahas soal Asmara,” sindir Oman membuat Rasyid dan Reno mendadak tersedak. Sedangkan Dika, Loka dan Oman langsung terbahak melihat reaksi keduanya.
“Rese bener lu ya, ngapa jadi bahas Asmara sih,” keluh Reno kesal yang kaget dengan pembahasan Oman. Rasyid masih diam. Oman yang melihat gelagat keduanya langsung melancarkan aksi menjahili keduanya.
“Momen yang jarang lo ini kalian bisa mengejar wanita yang sama tapi ga mau gentian dan malah memilih bersaing untuk mendapatkannya. Tapi pilunya ternyata dia sudah jadi milik orang lain bukan kalian berdua,” ledek Oman puas.
“Itu hanya sementara,” celetuk Rasyid sambil menegak minumannya. Oman dan Reno langsung bereaksi mendengar ucapan Rasyid.
“Seyakin itu seorang Ar Madin?” sindir Oman.
Rasyid berdecih, “Kamu tahu kan kalau semua informasi soal Asmara, lalu kenapa kamu masih mempertanyakan kenapa aku bisa seyakin itu,” balas Rasyid membuat Reno tak mengerti kode keduanya.
“Kamu tahu aku tak mengerjakan hal semacam ini, meskipun kamu sekarang jadi Bosku tapi bukan berarti aku mengerjakan semua yang kamu inginkan, ingat perjanjian kita Rasyid,” elak Oman.
“Aku tahu karena itu aku sudah menugaskan Edgar soal ini,” jawab Rasyid santai seolah bantahan Oman tak berarti apapun.
“Sebenarnya apa sih yang kalian bicarakan ini dan apa kaitannya semua dengan Asmara,” Reno sungguh tak paham dengan apa yang keduanya bicarakan.
Rasyid masih santai menegak minumannya tak langsung menjawab pertanyaan Reno. Sampai muncul kekesalan dalam decakan Reno akhirnya membuat Rasyid menjawab pertanyaan Reno.
“Dia tidak akan bahagia dengan keputusannya kali ini.”
*****