Dimas tak bisa menyembunyikan keterkejutannya mendengar apa yang diucapkan oleh Reno. Ini bukan masalah menang atau kalah, karena Dimas yakin wanita yang diincar Reno sekarang pasti akan memilih salah satu.
Tapi yang jadi masalahnya adalah pertemanan antara Reno dan Rasyid yang jadi taruhannya jika sampai proses pendekatan benar-benar mereka jalankan nantinya.
“Sekalinya dapet yang bener, harus banget bersaing sama Rasyid,” ujar Dimas membuat Reno langsung merasa sedih dan mengangguk pelan.
“Itulah kenapa aku dan Rasyid akhir-akhir jadi jarang ngobrol juga, padahal dulu seminggu sekali kita masih ketemu tapi sejak kejadian di pesta Mr. Johnson dan aku rasa dia juga tahu kalau aku mengincar wanita yang sama, Rasyid jadi enggan untuk bicara denganku,” jelas Reno.
“Emang kamu udah nanya sama Rasyid, kenapa kamu jadi mengambil kesimpulan sendiri,” sindir Dimas. Reno menggeleng, “Jujur Bro, aku ga punya nyali buat nanya kaya gini ma Rasyid. Seriusan persahabatan kita yang dipertaruhkan dalam hal ini,” kata Reno cemas.
“Kalau ga mau khawatir, kamu bisa tinggalin cewek itu atau nikmati saja apa yang bisa kalian nikmati,” saran Dimas. Reno nampak berpikir dengan apa yang dikatakan Dimas.
“Aku ga mau ninggalin dia, terlalu berharga untuk dilupakan,” ucap Reno. Dimas malah tertawa dan Loka langsung ikut menggeleng. “Sejak kapan kamu tahu kalau dia berharga,” cela Dimas.
“Hey, kalian tahu dia lupa namaku, dia tahu aku orang kaya tapi dia ga silau, jaman sekarang siapa cewek yang bisa model kaya gitu. Dalam hidupku aku kenal cuma dua orang, Gladis dan dia, Asmara,” jelas Reno.
Dimas mengangguk paham. “Nama yang bagus untuk ukuran cewek standar yang kamu bilang,” kelakar Dimas dan kedua lelaki lainnya ikut tertawa mendengarnya.
***
Reno yang sedari dulu tak pernah membaca email, kini demi aksinya pendekatan kepada Asmara dia membaca email yang selalu dia kirim untuk melaporkan perkembangan masalah yang sekarang dihadapi.
[To : reno.abrisam@abragroup.com
Pagi Pak Reno,
Terlampir data progress report untuk minggu ini, setelah analisis satu minggu dari tim sudah menemukan countermeasure dan tinggal melakukan follow up untuk countermeasure tersebut.
Thank you and regards,
From : asmara.putra@berdikari.com]
Reno tersenyum melihat emailnya pagi ini sudah bertengger nama Asmara di sana. “Tau aja ini cewek kalau pagi ini bakal jadi haari yang melelahkan dan bisa jadi mood booster cuma baca email ini doank,” gumam Reno.
[reply to : asmara.putra@berdikari.com
Pagi Miss Asmara,
Senang bisa membaca emailmmu pagi ini, saya akan mempelajari laporannya dan nanti saya akan info jika memang ada yang perlu revisi atau kurang.
Btw, boleh send nomer hape kamu ga? Biar laporannya bisa langsung aku akses by phone aja ga perlu buka email yang banyak gini,
Have a nice day,
From : reno.abrisam@abragroup.com]
Reno sudah menghapus semua nama orang yang ada di sana dan menambahkan email Loka di cc untuk jaga-jaga jika nantinya Asmara memang mengirimkan nomor ponselnya untuk Loka simpan.
Asmara yang awalnya ingin santai sejenak sebelum bekerja hanya bisa mengerutkan alisnya dalam karena membaca email Reno yang tak biasa.
“Aku kira orang kaya ponsel dan emailnya bisa ngelink di satu tempat kenapa mesti pake ribet yang ga terhubung,” gumam Asmara tak mengerti. Dan demi urusan pekerjaan, akhirnya dia membalas emailnya dan mengetikkan nomor ponselnya.
Tak sampai lima belas menit Asmara menerima satu pesan dari nomor yang tak dikenal dan membuatnya mengerutkan dahi dalam.
+6281155511xxx
Good morning beautiful lady.
Asmara
Siapa?
Mode balasan Asmara dalam mode malas yang maksimal.
+6281155511xxx
Ini Reno, jangan lupa di save yaa.
Have a nice day, aku akan kontak kamu lagi saat makan siang.
Asmara hanya membaca dan tak membalasnya, bukan karena dia sombong taapi memang dia tak tahu dan tak mengerti harus membalas apa. Berbeda dengan Reno yang berkali-kali buka tutup aplikasinya untuk berharap dia membalas pesan yang dia kirim.
“Astaga, biasanya cewek itu rajin banget kalau suruh bales pesan,” keluh Reno dan membanting ponselnya begitu saja ke meja.
Loka memberikan setumpuk map dan salah satu pegawainya datang membawa nampan berisi kopi, teh, dan cemilan diletakkan di meja kecil dekat dengan meja kerjanya.
“Terkadang, kafein atau teh bisa meredakan pikiran yang stress,” sindir Loka dan langsung mendapat tatapan sinis dari Reno. Loka yang biasa mendapatkan tatapan itu tak kapok dan melanjutkan omongannya.
“Dan bisa menjernihkan pikiran untuk mendapatkan ide baru atau cara melakukan pendekatan yang benar,” kata Loka santai dan berjalan ke pintu.
“Siapkan mobil Ka, aku mau makan siang sama Asmara,” ucap Reno cepat dan Loka tersenyum mengangguk patuh.
Reno langsung berdiri dan mengambil teh yang ada di sana. Dia meresapi dan mencecap perlahan rasa teh yang mengalir dalam tenggorokannya. Dan memberinya ide terutama soal dirinya dan Rasyid.
“Hallo Bro, apa kabar?” sapa Reno saat terdengar suara di seberang. “Tumben basa basi banget lu,” celetuk Rasyid dan terdengar kekehan Reno.
“Lagi dimana? Kayanya udah bertahun-tahun kita ga ke klub bareng,” ledek Reno dan kali ini Rasyid yang tertawa. “Minggu depan aja, aku mau ke Indonesia, sekarang masih di Dubai,” ucap Rasyid dan langsung diiyakan oleh Reno.
Mereka hanya ngobrol santai sampai beberapa menit dan keduanya mengakhiri panggilan saat Reno melihat jam makan siang kurang satu jam lagi.
Reno
Kita makan siang bareng yuk, aku jemput ke kantor tiga puluh menit lagi ya.
Tulisan Reno terkirim dan sambil menanti balasan Asmara, tapi Reno tak bisa bohong jika dia gelisah menanti jawaban Asmara. Hampir lima belas menit kemudian Asmara baru membalas pesan Reno.
Asmara
Maaf Pak, saya lagi di kawasan industry ketemu supplier, barusan aja sampai.
Reno membacanya langsung lemas dan menyandarkan tubuhnya ke kursi kerjanya. “Ngajak makan siang cewek yang baik emang susah ya,” keluh Reno.
Loka yang masih melihat Reno duduk di meja kerjanya dan sibuk dengan dokumen mulai bingung. “Ga jadi makan siang Bos,” tanya Loka membuat Reno menggeleng tanpa mengalihkan pandangannya.
“Ditolak?” ucap Loka pelan tapi menohok. Reno langsung menggeleng dan menghela napas. “Dia lagi keluar kantor, percuma juga mau ngajakin makan siang,” keluh Reno. Reaksi yang tak disangka oleh Reno adalah dia mendengar Loka tertawa pelan dan menahannya membuatnya semakin kesal.
“Lu ngetawain gue?” sindir Reno dan Loka menggeleng. “Bukan cuma kaget aja, pesona si Bos luntur,” Loka malah makin menjadi. Reno langsung berdiri dan mengapit kepala Loka di ketiak Reno.
“Dikata pesonaku luntur, liat aja nanti Asmara bakal jadi milikku, ini cuma masalah waktu jadi entar kalau dia jadi milikku jual penthousemu di Paris buat aku,” ucap Reno dan Loka langsung mengacungkan jempolnya.
Reno melepaskan jepitannya dan bengong. “Kok kamu langsung setuju aja bukannya kamu sayang banget sama penthouse itu?” tanya Reno bingung dan Loka menggeleng. “Itu cuma penthouse bos, bukan sesuatu yang perlu dijaga,” jawabnya santai.
“Cukup kamu pastikan saja Asmara memang jadi milik kamu, karena kalau tidak Black Musk kasih aku,” usul Loka dan Reno langsung terbelak. “Ogah, ga sepadan, Black Musk seharga 3 penthousemu tau,” kata Reno mencibir.
“Memang berapa persentase kamu bisa dapetin Asmara sampai hari ini kalian pedekate?” tanya Loka yang tak pernah terpikirkan oleh Reno.
Reno berjalan menghadap jendela kantornya dan melihatnya padatnya jalanan ibukota dari atas sana. Reno memasukkan tangannya di kedua saku celananya yang berwarna navy.
“Entahlah, baru kali ini aku tak memiliki kepercayaan diri untuk bisa mendapatkannya.”
*****