Reno langsung sontak berdiri dan terbelak dengan apa yang dia dengar. “Mustahil,” kata Reno yang membuat pria beda generasi itu bingung.
“Kamu kenal mereka Ren?” tanya Papa Rendra dan Reno menoleh ke papanya. “Papa masa ga kenal sama Arkanta garment,” tanya Reno dan Papa Rendra kemudian ingat satu hal.
“Mereka orang yang sama?” tanya Papa Rendra dan Reno mengangguk. “Lalu, Marques?” tanya Papa Rendra lagi. Reno langsung memijat keningnya mendengar nama itu.
“Kalau Papa masih ingat sama Zamora, nah Marques itu adik iparnya Zamora karena Marques pernah menikah dengan Marcella,” jelas Reno.
Papa Rendra mendadak diam dan menghela napas panjang mendengar penjelasan Reno. “Tapi bagaimana mungkin semua orang itu ada kaitannya dengan apa yang terjadi di Abra,” Papa Rendra masih tak percaya dengan apa yang sekarang terjadi.
“Marques itu jelas Pa, karena memang dasarnya dia orang dunia hitam dan tak heran kalau dia memanfaatkan apa yang Abra miliki, yang salah adalah direktur operasional kita yang memberikan akses,” jelas Reno.
“Dugaannya adalah direktur operasional ini adalah anak buah Marques dan memanfaatkan semua lini produksi kita. Masalahnya adalah Arkanta, apa yang dia lakukan dengan ikut urusan ini,” gumam Reno di akhir dugaannya.
Reno berjalan ke tepi jendela dan seakan mengingat sesuatu sempat ada di memorinya yang berkaitan dengan Arkanta. “Astaga, aku ingat sekarang,” celetuk Reno dan dia langsung merogoh ponselnya.
“Hallo Oman, sorry Bro gangguin kamu lagi, tapi serius aku mau minta info soal Arkanta terutama si Leon,” pinta Reno membuat Oman mengerutkan dahi.
“Ada urusan apa kamu sama Leon?” tanya Oman tak bersahabat. Reno yang menangkap nada tak suka dari Oman semakin curiga dengan semua hal yang terjadi di sini.
“Ini kaitannya sama Abra bro, ada beberapa nama yang ditemukan sama Papa dalam penyelidikan ini yang berkaitan dengan direktur operasional itu,” jelas Reno membuat Oman dengan helaan napasnya.
“Detailnya aku kirim ke Loka, tapi kamu mesti ati-ati sama ini orang dia ambisiusnya luar biasa. Kamu mesti kolaborasi juga sama Rasyid soal ini. Kamu udah tanya Rasyid kapan dia bisa ketemu sama kita bertiga,” tanya Oman yang mendadak membuatnya lupa.
“Abis ini deh aku tanyain, lupa aku,” jujur Reno membuat Oman berdecak keras. “La terus kenapa kamu ga minta dia juga kalau gitu,” protes Reno membuat Oman langsung ngomel.
“Kalau aku yang minta dia pasti ga bakalan mau ketemu sama kamu urusan ini, karena dia mau jadi pahlawan sendirian. Kalian temenan bertahun-tahun masa kaga paham juga. Belum lagi urusan wanita kalian berdua itu, makin bikin ribet lah urusannya,” ketus Oman.
Reno diam mendengar ucapan Oman. Satu urusannya dengan Rasyid masih belum beres dan kini harus muncul lagi urusan baru dengan sahabatnya itu.
“Oke, oke aku tanyain dia dulu. Kamu ada dimana sih sekarang?” tanya Reno kepo dan dengan entengnya Oman menjawab, “Germany.”
Reno langsung mengeluarkan semua kata-kata ‘serapah’ yang ‘indah’ untuk Oman tapi empunya malah terbahak dan tak peduli. Dia langsung menutup panggilannya dan Reno masih terlihat kesal dengan semua itu.
“Ras, kamu dimana?” tanya Reno tanpa basa basi setelah mengakhiri panggilannya dengan Oman. “Kenapa kamu nanya segala tumben,” Rasyid malah balik nanya.
“Aku, kamu dan Oman mesti ketemu buat bahas soal Abra dan Madin yang lagi kalut,” ucap Reno membuat Rasyid mengerutkan dahinya bingung. “Harus banget,” balas Rasyid.
“Karena ada nama Marques dan Arkanta di sini yang membuatku berasa abnormal sama semua ini, makanya kita bertiga butuh ngomong bareng soal ini,” ketus Reno yang membuat Rasyid terdiam.
“Aku lagi di Spanyol sampai lusa, kamu di Indonesia apa di Jerman?” tanya Rasyid pada akhirnya. “Kalau gitu kita ketemu di Jerman aja tiga hari lagi,” putus Reno dan Rasyid akhirnya setuju.
Reno [Ketemu di Jerman tiga hari lagi, di central aja biar enak di tengah-tengah.]
Reno mengirim pesan kepada Oman setelah dia menutup panggilan telponnya dengan Rasyid. Kini pandangannya mulai fokus ke semuanya dan berhenti di Loka.
“Kasih aku info soal Arkanta, Oman bilang udah kirim ke kamu soal itu,” perintah Reno membuat Loka langsung mencari informasi itu.
Loka langsung menyodorkan tabletnya kepada Reno. Pria itu membaca informasi yang ada di tangannya itu dan dia merasa tak ada yang istimewa soal hal itu. Sampai akhirnya dia berhenti di satu titik yang membuatnya tak percaya.
“Dia berada di jalur sutra Asia sebagai penjaga gerbang Dark Crown,” gumam Reno yang akhirnya dia tahu jika Dark Crown adalah organisasi yang didirikan oleh Marques. Pria itu melanjutkan membaca informasi itu sampai sejauh mana Leon bekerja.
“Pa, kita ga bisa ngurusin ini sendirian, kita mesti ketemu sama Zamora untuk masalah ini juga,” ujar Reno membuat papa Rendra tak mengerti.
“Siapa mereka itu Reno,” ucap Papa Rendra yang kemudian membuat Reno sadar jika papanya sepenuhnya tak paham kaitannya dengan semua orang ini. Reno duduk dan menjelaskan semuanya kepada papanya.
“Aku tak tahu sejauh mana mereka bekerja, tapi yang perlu kita cari tahu motif apa yang mendasari mereka melakukan ini kepada Abra. Marques Alexander adalah pemimpin organisasi Dark Crown,” jelas Reno membuat papanya diam.
“Kita sampai kapanpun ga bakal bisa menyingkirkan mereka gitu aja dengan tangan kosong, kita butuh Zamora untuk mengendalikan Marques,” lanjut Reno.
“Okay Papa percayakan semua ini sama kamu karena Papa sebenarnya ga mau punya urusan sama orang macam mereka,” kata Papa Rendra dan Reno hanya menghela napas pelan.
“Aku tahu pa, makanya masalah ini cukup bikin aku kaget, karena aku tahu sejauh apapun Papa kenal semacam kelompok hitam terorganisir Papa tidak akan terlibat di dalamnya,” ujar Reno.
“Tunggu sebentar, Papa baru ingat sesuatu, apa ini ada kaitannya sama Sasmita, Norbert juga,” kata Papa Rendra membuat memori Reno kembali pada masa lampau.
“Maksud Papa Om Adolf Norbert,” tanya Reno dan Papanya mengangguk.
“Setahu Papa dia kan juga memiliki bisnis di dunia gelap, dia berniat mengajak Papa dan Om Bagas juga tapi kan kamu tahu kita ga pernah mau ikut campur soal urusan itu dan sekarang dia merasa posisinya terancam karena bisnis Abra makin besar,” asumsi Papa Rendra.
Reno kemudian memikirkan satu ide untuk fokus membereskan masalah ini sekaligus jadi cara untuk melupakan Asmara.
“Pah, Reno mau ke Jerman ya untuk mengurus masalah bisnis ini dan melanjutkan sekolah Reno,” pinta Reno dan papanya cukup terkejut dengan permintaan anaknya.
“Kenapa tiba-tiba?” tanya Papa Reno.
“Iya mungkin ini sudah saatnya aku mengurusi bisnis dan membantu papa,” jawab Reno meyakinkan tapi sebagai Ayah tetap merasa ada yang aneh dengan keputusan putranya.
“Selama ini Papa selalu minta kamu kesana dan itu sudah papa lakukan sejak dua tahun lalu, kenapa baru sekarang kamu memintanya. Ada apa sebenarnya?” tanya Papa.
Reno tertawa pelan, “Papa terlalu mengira-ngira,” ucap Reno sekenanya.
“Ren, papa ini sudah kenal dari kamu bayi, papa mesti tau kalo terjadi sesuatu sama kamu. Kamu ga berusaha lari dari tanggung jawab kan?” selidik Papa Reno.
“Maksud papa apa?” Reno balik bertanya.
“Bisa saja kepergian kamu ini karena kamu menghindari wanita yang kamu hamili gitu?” tembak papa dan Reno langsung terbahak.
“Reno main aman lah pah kalo kaya gitu, lagipula Reno juga ga terlalu suka having s*x sembarangan meskipun aku playboy tapi minimal sama pacar sendiri lah,” jelas Reno yang mendapat gelengan dari papanya.
“Jadi karena?” kembali papa Rendra bertanya.
“Aku ingin melupakan seseorang yang membuat pikiran dan hatiku kacau,” keluh Reno.
Ganti papa yang terbahak, “Tumben ngalah, biasanya kamu semangat buat memperjuangkannya.”
Reno menghela nafas, “Karena dia akan menikah dua minggu lagi pak, selama ini Reno menutupi kenyataan dengan ga percaya kalo dia punya tunangan.”
Akhirnya papa menghela nafas, “Baiklah, aku harap kamu tak meyesali keputusan ini.” Reno mengangguk, “Thanks Pah,” ujar Reno lega.
‘Aku harap Jerman bisa menghapus semua memoriku tentang dirimu.’
*****