Reno melihat ada undangan di mejanya, undangan yang terlihat seperti undangan perayaan perusahaan. Dia membuka undangan itu dan benar saja itu undangan pesta perayaan Mr. Johnson salah satu pemilik perusahaan industry konsumsi terbesar di Indonesia.
Loka datang untuk menyerahkan dokumen dan mengingatkan kembali. “Oh iya Bos, itu undangan dari Mr. Johnson, acaranya besok, sebenarnya aku baru tahu dua hari lalu dan sudah masukin ke jadwal, tapi lupa ga ngomong sama Bos,” kata Loka santai.
Reno hanya menatap Loka dan menggelengkan kepala karena dia juga malas berdebat soal ini. Memang setelah pulang dari Jerman Reno jarang melakukan pengecekan untuk jadwalnya dan perccaya saja sama apa yang dibilang sama Loka.
“Setelan set, sepatu, aksesoris sudah saya siapkan dan akan dikirim besok ke penthouse,” jawab Loka dan kemudian Reno teringat satu hal.
“Pasangannya,” tanya Reno membuat Loka paham dan langsung nyengir. “Saya ga nyari Bos, kan ini gala dinnernya Mr. Johnson, masa mau pake ladies sembarangan,” kata Loka.
Reno langsung melupakan dokumennya dan mulai berpikir siapa yang akan menjadi pasangannya kali ini. Jika di luar Surabaya dia tidak akan kesulitan mencarinya karena semua partner bisnisnya akan melakukan hal yang sama. Tapi ini Surabaya tidak mungkin dia melakukan hal itu, apalagi Mr. Johnson orang lama yang mengenal keluarganya dengan baik.
Reno mengalihkan lamunannya kepada ponselnya yang mendadak berdering. Dia melihat nama Rasyid di sana. “Hallo, Bro, apa kabar?” jawab Reno basa basi banget.
“Mual aku denger basa basimu,” ucap Rasyid dan Reno tertawa. “Ada apa nelpon, tumben?” tanya Reno yang paham banget tabiat Rasyid.
“Dapat undangan dari Mr. Johnson?” tanya Rasyid. “Dapet lah, itu orang ga mungkin ga ngundang keluarga kita, paling juga emak bapakmu kita juga dapet,” ucap Reno santai.
“Mau aku carikan pasangan?” tanya Reno menggoda Rasyid dan langsung keluarlah cuitan Rasyid yang membuat Reno terbahak.
“Ogah, level cewekmu ga ada yang bener buat digandeng kalau ga ngabisin makanan, nagbisin duit, sama ngabisin malu gue di depan kolega, kapok,” cela Rasyid.
“Kalau aku cariin yang bener, entar kamu embat males lah, aku aja belum dapet yang bener, masa kamu duluan yang dapet,” ledek Reno ga kalah sengit dan pada akhirnya keduanya malah terbahak.
“Sampai ketemu di party, by the way kamu tahu kalau Oman bakal datang juga,” tanya sekaligus memberi info kepada Reno.
“Iya tahu kemarin kan dia ngabarin aku, sok-sokan info padahal kamu tahu tujuannya, lagak lu Bro,” cela Reno dan Rasyid terbahak langsung menutup telponnya membuat Reno geleng-geleng kepala.
Reno kembali berkutat dengan dokumennya dan dia memutuskan untuk fokus dulu bekerja sambil berpikir siapa yang cocok untuk dia bawa.
Sore harinya, Loka melaporkan apa yang bisa dia lakukan untuk mencarikan bosnya pasangan. Reno hanya bisa menghela napas mendengarnya.
“Jahat banget sih mereka pada, pas urusan begini ga ada yang mau bantu, awas aja kalau minjem mobilku,” protes Reno yang malah bertingkah childish. Reno bangkit dari duduknya dan berlalu.
“Mau kemana?” Loka langsung kepo. Reno menoleh dan mengedipkan matanya. “Cari cewek lah, aku ga mau kaya Rasyid yang rela datang sendiri ga bawa gandengan, pamorku bisa jatuh nanti,” ucap Reno berlalu dari sana.
Gelas capucino digenggamnya sambil memikirkan siapa yang nantinya akan dia bawa sebagai pasangannya dalam gala dinner. Pandangannya menatap lurus ke jendela kaca yang ada di coffee shop itu.
Reno merasa buruk karena bisa gonta ganti pasangan tapi giliran perlu pasangan yang baik dia malah ga punya. Pikirannya kembali pada Gladis, ada rasa rindu yang masih bersarang di hatinya tapi kemudian dia sadar jika semuanya sudah berakhir.
Reno menyesap kopinya perlahan dan menyadari mungkin Gladis benar jika dia hanya memanfaatkan keberadaannya bahkan di saat seperti ini Gladis yang dia pikirkan tapi entah untuk perasaan yang seperti apa. Sampai sebuah suara mengganggu lamunannya.
"Ini Kak Reno bukan?" kata wanita itu, Reno mengernyit bingung, "Maaf siapa ya?" wanita itu tersenyum, "Aku Lala kak, adik kelas kakak pas kuliah."
"Oke maaf ya kalo aku lupa," sahut Reno sopan tapi sepintas ada ide terlintas di kepalanya. Lala mengangguk paham, saat Lala akan pergi Reno memanggilnya kembali.
"Lala, sorry kalo aku ga sopan, tapi besok ada acara ga?" tanya Reno to the point. "Kenapa kak?" tanya Lala.
"Kalo kamu ga keberatan boleh minta tolong temenin aku ke gala dinner salah satu rekan bisnisku. Aku lagi butuh partner ini," kata Reno jujur.
Lala tertawa pelan, "Boleh aja sih, tapi aku ga punya pakaian formal."
"Emmm,,ga masalah ntar aku temenin cari plus aku beliin juga deh." Reno menyodorkan ponselnya dan Lala bingung. "Nomor kamu La, biar aku bisa anter baju dan jemput kamu," jawab Reno. Akhirnya Lala memberikan nomer ponselnya kepada Reno dan berlalu.
Reno langsung menelpon Loka setelah kepergian Lala. “Ka, siapin baju wanita satu set buat besok, sekalian kamu cek dulu profilnya Lala temenku pas kuliah, tepatnya adik kelas sih,” kata Reno memberi perintah.
Reno yang mulai merasa lega karena sudah mendapatkan pasangan langsung tersenyum. “Ternyata jiwa dan pesona lelakiku tak luntur meskipun sudah lama menjomblo,” kekehnya sombong.
***
Besok siangnya baju yang akan dipakai Lala sudah dikirim di rumah Lala beserta sepatu dan aksesorisnya. Lala bersiap dan Reno janji akan menjemput jam 7 malam. Saat bertemu dengan Lala, Reno hanya melihat sepintas bahwa pilihan Loka tak buruk dan dia juga tidak berniat memujinya karena dia terlihat biasa saja.
“Sudah siap,” ucap Reno sekedar basa basi. Lala mengangguk. Setelah membukakan pintu layaknya seorang gentleman, dia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
“Makasih ya sudah mau temenin aku ke pesta,” ucap Reno sambil melajukan mobilnya. “Iya senang bisa membantu,” ucap Lala yang entah kenapa Reno jadi merasa geli. Dalam hatinya dia berpikir, jangan bilang ini cewek mau godain dia juga.
Reno yang sedang dalam mode tidak ingin menggoda wanita tidak melanjutkan obrolan lagi dan mereka hanya diam dalam mobil dan mendengarkan lantunan audio. Sampai hampir satu jam berkendara mereka sampai di hotel W tempat acara berlangsung.
Reno membiarkan Lala menggandeng lengannya, toh pesta inni bebas kan sapa aja boleh gandengan tangan. Reno bisa melihat jika Lala takjub dengan pesta ini sampai dia berdiri semakin dekat Reno agar terlihat mesra.
“Selamat malam Mr. Johnson,” sapa Reno saat dia memasuki ballroom dan menemui tuan rumah pesta ini. Reno melepaskan tangan Lala dan menyalami Mr. Johnson.
“Hallo Mr. Abrisam, senang bisa melihat Anda di sini,” balas Mr. Johnson yang akhirnya mereka mengobrol soal bisnis yang membuat Lala jenuh dan dia perlahan menjauh dari Reno. Pria itu hanya meliriknya sekilas dan cuek saja dengan hal itu.
Sampai Reno mulai hilang fokus saat dia melihat sebuah siluet wanita dengan gaun biru navy, tatanan rambut yang dirapikan sederhana tapi simple dan make up yang biasa saja untuk pesta semacam ini.
Matanya tak berhenti mengikuti gerakan wanita itu apalagi dengan senyumnya yang tak biasa menurut Reno. Semakin lama dia melihat semakin membuat kinerja jantungnya tak bisa berhenti berdetak.
“Apa yang dia miliki sampai membuatku tak bisa mengalihkan pandanganku kepadanya,” gumam Reno.
*****
Hayooo,,, siapa wanita itu??