Keesokan harinya Reno sudah bersiap dengan baju santainya, sweater coklat dan celana jeans, rambut yang disisir rapi dan sepatu kets. Dan membawa tentengan saatu ransel. Dia sudah duduk manis di meja makan untuk sarapan bersama keluarganya.
Papa Rendra melirik ke istrinya dan Mama Tata hanya mengangkat bahunya melihat anaknya yang memang sudah rapi, bisa dipastikan jika dia akan pergi ke suatu tempat.
“Pagi semuanya, ayo lekas sarapan,” sapa Reno begitu dia duduk langsung mengambil piring dan cuek dengan pandangan kedua orang tuanya.
“Kamu mau pergi kemana?” tanya Mama Tata yang tak bisa menahan diri untuk bertanya. Reno hanya memandang mamanya dan tersenyum. Dan lelaki muda itu melanjutkan makannya.
“Astaga anak ini ditanya malah diam aja kaya nelen karet,” kesal Mama Tata membuat Papa Rendra berdehem.
“Mama jangan gitu dunk,” bela Papa Rendra membuat Reno mengangguk. “Nah, bener itu Ma, aku cuma mau pergi sebentar kok,” jawab Reno santai.
“Tau Mama kalau kamu mau pergi, tapi yang jadi pertanyaan kamu mau pergi kemana?” perjelas Mama Tata.
Reno nyengir dan tersenyum, “Mau ketemu Gladis,” jawab Reno polos yang sontak membuat Mamanya tersedak. Papa Rendra langsung menyodorkan tisu.
Reno yang memang dasarnya semakin yakin jika mamanya tahu sesuatu tapi dia tak mau menduga tanpa bukti dan alasan yang jelas. Anak muda itu memicingkan mata dan akan melancarkan aksinya.
“Kenapa Mama keseleg? Apa ada sesuatu yang Reno ga tau?” tanya Reno langsung menohok membuat mamanya langsung menggeleng cepat.
Papa Rendra tahu jika mereka berdua dibiarkan bisa berakhir tidak menyenangkan, karena itu dia memutuskan untuk mengalihkan pembicaraan.
“Berapa lama kamu pergi? Mumpung kamu di sini bantu Papa sama kerjaan baru yang nanti bakal launching tiga bulan lagi,” potong papa Rendra membuat Mama Tata jadi menghela napas lega.
Reno langsung berdecak, “Reno ga bisa janjiin Pa, kan Reno cuma tahu Gladis tinggal di kota mana tapi belum tahu di sebelah mananya, jadi Reno butuh waktu buat cari,” ucap Reno menjelaskan sambil mengunyah makanannya.
“Oh, jadi kamu tahu dimana Gladis tinggal tapi tak tahu alamatnya?” ucap Mama Tata yang tadi agak panik ternyata anaknya belum mengetahui semuanya.
“Iya dan lagian kenapa Mama keliatan banget sih kaya ga mau aku nemuin Gladis,” gerutu Reno kesal dan Mama Tata langsung tertawa mendengarnya.
“Emang ga mau kamu temuin, biar tahu rasa kamunya, lagian jadi laki mata jelalatan banget, ga bisa apa jaga pandangan dan jaga perasaan,” omel Mama Tata.
“Gini yah Mama jelasin buat kalian para kaum laki, di saat kalian merasa cemburu kalian marah kepada kita kaum wanita dan mungkin kalian bisa saja menyakiti kita atau menyakiti orang yang membuat kalian cemburu,” kata Mama Tata panjang lebar bak pidato.
“Tapi kalian pernah sadar ga sih kalau kalian sendiri yang membuat kecemburuan itu hadir. Contohnya adalah tidak bisa menjaga pandangan, menjaga perasaan, menurut kalian kita batu yang kagak ada hati,” Mama Tata mulai meninggikan nadanya.
“Tindakan kalian itu membuat kita kaum wanita menyadari jika kita itu sama aja di mata kalian, tidak ada rasa special atau berharganya karena kalian masih menggoda yang lain. Kalaupun ada yang ga puas dengan kita kan bisa dibicarakan.”
“Atau alasan membuat kita cemburu?” sindir Mama Tata dengan melirik Reno membuat lelaki itu hanya bisa menghela napas dan menelan ludahnya pahit.
“Itu alasan yang konyol, karena apa dari sudut pandang kita membuat kita cemburu itu bukan begitu caranya, cukup sibuk dengan kerjaan kalian, sibuk dengan me time kalian, itu saja membuat kita cemburu tanpa perlu beralih kepada wanita lain yang malah nanti kebablas,” seru mama Tata.
“Mamaku Sayang, istri Papa yang paling cantik, kita lagi sarapan lo masa udah dapet siraman rohani pagi hari,” kata papa Rendra lembut membuat Reno terkikik tapi malah membuat mamanya jengkel.
“Itu sampo buat kamu Reno, jangan ngeledek pake ketawa segala. Lagian Papa juga sih, lagi ngomongin anakmu yang kelakuannya ga bener juga, malah disindir siraman rohani,” ucap mama Tata jengkel langsung berdiri.
“Ehhhh, Mama mau kemana?” tanya Papa Rendra. “Pergi dari hadapanmu,” gerutu Mama Tata dan langsung ngeloyor pergi. Papa Rendra langsung bengong dan malah memijat keningnya pening.
Setelah mamanya berlalu, Reno malah tertawa terbahak melihat kelakuan kedua orang tuanya. Papa Rendra langsung mendongak dan menatap tajam anaknya.
“Kalau sampe Mamamu ngambek dan Papa ga dapet jatah malam ini, Papa blacklist kamu dalam daftar warisan,” ancam Papanya dan ikut berdiri.
Reno malah terbahak, “Lah, salah Papa kenapa aku yang kena blacklist,” ucap Reno masih belum meredakan tawanya.
“Makanya kelakuan yang bener dunk jangan minus, bikin kesel Mamamu aja,” ucap Papa Rendra bingung dengan kelakuan anaknya.
“Kaya Papa ga gitu aja dulu masih muda,” ledek Reno yang malah mendapat decakan dan pelotototan dari ayahnya.
“Papa dulu playboy sebelum ketemu sama Mama kamu, la sekarang kamu punya Gladis kelakuan masih playboy. Kalo emang ga doyan sama anaknya Sasmita tinggal putus aja sih, ngapain pacaran lama-lama uung-ujungnya putus juga kaya gini,” keluh Papanya.
Reno langsung terbelak mendengar ucapan papanya. “Sejak kapan Papa ngurusin urusan asmara Reno?” tanya Reno bingung karena memang selama ini mereka tak sedekat itu untuk urusan pribadi.
“Sejak Mamamu berisik ngomongin kalian berdua mulu tiap menit, tiap jam ampe pening Papa,” balas Papanya dan berdiri seperti bersiap untuk pergi.
“Ehhh, tunggu, tunggu, sebenarnya ada apa sih dengan kalian berdua yang campur tangan banget urusanku sama Gladis,” tanya Reno tak mengerti dengan kelakuan kedua orang tuanya.
“Tanya aja sendiri sama Mamamu,” balas Papa Rendra singkat. Papa Rendra langsung berbalik dan bersiap untuk pergi.
“Ehh, Papa mau kemana sih?” tanya Reno kepo. Papa Rendra yang tahu hal itu menoleh dan menatap anaknya dengan pandangan sinis.
“Kerja, ngerayu Mamamu lah, kalo ga gitu bisa jebol kartu kredit Papa digesek ga pake ampun,” kata Papa Rendra yang malah membuat Reno terbaahak puas.
“Gesek aja Mama di bawah selimut, ga usah kasih gesek di mesin EDC,” ledek Reno membuat Papa Rendra mendelik.
“Awas lu, Papa sumpahin ntar bucin baru tahu rasa lu,” sumpah Papanya pergi meninggalkan anaknya yang tidak berhenti tertawa.
Reno belum meredakan tawanya dan menggelengkan kepalanya melihat kelakuan kedua orang tuanya yang memang mesra dengan cara mereka sendiri bukan seperti orang yang sengaja dibuat romantic dengan kasih bunga dan hal lainnya yang terlihat indah tapi sebenarnya tak mewakili apa yang mereka rasakan.
“Thanks Ma, Pa, Reno malah berharap beneran jadi bucin biar Reno ga perlu menyadari yang namanya kehilangan dan mencari cinta yang sebenarnya sudah kumiliki,” gumam Reno sambil memandang ponselnya yang masih terpampang jelas gambar Gladis yang tertawa di sana.
*****
Gimana sampai chapter ini?
Belum greget?
Sengaja yess,,hehehe..
Karena aku pengen menghadirkan banyak hal yang tidak disadari banyak orang termasuk diriku mungkin ya, sekaligus buat pengenalan tokoh dan karakter amsing-masing. Sebelum Reno banyak mengalami perubahan.
Tunggu aja okay ;-)