P.18 Best Friend

1125 Kata
Perjalanan Reno kali ini dia tempuh dengan pesawat karena memang beda provinsi dengan tempat tinggal sekarang. Jaraknya lumayan jauh sekitar 700 kilometer, bisa saja dia berkendara tapi pasti membutuhkan waktu yang lama. Jadi dia memutuskan untuk naik pesawat untuk menghemat waktu sehingga sisa waktu yang lain untuk mencari Gladis di sana. Jam masih menunjukkan siang hari saat dia tiba di sana. “Lama banget ya aku ga ke sini,” gumam Reno membuat dia masih diam berdiri di selasar bandara dekat pintu kedatangan. Dia berpikir sejenak kemana dia harus pergi dan possibility Gladis bakal ada dimana. “Astaga kenapa aku bisa lupa ya, kan Yaseer ada di sini, dia harusnya masih kuliah sih ini di sini,” ucap Reno mengingat teman lamanya dulu. Reno mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Yaseer. Lama dia mendengar nada deringnya dan tak diangkat juga. Dia mencari history percakapan mereka dan menemukan alamat yang kini ditinggali oleh Yaseer. Reno mencari taksi dan menuju ke tempat tinggal Yaseer. Sementara ini dia akan tinggal dengan Yaseer di apartemennya, bukan tak mampu membayar hotel tapi daripada di hotel sepi sendiri masih mending di apartemen dengan temannya itu. Tak sampai satu jam perjalanan dari bandara dia tiba di salah satu apartemen yang tidak terlalu mewah tapi cukup nyaman untuk ditinggali. Lokasinya pun tak jauh dari universitas yang kini sedang dia tempuh studinya. Tanpa menunggu lebih lama lagi dia langsung naik ke lantai tempat Yaseer tinggal dan dia trekejut begitu melihat di depan pintu temannya itu sedang berciuman mesra dengan salah satu wanita bule. “Pantesan akku telpon ga diangkat, ga taunya sibuk sama hukum alam,” ledek Reno kencang membuat keduanya menoleh. Yasseer yang melihat kedatangn Reno langsung mendelik. “Datang-datang bikin ribut lu,” balas Yaseer yang memberikan kode kepada wanitanya untuk pergi dan wanita itu pergi dari sana setelah mereka kembali berciuman sesaat dan saling memeluk. Begitu melewati Reno, wanita itu sempat menatapnya dan tak lupa mengedipkan matanya membuat Reno menaikkan satu alisnya dan membuang muka. Reno akui dia memang suka menggoda wanita, tapi itu bukan berarti dia menggoda sembarang wanita atau w*************a yang dia goda. Dia masih selektif dalam memilih wanita untuk digoda dan melihat wanita barusan jelas banget dia bukan wanita yang ingin dia goda. “Kamu ga salah pilih teman main kaya dia?” tanya Reno santai langsung masuk ke dalam apartemen Yaseer seolah ini apartemen miliknya. Yaseer yang melihat kelakuan temannya ini tidak heran dan biasa saja. “Menurut Lu? Cuma ngicip doank sensasinya gimana?” jawab Yaseer santai membuat Reno berdecak menggeleng tak percaya. “Astaga parah Lu, awas kena penyakit,” goda Reno dan Yaseer mantap menggeleng. “Tenang Bro, aku selalu stok pengaman dan periksa minimal setahun sekali,” jawabnya santai. “Jijik dengernya,” tawa Reno dan dibarengi dengan tawa temannya juga. Mereka berdua duduk di pantry dan mencceritakan asal muasal Yaseer mengenal wanita yang baru saja meninggalkannya. Terdengar canda tawa dan ledekan mereka berdua yang tak ada habisnya. “So, Mr. Perfectionis, ada angin apa kemari?” tanya Yaseer yang paham bangget kelakuan temannya ini. Reno tak mungkin hanya datang melenggang santai dengan kegiatan dan kesibukannya yang seabreg jika tidak terjadi sesuatu. “Gladis mutusin aku,” lirih Reno tapi langsung mendapat semburan dari Yaseer. Reno langsung menyingkir dan mendelik, “Jijik banget lu, pake nyembur-nyembur segala,” umpat Reno dan langsung dilempari kain lap oleh Yaseer. “Sorry Bro, kaget akunya, ga nyangka aja kalian bakal putus,” jawab Yaseer santai. Reaksi terduga yang Yaseer keluarkan membuat Reno tersenyum. Mereka berdua sudah bersahabat sejak lama, awalnya karena urusan hukum Papa Yaseer dengan Papa Rendra, seringnya kedua orang tua mereka bertemu membuat mereka juga ikut berteman. Sebagai teman yang Reno kenal, Yaseer tidak pernah menghakimi seseorang meskipun orang tersebut salah. Dia akan menjabarkan dan menaanalisa lebih dulu apa masalah yang terjadi. “Jangan tanya kenapa, kamu tahu sendiri apa yang aku lakukan sama Gladis selama dia jadi pacarku dan semua orang sudah menuangkan banyak sampo dan mengorek-orek kupingku ampe panas rasanya,” keluh Reno. Yaseer dan mendengarnya hanya bisa tertawa pelan dan menggelengkan kepalanya. Dia berjalan ke kulkas dan memberikan Reno sebotol air mineral dingin. Reno yang melihat kelakuan temennya hanya memandang seolah bertanya untuk apa minuman ini. Yaseer tersenyum dan berkata “Minum ini dulu biar otakmu adem dan siap cerita apa yang mesti aku bantu,” kata Yaseer bijak. Reno langsung meneguk hampir tiga perempat botol dan setelahnya dia langsung bercerita panjang lebar soal apa yang dia alami dan bagaimana dia melalui semua ini. “Bahkan sekarang Mama dan Papaku mulai ikut campur urusan ini, dan aku yakin banget kalau mereka tahu Gladis ada dimana,” tuduh Reno. Sahabatnya ini mengerutkan dahinya bingung, “Maksudmu dengan orang tuamu juga tahu masalah Gladis itu, dia tahu dimana Gladis bersembunyi,” tanya Yaseer membuat Reno mengangguk. “Seberapa yakin?” tanya Yaseer tak yakin. Reno bukannya menjawab malah bertanya, “Kok kayanya kamu ga percaya gitu kalo aku bilang mereka tahu soal Gladis,” tanya Reno balik. Yaseer menggeleng, “Bukan gitu maksudku tapi meskipun mereka tahu Gladis ada dimana tapi tetep memintamu berjuang sendiri itu kan artinya mereka tidak terlalu tahu, mungkin hanya sedikit, misalnya cuma masalah dia ke Jerman atau masalah kalian kenapa putus,” ucap Yaseer. “Entahlah mungkin saja,” jawab Reno yang mendadak juga tidak yakin dengan asumsinya setelah mendengar ucapan Yaseer. “Dan kamu kemari karena ingin bertemu denganku atau bagaimana?” tanya Yaseer yang mulai melihat keraguan di mata Reno. Reno mendongak dan menatap Yaseer, “Aku punya feeling Gladis ada di sini tapi tak tahu ada dimana, jadi aku mau numpang di rumahmu dulu sementara,” kata Reno polos. Yaseer mengangguk yakin, “Take your time.” Keduanya langsung tertawa dan ada perasaan lega tersendiri yang terselip dalam diri Reno. Setelah semua orang menghakiminya dan kini ada Yaseer yang mendukungnya walaupun hanya memberinya tempat tinggal tapi dia sudah merasa bersyukur soal itu. “Aku mau mandi dulu, abis itu kita cari bareng-bareng,” kata Yaseer berlalu dari sana. Reno yang mendengarnya langsung berteriak, “Yaseer memang yang terbaik,” gelak tawa Reno terdengar setelahnya. Yaseer hanya mengacungkan jari tengahnya. Tak sampai satu jam kini mereka ada di salah satu kafe favorit mereka yang dulu sering mereka singgahi. Sambil menunggu makanan datang keduanya celingukan kesana kemari seakan mencari sesuatu. “Emang menurut kammu dia bakal datang ke tempat gini?” tanya Reno mendadak yang membuat Yaseer menghela napasnya. “Baru aku mau nanya, eh kamunya udah nanya duluan,” balas Yaseer dan akhirnya mereka tertawa bersama. Mereka akhirya bercengkrama sekaligus bernostalgia sambil menyesap kopinya sampai keduanya mendengar keributan di salah satu pojok kafe. ***** Ada apa di pojok kafe? Keributan apa yang bakal terjadi? Sesuatu yang bakal membuat Reno terlibat didalamnya dan tanpa disadari oleh keduanya. Hohohohoho....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN