P. 7 Strange

1222 Kata
Reno yang tanpa sadar memejamkan matanya, kini mulai bangun dan duduk sambil mengumpulkan nyawa. Dia melihat jam dinding di ruang tengah penthousenya menunjukkan pukul 11 malam. Akhirnya dia bangkit dari sana dan masuk ke kamarnya untuk ganti baju. Kelly is calling... "Hei Bro, lagi dimana?" tanya Kelly saat Reno sudah mengangkat panggilan dari sahabatnya itu. "Di rumah, ngapa?" tanya Reno santai masih membetulkan bajunya. "Sepuluh menit lagi aku jemput, kita ke Sunkist," ucap Kelly. Reno yang tahu hal itu hanya bisa berdecak tak suka. "Males ah ke sana, lagi ga mood," seru Reno malas. Kelly yang tahu temannya akan menjawab hal itu langsung tertawa. "Astaga jadi bener, gegara putus cinta sama Gladis kamu malah jadi lelaki ababil dan galau" ujar Kelly. Reno berasa tanduknya akan keluar dan kesal dengan ucapan Kelly. "Belum aja lu ngalamin, nanti kalo udah bucin baru tahu rasa, aku sumpahin lu," ucap Reno dengan berapi-api membuat Kelly makin terbahak. "Justru aku kemari mau menghibur Bro," Kelly baru mengeluarkan beberapa patah kata Reno langsung membalasnya panjang lebar. "Mana ada menghibur kaya begini ceritanya, yang ada sengaja banget mau ngeledek, dasar lu, ngeselin banget," cerocos Reno. Kelly langsung tertawa pelan, "Jadi ga mau nih, ikut aku ke Sunkist, padahal Oman tadi ngabarin kalo dia mau ketemu kamu," pancing Kelly. Dan benar saja Reno langsung tertarik begitu mendengar nama Oman disebut, karena dia dan Oman ada misi tersendiri soal ini.   "Eh, Oman mau datang juga?" tanya Reno penasaran. Kelly yang mendengar itu langsung terbahak, “Busyet dah begitu denger nama Oman aja langsung antusias, ketahuan lu ada maunya sama Oman,” ledek Kelly dan lagi-lagi Reno berdecak sebal. “Ga penting juga, besok aku bisa telpon Oman sendiri, sana pergi aja sendiri ke Sunkist,” usir Reno. Gantian Kelly yang berdecak sebal, “Enak aja ngusir-ngusir, aku udah 100 meter lagi di penthousemu, buruan turun,” perintah Kelly. “Bodo,” balas Reno langsung menutup telponnya. Dia membanting ponselnya ke kasur dan ikut berbaring di sana. Lalu dia teringat ucapan Kelly dan mengambil ponselnya lagi untuk menghubungi Oman. Sampai dering ketiga tidak juga diangkat akhirnya Reno menghentikan panggilannya. Reno mengacak-acak rambutnya gusar, “Gila ini sih, gini banget ya baru ditinggal sama satu cewek,” keluh Reno kesal. Tak lama terdengar suara dering ponsel miliknya, Reno langsung menoleh dan melihat nama Oman ada di sana. Tanpa menunggu lama lagi dia langsung mengangkat panggilan itu. “Kemana aja aku telponin ga diangkat,” protes Reno membuat Oman tertawa. “Kenapa emangnya? Kan kamu udah dijemput sama Kelly, nyat juga ketemu di Sunkist,” jawab Oman. “Ngapa mesti ke Sunkist sih, kan bisa di penthouseku atau dimana gitu kek,” masih aja Reno mengeluh. Oman paham maksud sahabatnya itu dan langsung berdecak. “Jan pake alasan menggoda iman, pas jaman sama Gladis aja kamu juga sering main ke sini, bukannya itu yang membuat Gladis kesel dan akhirnya ninggalin kamu,” Oman langsung membuat Reno mati kutu. Sampai akhirnya kejadian di masa lalunya saat bersama Gladis tapi dia masih sennag bermain di Sunkist dan bersama dengan wanita-wanita yang ada di sana. Ting.. Tong.. Lamunan Reno langsung buyar begitu mendengar bel pintu penthousenya. Tanpa berpamitan dengan Oman dia langsung mematikan panggilannya dan berjalan ke pintu depan. “Dibilangin tunggu di lobby lama bener, kaya perawan aja pake dandan segala,” keluh Kelly langsung menerobos masuk dan berjalan ke dapur. Reno hanya bisa menghela napas melihat kelakuan temannya itu. Kelly memang tidak pernah sungkan dengannya, mereka sudah berteman sejak SD karena dulu orang tua Kelly sering ke Singapore untuk masalah bisnis. Kelly tinggal bersama dengan Nenek dan Pamannya di sini, karena sering ketemu Reno dan orang tuanya jadilah mereka akrab. Sampai akhirnya pas SMA, orang tua Reno pindah ke Jerman, dia juga ikut pindah ke Singapore dan rumahnya di sini kosong. “Kamu pasti kostum itu?” tanya Kelly ssetelah menegak aair mineral dingin dari kulkas milik Reno. Pria yang ditanya melihat penampilannya. Sebenarnya penampilannya ga termasuk buruk sih. Long sweater warna navy, celana pendek kain warna coklat muda. Tinggal ditambahkan sepatu dan jam tangan serta menyisir rambutnya yang acak-acakan pun sudah tidak masalah. “Beneran ke Sunkist?” tanya Reno masih meragu membuat Kelly kesal dan langsung menyeret Reno ke tepi pintu keluar. “Eeehhh, tunggu dompetku, aku juga belum pake sepatu!” seru Reno langsung dilepas oleh Kelly. “Aku tunggu lima menit ga pake lama, awas lama aku seret juga nih,” gerutu Kelly. Reno langsung melesat mengambil dompet, sepatu dan jam tangannya. Tak sampai lima menit mereka akhirnya keluar dari penthouse dan meluncur ke Sunkist. Perjalanan yang mereka tempuh juga tak lama hanya sekitar lima belas sampai dua puluh menit sudah sampai di Sunkist.  Merekka langsung masuk tanpa pemeriksaan karena mereka adalah pelanggan tetap di sini. Reno melihat ramainyaa dance floor dengan wanita yang seksi dan cantik membuatnya tak berkedip sesaat. Kelly yang memperhatikan itu tak hentinya meledek. “Syukur deh kalo masih mau sama perempuan, kirain habis putus dari Gladis langssung ganti orientasi,” ledek Kelly yang langsung dapat jitakan dari Reno. “Mulutmu kaga ada filternya, gimanapun juga masih enakan lobang daripada main pedang-pedangan kaya superhero,” ucapan kesal Reno malah dapat balasan tawa terbahak dari Kelly yang langsung merangkulnya ke lantai dua. Pintu ruangan VIP 3 dibuka, terlihat pemandangan yang aduhai dari Oman dan Malik yang asyik memangku wanita dengan pakaian seksi. Kelly dan Reno yang melihatnya langsung menggelengkan kepala. “Kalau berani coblos dunk, jangan Cuma diangetin doank,” ledek Kelly membuat keduanya langsung menoleh dan tertawa. Reno yang mendengarnya hanya bisa tertawa dan duduk bersandar. Kedua wanita itu diminta keluar sebelum diberi uang tip tiga lembaran warna merah. Dan akhirnya hanya ada mereka berempat di sini. Reno menuangkan minuman pada gelas kosong yang ada di meja dan langsung meminumnya dalam satu teguk. “Sante Bro, semua masalah pasti ada solusinya, ga usah buru-buru apalagi frustasi,” tepuk Malik saat tahu Reno mulai menitikkan air mata yang membuat semuanya diam tak bersuara. “Aku baru ngerasain kalo Gladis itu kesayanganku dan aku mencintainya sat aku udah ditinggal kaya begini,” isak Reno yang mendapat helaan napas dari temannya. “Emang hatimu hello kitty banget, masalah gini aja bisa nangis. Come on, kamu tuh cowok lo ya, jangan cengeng napa?” ucap Oman tegas. “Aku juga ga pengen kaya gini, tapi rasanya itu berat banget tahu ga sih, belum aja kalian ngerasain kalo udah bucin, tahu rasa lu,” sumpar serapah Reno yang dibalas tawa dari teman-temannya. “Sebelum aku kasih tahu dimana Gladis tinggal, sebenarnya apa sih yang jadi masalah buat kalian berpisah?” tanya Oman tak mengerti. Reno langsung mendongak dan menatap Oman, “Jadi kamu tahu dimana Gladis tinggal?” ucap Reno tak percaya. “Infonya ada sih, tapi aku mesti tahu dulu alasan kalian karena informasi ini sifatnya agak aneh sih menurutku,” jujur Oman. Ketiga pria lain yang ada di sana langsung menatap Oman tak percaya. “Apa maksudmu informasinya tak masuk akal?” tanya Malik tak mengerti. “Semuanya itu gampan ditemukan untuk seseorang yang melarikan diri,” kata Oman santai sambil menegak minumnya. “Ya kali emang dia ga melarikan diri,” ucap Kelly tak mau kalah. Oman menggeleng pelan, “Terlalu kebetulan dan aneh sih menurutku.” Reno langsung mengutarakan pembicaraan terakhirnya dengan Gladis. “Dia hanya ingin aku belajar siapa yang sebenarnya aku cintai selama ini.”  *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN