Lidah Liam mendadak kelu mendengar ucapan Gladis. Dia sungguh tak menyangka jika wanita yang dia puja dan dia inginkan hadir dalam hidupnya justru orang yang menyakitinya secara perlahan.
“A-apa maksud ucapanmu Glad?” tanya Liam terbata.
Gladis yang melihat reaksi Liam itu sebenarnya tak tega tapi dia sudah lelah dengan semua ini karena itu dia berniat untuk menyelesaikan semuanya hari ini.
“Aku hanya ingin memastikan seperti apa kehidupan yang kamu inginkan bersamaku, karena aku tahu kita beda cara pandang dalam hidup. Bagiku keluargaku adalah segalanya dan kamu malah tak menginginkan sebuah keluarga,” tegas Gladis.
Liam diam.
“Dan pernikahan adalah membentuk suatu keluarga, jadi pernikahan seperti apa yang kamu maksud dengan kondisi kamu yang tidak menginginkan keluarga,” sindir Gladis.
Ucapan Gladis telak membuat Liam diam. Apa sejahat itu pikiran Gladis dan pengertiannya mengenai keluarga. Apa dia yang tak menginginkan keluarganya sendiri tidak boleh membentuk keluarga baru yang dia inginkan.
“Jika aku tak menginginkan keluargaku, apa aku tidak boleh membuat keluarga sendiri. Apa itu maksudmu?” lirih Liam.
Gladis hanya menghela napas dan mengangguk pasti. “Kenapa kamu sampai di titik tidak menginginkan keluargamu sendiri,” cecar Gladis.
Liam berdecih pelan, “Jika aku bisa memilih sendiri keluargaku saat aku lahir, aku lebih memilih tidak memiliki keluarga jika pada akhirnya hidupku seperti ini,” terang Liam.
Gladis terhenyak, dia tak menyangka jika Liam akan mengatakan hal yang semacam itu. Seburuk apa hubungan dirinya dengan keluarganya sampai dia lebih memilih hidup sendiri.
“Tapi kamu harus ingat tanpa keluargamu, terutama ibumu kamu tidak akan di dunia ini Liam bahkan bertemu denganku seperti sekarang,” kata Gladis mencoba meluruskan apa yang dia pahami.
“Kamu tidak salah Liebe, tapi aku tak yakin jika kamu tahu apa yang terjadi pada keluargaku, pemahamanmu soal keluarga akan sama,” kata Liam santai.
Gladis merasa pancingannya kali ini mulai berhasil meskipun dia sebenarnya tak tega melihat reaksi Liam yang tersiksa terkait keluarganya, namun dia mengeraskan hati untuk mencari tahu semuanya.
‘Kuatkan dirimu Gladis, ini hanya sementara demi keluargamu dan semua orang yang membuat hidupmu jadi tak nyaman,’ batin Gladis menguatkan.
“Entahlah aku tak bisa memastikan semua itu, karena kamu tak memberiku sama sekali kesempatan untuk mengetahui keluargamu meskipun itu sekecil debu,” kata Gladis santai.
Demi peran dan dramanya dia pun berlalu dari hadapan Liam, wanita itu berniat untuk masuk ke kantor yayasan yang memang ada paviliun kecil di belakangnya tempatnya dulu tinggal. Tapi baru beberapa langkah dia sudah mendengar suara Liam yang membuat langkahnya terhenti.
“Apa kamu bisa berjanji untuk tidak membenciku jika aku ceritakan mengenai keluargaku kepadamu,” kata Liam dengan suara serak.
Gotcha.
Wanita itu masih bergeming meskipun dalam hatinya sudah mengiyakan apa yang Liam pinta. Tapi kembali dia menjadi wanita kejam yang memasang wajah tanpa belas kasihan dan reaksi keras hati.
“Aku akan ceritakan semuanya soal keluargaku, terutama kakakku dan apa yang seharusnya kamu tahu tentang diriku. Tapi aku minta berjanjilah satu hal padaku,” pinta Liam dengan suara yang semakin serak dan mulai tenggelam.
Gladis yang merasa tak enak akhirnya memutar badannya dan kembali menghadap Liam. Wanita itu sempat bingung dengan ekspresi yang Liam tunjukkan tapi dia mengabaikannya demi tujuannya untuk mendapatkan informasi.
“Apa yang harus aku janjikan untukmu Liam,” balas Gladis.
“Jangan membenciku dan jangan mengasihaniku setelah kamu tahu semuanya. Aku benci dikasihani dan katakan saja jika kamu ingin meninggalkanku setelah kamu tahu semuanya,” kata Liam dengan suara samar.
Meskipun sempat bingung dan aneh dengan pernyataan Liam. Wanita itu masih mencerna secara perlahan ucapan Liam khawatir jika ada sesuatu yang mencurigakan atau membuatnya terjebak lebih dalam. Tapi Liam sedikit memperjelas kekhawatiran Gladis.
“Semua yang terjadi dalam keluargaku tidak bisa dikatakan baik, buruk mungkin tapi aku bisa janjikan tak seburuk penjahat kelas kakap. Aku tak menginginkannya karena aku merasa malu dengan tingkah mereka yang menghalalkan segala cara demi kekuasaan dan uang,” ucap Liam.
Mereka terdiam cukup lama dan terdengar napas Liam yang tersengal. Gladis yang merasa aneh dengan tingkah Liam akhirnya mendekat dan jelas sekali Liam terlihat pucat.
Liam apa kamu baik-baik saja?” tanya Gladis dan Liam masih bisa tersenyum lalu mengangguk. “Tenanglah ini hanya efek kaget bukan karena apa-apa,” ucap Liam menenangkan Gladis.
Gladis akhirnya menuntun Liam untuk mencari tempat duduk terdekat di area itu. Liam mengatur napasnya dan keduanya kini diam beberapa saat. Gladis sesekali menoleh kepada Liam memastikan jika kondisi lelaki itu memang baik-baik saja.
“Tolong jangan memandangku seperti itu seakan aku pria yang lemah,” celetuk Liam membuat Gladis jadi salah tingkah. “Terkadang aku mengalami hal seperti ini jika ada kejadian yang mengagetkanku,” terang Liam.
Gladis akhirnya mengangguk dan berusaha memahami apa yang Liam alami. “Apa kamu ingin ke dokter atau membutuhkan sesuatu?” tanya Gladis dan Liam menggeleng.
“Sebenarnya aku hanya ingin kamu berada di sisiku sampai akhir hayatku. Tapi aku sadar itu permintaan yang terlalu berlebihan untuk lelaki sepertiku yang tak tahu diri,” ujar Liam dengan pandangan lekat kepada Gladis.
Hari ini Gladis tak bisa berbohong jika tatapan Liam ini membiusnya dan membuatnya terlena. Sorot mata penuh cinta, keinginan yang besar untuk memiliki, sekaligus rasa takut yang bercampur jadi satu.
“Apa yang sebenarnya ingin kamu sampaikan Liam?” tanya Gladis tanpa sadar dengan pandangan mata lekat. Liam menarik kedua sudut bibirnya. “Ich liebe dich, ich vermisse dich, ich will dich, mache dich ganz zu meinem. Aku ingin mengatakan selama sisa hidupku,” ucap Liam dengan sorot mata penuh keyakinan dan pesona.
Gladis diam sampai tak berkedip mendengarnya. Debaran jantungnya yang entah untuk rasa seperti apa mulai berdetak dengan cepat seakan dia tahu jika rasa yang Liam ucapkan itu bukan hanya isapan jempol belaka.
Ungkapan Ich liebe dich, yang berarti aku mencintamu. Ich vermisse dich, berarti aku merindukanmu. Ich will dich, artinya aku menginginkanmu dan mache dich ganz zu meinem yang artinya menjadikanmu milikku seutuhnya. Semua ungkapan itu adalah ungkapan yang bermakna sangat dalam bagi seorang wanita terutama Gladis.
Jika dia bisa memilih dia ingin mendengar semua ungkapan itu dari orang yang dia cintai. Dan pertanyaan berikutnya adalah apakah Gladis mencintai Liam atau ada lelaki lain yang masih dia harapkan.
“Apa kamu tak menyesalinya mengatakan semua itu?” gumam Gladis yang dia sendiri tak tahu kenapa dia bisa mengucapkan hal semacam itu.
Liam menggelengkan kepalanya dan tersenyum simpul. “Yang aku sesali hanya satu, aku terlambat mengenalmu. Seharusnya aku yang hadir lebih dulu sebelum Reno datang dalam hidupmu. Aku bisa pastikan semua rasa dan debaran dalam hatimu itu hanya milikku,” jujur Liam.
Deg.
Gladis merasa terpojok dengan apa yang Liam utarakan, benarkah sampai sekarang semua rasa yang dia miliki itu masih menjadi milik Reno. Meskipun dia seribu kali membantah, tapi secara tanpa sadar pikirannya masih memikirkan nama Reno dan detak itu masih ada dalam hatinya.
“Seperti yang kamu tahu keluargaku hanya memiliki bisnis garmen dan semua orang akan tahu jika pengusaha garmen tidak mungkin bisa jadi sebesar yang Arkanta miliki dalam kurun waktu yang singkat,” jelas Liam yang sepertinya menepati janjinya.
“Tapi kakakku Leon membuat semua pandangan orang mengenai bisnis garment berubah dan menjadi sebesar sekarang. Bagi kacamata orang awam itu adalah kesuksesan besar, tapi bagiku itu adalah ambisi yang salah dan menjerumuskannya dalam jejak kelam,” kata Liam sendu.
“Jejak kelam?” tanya Gladis tak mengerti.
Liam memandang Gladis, “Dia bergabung menjadi salah satu anggota organisasi yang menguasai bisnis illegal dan buronan intel berbagai negara,” terang Liam.
Gladis terhenyak sesaat tapi kemudian dia menormalkan ekspresinya. Jadi yang Sania bilang itu benar, berarti semua orang yang mengawasinya selama ini mungkinkah mereka dari kalangan mafia.
“Apa maksudmu itu seperti mafia?” tanya Gladis dan Liam mengangguk.
“Dan orang-orang yang berada di sekitar kita itu,” jeda Gladis dan Liam terkekeh, “Jadi kamu menyadarinya juga,” tanya Liam memastikan dan Gladis mengangguk.
“Mereka memang anak buah Leon yang diminta untuk mengawasiku, dia berpikir jika aku akan membahayakan rencananya di masa depan, makanya dia mengawasi kita berdua,” kata Liam.
“Apa maksudmu dengan rencana masa depan?” tanya Gladis.
Liam menggenggam tangan Gladis dan dia melirikkan pandangannya ke segala arah membuat wanita itu mengikuti gerakan Liam. Pria itu mendekat ke telinga Gladis.
“Membuat Sasmita menjadi sekutu Arkanta.”
*****