Reno masih tak mengerti dengan sikap Rasyid, tapi melihat Oman yang santai dengan ucapan Rasyid membuat Reno tak yakin jika ini hanya masalah Asmara, jiwa peka dan keponya mengatakan jika ini ada kaitannya dengan hal yang lain.
“Apa aku ketinggalan sesuatu?” Reno memperhalus bahasanya tapi Rasyid hanya menggeleng. “Hanya masalah kecil, karena semua yang Asmara jalani sekarang itu masih ada kaitannya dengan semua circle kita,” ucap Rasyid ambigu.
“Bisa diperjelas ga? Atau memang aku termasuk orang yang ga boleh tahu soal ini,” tegas Reno membuat Rasyid menggeleng. “Bukan tidak boleh tahu tapi belum saatnya kamu tahu karena aku belum bisa memastikan semuanya seratus persen,” balas Rasyid.
“Kamu fokus saja dengan Gladis, bukan maksud kita membuatmu untuk ga bisa move on, tapi kamu tahu kan soal Leon, kakak Liam, dia kaki tangan Marques sekarang ancaman pria menjengkelkan itu yang sebelumnya kalian dengar soal keluarga Sasmita itu bukan isapan jempol Ren,” kata Oman.
Reno hampir saja lupa jika ada pelaku lain dalam hal ini yaitu sulung Arkanta. Pria itu langsung memberikan kode apa yang seharusnya dia lakukan. Oman menyodorkan sebuah tablet dan di sana berisi informasi soal Liam adik Leon.
“Liam mengidap penyakit bawaan sejak lahir?” tanya Reno membaca satu profil yang menarik baginya tak lama dia teringat ucapan Loka soal ini. “Tunggu sebentar, Loka siapa yang memberitahumu soal penyakit bawaan Liam?” tanya Reno.
Loka langsung sigap menjawab, “Salah seorang pengawal suruhan Tuan Bagas Sasmita.” Oman dan yang lainnya langsung terhenyak. “Jadi keluarga Sasmita juga sudah mulai bergerak soal ini,” gumam Oman.
“Apa posisi Gladis akan membahayakan dalam hal ini?” tanya Reno karena dia tak melihat ada indikasi Liam itu bahaya bagi Gladis, sedangkan yang lainnya langsung mengangguk. “Om Bagas aja sampai ngirim pengawal buat ngawasin anaknya,” kata Rasyid enteng.
“Seberapa besar bahayanya kita ga tahu Ren, tapi ga ada salahnya kamu membantu Om Bagas buat jagain anaknya, bahkan dia aja membiarkan pengawalnya untuk memberikan informasi kepadamu itu artinya beliau masih ingin kamu membantunya untuk melindungi anaknya,” kata Oman.
Reno mendadak langsung jadi bimbang dengan uraian kedua temannya. Apa janjinya kini dengan Gladis harus dia lupakan begitu saja dan kembali mengusik kehidupan wanita itu tanpa meninggalkannya sedetik pun seperti dulu.
“Kalau aku liat Liam ga punya siapapun orang terdekatnya selain keluarga, valid ini?” tanya Reno yang merasa tak yakin jika ada seorang yang tak bisa diandalkan terutama jika dia keluarga yang terpandang.
Oman mengangguk mengiyakan, “Karena penyakit bawaan itu dia dianggap aib sampai membentuk karakter introvert dalam dirinya. Dia termasuk mandiri yang dipaksakan sih menurutku, sebenarnya dari segi fasilitas dia ga kekurangan tapi kamu tau sendiri dia mendapatkan hal itu agar dia tidak kemana-mana,” jelas Oman.
“Leon tahu soal hubungan Liam dan Gladis?” tanya Reno membuat Oman berdecak, “Masa hal sepele gini kamu tanyain sih, emang Loka ga kasih kamu info apapun,” celetuk Oman membuat pria itu menatap Loka tajam.
Rasyid yang sama-sama kepo dan sensitif merasa ada yang aneh dengan hal ini. “Tunggu sebentar, jangan bilang kalau kamu sudah blok akses soal Gladis,” tanya Rasyid.
Di luar dugaan Reno hanya mengangguk yakin tanpa merasa bersalah dan santai membuat Oman langsung menyemburkan minumannya.
“Demi apa lu? Seriusan lu beneran melakukan hal kaya gitu? Sebenarnya kalian itu kenapa sih berdua heran deh, malu-malu mau, apa pada gengsi sih. Terus kenapa juga kamu ngirim orang kalau akhirnya kamu ga tahu apa-apa, emang orang suruhanmu ga ngasih laporan,” ujar Oman tak percaya.
“Tunggu, tunggu, orang suruhan kaya gimana maksud kamu?” tanya Reno kembali dan menatap tajam Loka meminta penjelasan.
“Aku ga tau Bos, kalau soal itu, setelah perjanjian Bos sama Nona Gladis aku sudah menarik semua orang suruhan Bos untuk ngawasin Nona Gladis,” jelas Loka.
Tapi penjelasan Loka malah jadi berita buruk buat yang lainnya. Ketiganya saling memandang dan Oman langsung menghubungi seseorang dan meminta mereka untuk mengecek siapa orang yang berada di sekitar Gladis.
“Parah lu Ren, walaupun kamu mau loss contact sama Gladis tapi ga seharusnya kamu membiarkan dia dalam bahaya kaya gini,” kata Rasyid yang mendadak membuat Reno panik.
“Loka tanyakan sama pengawal Om Bagas, mereka masih ngawasin apa enggak, bisa saja itu pengawal dari bokapnya Gladis,” ujar Reno berusaha menenangkan diri.
Sambil menunggu kabar, Reno semakin mencari semua informasi soal keluarga Arkanta dari tablet yang sudah disodorkan Oman sebelumya. Entah kenapa firasatnya tak enak soal ini dan dia merasa kecolongan dalam hal ini.
“Leon orang yang ambisius, dari banyak informasi yang sudah aku kumpulkan, dia rela mengkhianati keluarganya sendiri, jatah Liam pun dia kuasai dengan alasan adiknya yang tak mampu mengelolanya dan semua aset ayahnya pun sebagian sudah menjadi miliknya demi mendapatkan kekuasaan seperti sekarang,” kata Oman membuka pikiran Reno.
“Aku pernah sekali ketemu sama dia dalam satu tender yang kebetulan itu tender terbuka. Waktu itu terlihat sekali jika pembawaannya penuh dengan kepalsuan. Bagi kalangan pebisnis kayak kita garmen bukanlah hal yang bisa membuat pengusaha akan kaya dalam waktu kurang dari lima tahun,” kata Rasyid.
“Dan feelingku mengatakan dia membiarkan adiknya dekat dengan Gladis, karena dia menganggap adiknya tidak akan berumur panjang. Selain itu, Sasmita bukan sesuatu yang buruk untuk menjadi tunggangannya sewaktu-waktu,” jelas Oman.
“Itulah kenapa kita minta kamu untuk mengawasi Gladis, terlepas dari apapun perjanjian kamu dengannya tapi aku yakin kalau sebenarnya kalian masih saling membutuhkan. Gladis bukan orang lain juga buat kita semua Ren,” kata Rasyid drama.
Reno langsung diam tak berkutik. Lelaki itu masih mencerna semua informasi yang dia dapatkan. Selama dua tahun ini sepertinya dia benar-benar menutup akses tentang Gladis sampai keberadaannya yang dalam bahaya seperti ini pun dia tak tahu.
“Info terbaru, Leon sudah menyiapkan sejumlah dana yang akan dimasukkan ke rekening keluarga Sasmita untuk proses cuci uang,” jelas Oman menunjukkan satu file berisi salinan draft perjanjian.
Reno langsung membacanya tapi kemudian merasa aneh dengan bahasa yang dituliskan di sana. “Apa Om Bagas sudah tanda tangan soal ini?” tanya Reno dan Oman menggeleng. “Setahuku belum karena Om Bagas akan bertemu dengan pemiliknya minggu depan dan ini tugas pertamamu Ren, atau Sasmita akan berakhir lebih buruk dari Abra dan Madin,” kata Oman.
“Bener-bener licik,” geram Reno. Bukan tanpa alasan, kasus pencucian bagi setiap perusahaan itu sama saja dengan membuat perusahaan dalam kondisi siap bangkrut. Jika sampai ketahuan semua asset akan disita dan pemiliknya akan gigit jari.
“Semua orang yang sudah terlibat dengan Marques tidak mungkin menjadi orang yang lurus, baik, pasti dia akan menjadi sama buruknya atau bisa lebih buruk. Contohnya temen kamu satu ini,” sindir Oman.
Rasyid hanya terbahak, “Dua tahun aku menyelidiki semua soal Marques tapi aku hanya mendapatkan satu atau dua lembar saja yang menarik darinya. Selebihnya hanya omong kosong dan semu,” ucap Rasyid.
“Seberapa besar pengaruh Leon dengan organisasi Marques?” Reno yang tak paham soal ini memutuskan untuk memahami apa yang bisa dia lakukan melumpuhkan seorang Leon.
“Dia hanya seorang soldier yang memiliki tugas jadi penjaga gerbang jalur sutra mereka, jadi nyawanya tidak lebih berharga daripada jaringannya yang mulai menggurita dan Marques bisa mendapatkan sepuluh orang semacam Leon,” jelas Rasyid
Reno memang tidak terlalu terlibat dalam urusan organisasi gelap macam itu, tapi dia paham mengenai istilah soldier atau tentara itu artinya posisinya tidak membahayakan.
Lelaki tinggi dengan lengan yang atletis nampak berpikir sejenak kemudian dia tersenyum, reaksinya itu tentu saja menimbulkan rasa penasaran bagi kedua sahabatnya yang sudah kenal lama dengannya.
“Nemu sesuatu yang menarik Ren,” celetuk Oman dan Reno langsung mengangguk.
“Kalian kan tahu aku ga suka maen rapi, nemu ide aja untuk memancing keributan itu lebih menarik daripada harus maen anteng kaya sekarang bukan,” kekeh Reno.
*****