P.51 This is Love

1111 Kata
Reno yang kagum dengan cara presentasi yang dilakukan Asmara kembali ingin menggoda wanita itu sekaligus mengetahui kemampuan apa yang bisa wanita yang sudah membuatnya frustasi tadi lakukan. Ide menjahilinya pun muncul. “Saya ingin bertanya Nona Asmara,” ucap Reno sambil mengangkat tangannya membuat semua orang menaruh perhatian kepadanya. Asmara yang memang menjelaskan semua ini langsung menoleh dan fokus menatap Reno, “Silahkan Pak,” jawab Asmara dengan senyuman. Reno yang mendadak terkesima dengan tingkah Asmara diam beberapa detik. ‘Astaga kenapa mata itu begitu kuat auranya sampai rasanya aku tak ingin berpaling untuk memandangnya,’ batin Reno yang mendadak berdedar tak karuan dan hilang fokus saat ingin bertanya. Loka menyadari jika bosnya mulai hilang fokus, asistennya itu menyenggol lengan Reno dan akhirnya pria yang bengong tadi langsung berdehem dan menormalkan ekspresinya. “Apakah Anda mengerjakan semuanya ini sendiri?” tanya Reno yang membuat semua orang menatapnya bingung. Sadar jika dia mengucapkan kalimat yang absurd, Reno langsung merevisinya. “Maksud saya apa mungkin masalah ini terjadi jika Anda mengerjakannya bersama tim pasti masalah ini akan segera terdeteksi, tapi ini baru diketahui penyebabnya setelah satu tahun,” Reno memperjelas dengan nada dibuat tegas. Asmara nampak berpikir sejenak dan kemudian dia mengembangkan senyumnya sesaat. Jantung Reno sedikit berdebar melihatnya. ‘Astaga ini jantung ga sehat banget ya sampai nyut-nyutan mulu,’ keluh Reno. “Bisa saja Pak, tapi seperti yang sudah kami sebutkan problemnya sebelumnya secara data ada manipulative yang membuat kita jadi percaya semua prosesnya sampai tiga bulan sebelumnya muncul kasus berulang yang membuat kita jadi paham jika ada manipulative data dalam kasus ini,” jelas Asmara dengan penuh percaya diri. Reno mulai merasa isi otak Asmara bukan cuma soal pria dan fashion tapi dia yakin banyak hal menarik yang akan dia temui jika wanita penuh senyuman manis ini menjadi miliknya. ‘Boleh bawa pulang sekarang ga sih, gemes ih pengen aku ajak gulat di kasur,’ batin Reno nampak m***m. Sadar akan otaknya yang ikutan tak sehat dia menggeleng dan menghela napas. Loka yang menyadari hal itu menyodorkan gelas minum yang berisi air mineral di sana. “Bagaimana jika solusi ini kita terima hasilnya dalam waktu sebulan,” ucap Reno setelah dia menghabiskan air mineral dalam sekali teguk. Asmara nampak terkejut dan wajahnya mulai tegang, dia berpikir sejenak sampai akhirnya dia mengemukakan pendapatnya. “Bisa saja Pak, tapi itu bukan solutif menurut saya, tapi memaksa mendapatkan solusi, karena problem solving dalam hal ini akan terlihat minimal dalam waktu tiga bulan,” jelas Asmara yang kemudian diangguki oleh seluruh peserta rapat. Reno mendadak gagu, ‘Astaga cewek ini terbuat dari apa otaknya bisa encer gitu, ayo pikir Ren, gimana caramu bisa dapat perhatiannya meskipun ga bisa lama-lama,’ batin Reno mereonta karena merasa dia kalah dengan Asmara. “Okay, tapi kamu laporkan kepadaku seminggu sekali, aku tak mau ketinggalan soal update info ini,” putus Reno membuat Asmara mengerutkan dahinya tapi karena sepertinya dia tak mau berdebat jadi dia mengiyakan saja. Reno merasa idenya kali ini akan berhasil karena ini salah satu cara dirinya untuk bisa dekat dengan Asmara. Dia sudah memiliki banyak cara untuk melakukan pendekatan kepada Asmara. Akhirnya rapat ditutup dengan pembacaan notulen dan kesepakatan bersama untuk melaksanakan meeting progress report bulan depan. Semuanya meninggalkkan ruang rapat kecuali Asmara yang terlihat masih membereskan berkas dokumen dan laptopnya. Reno tentu saja tak menyia-nyiakan kesempatan ini. “Kenapa ga minta asistennya untuk bantu beresin soal ini?” tanya Reno kembali ambigu. Asmara yang sedang sibuk menoleh sesaat tapi kemudian melanjutkan aktivitasnya. Reno hanya diam seakan dia mati kutu dan tak bisa bertindak agresif seperti sebelumnya. ‘Apa aku dicuekin?’ tanya dirinya dalam hati. “Ini pekerjaan saya Pak, meskipun ada satu atau dua orang yang salah dalam hal ini tapi semuanya akan bermuara, siapa yang memilih supplier ini dulu, dan sayangnya tuduhan itu akan jatuh kepada saya dan tim yang melakukannya,” ucap Asmara berusaha ramah. Reno tersenyum dan mengangguk, “Bu Santi pasti bangga punya karyawan seperti kamu,” puji Reno yang berharap dia akan tersipu dan berwajah menggemaskan. “Mungkin saja, seharusnya pertanyaan itu Anda tanyakan kepada Bu Santi bukan, lagipula saya tidak merasa bangga dengan hal ini, karena masih ada kesalahan yang saya buat,” ucap Asmara diplomatis membuat Reno tersenyum. “Jadi apa yang bisa saya bantu untuk membuatmu cepat selesai dan tidak perlu capek bekerja sampai kamu lupa makan,” kata Reno yang membuat Asmara yang sudah selesai membereskan peralatannya berhenti lalu memandang Reno. “Cukup Pak Reno diam dan membaca laporan yang saya kirim, revisi, dan menyetujui semuanya jika sudah oke, buat saya itu sudah membantu karena saya tidak perlu mendapat gangguan lagi dari Bapak seperti sekarang,” kata Asmara tegas. Reno menelan ludahnya pahit dan menatap wanita itu dalam diam. Sejak kapan dia dikatakan mengganggu oleh seorang wanita, bahkan selama ini dialah yang diganggu wanita. Apa isi otak Asmara sebenarnya kenapa dia begitu kukuh soal ini. “Aku serasa ditolak oleh seorang wanita,” ucap Reno dramatis. Asmara langsung mendongak mendengar itu. “Mungkin, lagipula atas dasar apa saya harus menerima Bapak, ini bukan soal pilihan atau permintaan bukan, tapi saya mengungkapkan apa yang seharusnya Bapak lakukan sebagai Bos di sini,” jelas Asmara. Diam. “Maaf, Bapak bisa keluar ruangan ini dulu, saya mau memastikan dulu tidak ada hal penting yang tertinggal di sini sebelum dibersihkan OB,” usir Asmara secara halus. Loka yang mendengarnya tak bisa menahan diri untuk melongo dan ingin tertawa secara bersamaan. Tapi dia iba melihat Reno yang seperti diusir dan dibuang begitu saja oleh Asmara. Reno keluar ruangan dengan langkah pelan dan masih bingung dengan apa yang dia rasakan kali ini. Sebelum mencapai lift dia menghentikan langkahnya tiba-tiba membuat Loka kaget dan hampir saja menabraknya. ‘Perasaan apa ini kenapa aku tidak bisa bersikap agresif seperti dengan cewek lain, bahkan dengan Gladis sekalipun di masa lalu,’ batin Reno sambil menoleh ke belakang melihat pintu ruang rapat itu. Di dalam lift keduanya masih diam dan terdengar napas Reno berkali-kali. Loka yang paham reaksi itu akhirnya tak bisa menahan diri untuk diam dan berkomentar. “Sepertinya Nona Asmara bukan tipe wanita yang ramah dengan lelaki,” ujar Loka dan Reno mengangguk. “Atau mungkin dia bukan tipe wanita yang mudah percaya dengan kehadiran lelaki,” lanjut Reno. “Apa kamu masih membandingkan dirinya dengan Gladis?” tanya Loka yang mendadak tepat sasaran. Reno langsung menoleh ke arah Loka dan menatapnya tajam. “Bukan membandingkan tapi ini lebih ke rasa yang berbeda. Rasa yang tak pernah kamu duga akan muncul dan terjadi secara tiba-tiba,” ucap Reno menatap ke depan pintu lift yang menunjukkan pantulan dirinya. “Seperti bahagia, luka, tenang, nyaman dan rasa memiliki yang datang bersamaan.” *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN