Beberapa hari sejak kejadian di pesta itu, Reno mulai mencari mengenai Asmara lewat asisten pribadinya Loka. Dia benar-benar tak bisa berhenti memikirkan wanita itu entah karena apa tapi dia sudah menguasai seluruh pikirannya sampai Reno tak bisa untuk berhenti.
“Jadi informasi apa yang kamu dapatkan hari ini?” tanya Reno saat Loka mulai masuk ruangannya. Loka mengerutkan dahinya tak paham. Reno yang tak mendengar jawaban apapun mendongak menatap Loka.
“Asmara, Loka,” geram Reno membuat Loka mengerjapkan matanya. Loka ingat ini sudah beberapa hari sejak bosnya memintanya untuk mencari tahu soal Asmara, tapi kenapa dia menanyakan kabarnya lagi.
“Bukankah informasi Nona Asmara sudah saya berikan semua Bos, apalagi yang mesti saya sampaikan?” tanya Loka malah bingung. Reno berdecak dan mengangkat tangannya untuk meminta Loka pergi.
Reno mengalihkan pandangannya kepada map plastic berwarna biru yang ada di mejanya dan dia membuka kembali map itu. Sebenarnya dia hanya melihat sepintas informasi soal Asmara tidak terlalu detail membacanya.
Kini Reno kembali membuka map itu dan membacanya perlahan. Dia mulai membaca nama lengkapnya, tinggi dan berat badannya, sekolah, kuliah, kesukaan sampai kebiasaannya seperti apa, lelaki itu paham.
Tapi kemudian dia menemukan satu fakta yang tidak disadarinya selama ini. Sebuah senyuman kemenangan muncul di wajahnya saat tahu tempat kerja Asmara.
“Jadi dia salah satu karyawan di Berdikari, kenapa aku bisa kelewat bacanya,” kekeh Reno yang kemudian muncul beberapa ide dalam otaknya demi bisa menemui wanita yang sukses membuatnya penasaran.
“Tapi tunggu sebentar, kenapa di sini tidak tertulis kalau dia memiliki tunangan,” gumam Reno langsung memanggil Loka untuk datang ke ruangannya.
“Ada yang dibutuhkan lagi Bos” tanya Loka tanpa curiga. Reno menyerahkan selembar kertas dan Loka membacanya, pria itu berpikir bukannya ini soal Asmara lagi. “Jadi?” Loka menggantung ucapannya sambil menatap Reno.
“Kenapa di sana tidak tertulis kalau Asmara sudah bertunangan?” tanya sekaligus memastikan yang keluar dari mulut Reno. Loka kaget dengan apa yang dikatakan Reno kemudian dia membaca kembali.
“Kamu tahu dari siapa kalau Asmara sudah tunangan?” tanya Loka tak mengerti. Reno menghela napas, lalu berdiri bersandar di meja menghadap Loka. “Malam di pesta Mr. Johnson aku melihat dia bersama seorang pria bernama Davio apa Devio gitu, dia bilang itu tunangannya,” jelas Reno.
Loka langsung tertawa pelan, “Dan kamu percaya begitu saja ucapannya?” sindir Loka membuat Reno mengerutkan dahi. “Emang alasan apa yang buat aku ga percaya,” Reno balik bertanya.
“Bisa aja kan dia mengatakan itu untuk pertahanan dirinya biar cowok playboy macam kamu ga deketin dia,” ledek Loka dan Reno langsung melotot.
“Sialan bener lu, kurang apa aku coba yang model begini dibilang playboy,” keluh Reno tapi sebenarnya dalam hati kecilnya dia membenarkan ucapan Loka.
“Melihat semua data yang ada di sini, bisa dipastikan kalau Asmara bukan seperti cewek yang rela rame-rame kamu bawa ke hotel. Sedikit banyak kalau aku boleh jujur, dia seperti Gladis,” jabar Loka.
Reno diam.
“Dan karena hal itu, aku ga heran kalau kamu jadi obsesi sama dia, meskipun kamu bilang kalau kamu sudah bisa melupakan Gladis, tapi pada kenyataannya wanita yang bisa membbuatmu tertuju padanya, ya seperti Gladis lagi,” jelas Loka.
Hening.
“Jangan sembarangan, bisa saja mereka mirip, tapi bukan berarti hasilnya akan sama kan?” kilah Reno dan Loka hanya mengangkat bahunya pasrah. “Kamu harus cek sendiri kan kalau mau tahu dia memang bertunangan apa tidak,” kata Loka ambigu.
“Yeah, tentu saja, mana mungkin aku bakal diam aja, kali ini akan memperjuangkannya, apapun yang terjadi dan apa yang harus aku lalui buat mendapatkannya,” ucap Reno penuh semangat.
Loka yang melihatnya hanya bisa menghela napas. “Kamu sudah yakin dengan perasaan itu? Bukan karena kagum semata,” Loka mulai meragukan apa yang Reno rasakan.
“Kenapa kkamu terlihat meragukan ucapanku seperti itu,” balas Reno dengan nada tak suka. Loka berjalan ke meja Reno dan membalik halaman soal data diri Asmara yang sudah dia kumpulkan.
“Dia tidak suka dengan cowok playboy dan tidak mudah terpengaruh dengan pesona lelaki, jika bukan dia sendiri yang menyukai lelaki. Semua lelaki yang menjadi pacarnya dulu karena apresiasi darinya karena sudah berjuang untuknya,” kata Loka menunjukkan sebait informasi soal itu.
“Omong kosong macam apa itu?” protes Reno yang langsung merebut kertas yang dibawa Loka dan membacanya.
“Siapa yang mencantum informasi tak masuk akal seperti ini,” geram Reno yang masih tak percaya jika yang tertulis di situ soal Asmara. Loka langsung mengangkat bahunya pasrah.
“Kamu tahu aku tak pernah salah mencari informasi karena kamu tahu siapa orang yang kerja sama denganku,” Loka berkata dengan jumawa soal ini.
“Oman?” tanya Reno dan Loka mengangguk. Reno langsung mengambil ponsel yang ada di mejanya dan menelpon Oman. “Sejak kapan kamu memberi informasi yang tak masuk akal seperti ini,” seru Reno begitu sambungan langsung terhubung dengan Oman.
“Kamu bisa tidak bicara dengan baik tanpa marah-marah dan alay macem gini, informasi apa yang kamu maksud,” ucap Oman santai saat tahu Reno darah tinggi.
“Soal cewek gue Bro, Asmara, yang bener aja lu, jangan mengada-naada, aku udah percaya seribu persen lo sama elu,” cerocos Reno sampai terengah-engah mengatakan hal itu.
“Cewekmu? Sejak kapan? Ketemu juga baru sekali, ditolak lagi,” sindir Oman langsung membuat Reno diam sadar jika dia memang belum banyak berinteraksi dengan Asmara.
“Iya habis ini, sabar napa, itu cuma masalah waktu, entar juga dia klepek-klepek ma pesona Reno yang ganteng tiada tara,” sombong Reno membuat Loka dan Oman tertawa bersamaan.
“Sebahagia elu dah, meskipun aku masih ga percaya,” kekeh Oman langsung mendapat decakan sebal dari Reno. Dan Oman makin tertawa mendengar temannya menggerutu.
“Udah baca semua arsipnya belum?” tanya Oman yang curiga Reno tak mempelajari semuanya. “Napa emangnya, harus banget baca semuanya?” tanya Reno tak mengerti.
“Liat dulu sapa mantan-mantannya entar juga kamu paham kenapa aku bilang dia ga bakal mau sama kamu,” ucap Oman yang membuat Reno mendatangi mejanya dan mencari informasi soal mantan pacar Asmara.
“Andi Sanjaya, bener ini?” tanya Reno balik karena dia tak menyangka akan nongol nama itu di sana. Oman berdehem. “Menurutmu aku ga valid kasih info.”
Reno memang tak perlu meragukan sih soal itu, karena dia tahu bagaimana sepak terjang seorang Oman. Dan bahkan jika seorang polisi bisa kelewatan soal informasi ini, maka tidak bagi Oman yang memang terkenal sebagai informan nomor satu di balik bendera The Shadow miliknya.
“Kita tahu gimana liciknya seorang Andi, gimana bisa Asmara terlibat dalam urusan pribadi dengan dia,” gumam Reno. Oman menghela napas lelah.
“Bukan cuma soal hubungan antara Andi dan Asmara yang bikin aku ikutan pening mencari informasi ini, tapi satu orang lagi juga jadi korban kejutekannya Asmara,” keluh Oman.
Reno tak paham dengan apa yang Oman katakan. “Maksudnya?” tanya Reno. “Edgar juga membuat jalur pencarian informasi soal Asmara, paham kan maksudku itu akan berakhir dimana.”
*****
Ada yang sudah baca 'Inside of The Heart' yang udah baca pasti paham nama siapa aja yang aku sebutin di sini. Maaf kalau pada akhirnya n****+ ini akan terhubung dengan cerita di sana, tapi memang begitulah kenyataannya,,hehehehe.
Cuma di chapter awal ini kasih tahu kronologinya meskipun kalian pasti udah pada tahu endingnya kaya gimana. Tapi memang niatnya aku memunculkan konflik di sini dalam sisi Reno dan Gladis.
Kalau mau tahu soal Rasyid, ya sabar kalian, bakal ada 'Focused On You' yang ngisi soal itu laki ajaib, hehehe
See You Kesayangan.