Getar itu kembali dirasakan oleh keduanya dengan sepotong kata ‘maaf’. Reno memandang Gladis lekat dengan harapan bukan untuk kembali dicintai tapi keinginan untuk menyampaikan ketulusannya dan kepeduliannya yang memang tak bisa dia hilangkan bak debu.
“Maafkan aku Glad,” ucap Reno dan Gladis mendongak mendengar ungkapan itu. Sorot mata menyesal dan ketulusan yang Reno ucapkan itu bisa dirasakan oleh Gladis.
“Aku tahu seharusnya aku tak mengharapkan hal yang tak mungkin bisa aku hindari untuk terjadi,” jawab Gladis polos.
“Jika saja aku tahu anak buahku kehilangan kamu pada waktu itu, tentu saja aku tidak akan membiarkan kamu celaka, karena kamu tahu aku punya seluruh akses cctv di Jerman,” ucapan Reno seakan menyadarkan Gladis akan satu hal yang dia lupakan.
“Apa maksudmu dengan anak buahmu kehilangan aku? Bukankah mereka selama ini ada di sekitarku, jangan dikira aku ga tahu kelakuan kamu Ren,” balas Gladis penasaran.
Reno menggeleng dengan cepat, “Aku sudah lama kehilangan mereka sejak beberapa bulan sebelum kejadian itu Glad, hanya saja mereka takut melapor karena mereka terus menyisir seluruh Jerman,” ucap Reno.
Liam yang mendengar ucapan ini mendadak tubuhnya jadi kaku dan dingin. Bukannya dia takut dengan apa yang diceritakan Reno tapi dia khawatir Reno mencium kelakuannya yang sengaja menghilangkan anak buahnya agar Gladis tak ingat lagi kepada Reno.
Gladis langsung merasa tertantang dan ada booster yang tak kasat mata menghampiri dirinya. “Ucapanmu terdengar seakan-akan ada orang yang sengaja melakukan hal ini,” nada bicara Gladis yang kembali seperti semula membuat Liam kaget.
“Glad, ada apa denganmu, apa kamu baik-baik saja?” tanya Liam khawatir. Gladis menggeleng, “Tenang saja, tidak ada yang perlu kamu khawatirkan, malah aku seharusnya minta bantu kamu soal ini,” kata Gladis tegas.
“Maksudnya?” tanya Liam tak mengerti.
“Jika memang anak buah Reno menghilang, dan kamu bisa tahu ada di belokan sana, berarti yang ngasih tahu itu anak buah kamu?” tanya Gladis to the point membuat Liam makin diam mematung.
Satu kecurigaan Gladis mulai terbukti, tapi dia tak ingin memperkeruh suasana karena bagaimanapun Liam lah yang menemaninya selama ini. Terutama di saat dia mengalami trauma berat itu.
Reno langsung menoleh ke Liam menanti penjelasan lelaki yang membuat Reno tak mengerti posisinya dalam hidup Gladis.
“A-aku ga ngerti maksud kamu Glad,” Liam menjawab sekenanya tapi justru membuat Gladis sedikit kesal. Dia menggeser duduknya menjauh dari Liam dan menopang dagunya di kedua tangannya.
“Jika Reno mengatakan anak buahnya menghilang sebelum kasus itu, bisa dikatakan ada orang yang sengaja membuat anak buah Reno tersesat dengan petunjuk palsu sampai akhirnya mereka benar-benar kehilangan jejakku,” analisa pertama Gladis.
“Dan kemudian aku baru sadar kalau ternyata orang yang membuntuti selama ini adalah orang-orangmu kan Liam?” tanya Gladis tanpa sungkan membuat Liam hanya bisa diam.
“Yang jadi pertanyaanku adalah kenapa mereka langsung tahu posisiku dimana, dan mereka melancarkan aksi yang sekarang malah aku sadari seakan semua itu rekayasa serta manipulatif yang tujuannya aku juga ga tau untuk apa,” jelas Gladis dan makin diamlah Liam mendapat sindiran kaya gitu.
Reno tersenyum melihat Gladisnya sudah kembali menjadi Gladis yang tangguh dan kritis. Dia tidak bisa menyalahkan peristiwa itu pasti membuat luka sendiri di hati Gladis, tapi yang penting adalah bagaimana cara bangkit dari semua luka itu dan kembali menata kehidupan yang baru.
“Aku tahu kamu bisa menemukan siapa yang melakukan hal ini Glad, meskipun aku sudah tahu dan ingin sekali memberitahumu tapi aku tak ingin semua itu membuatmu jadi merasa bersalah dengan keadaan ini,” jeda Reno.
Gladis diam.
“Kamu mengatakan hal itu seolah kamu tahu segalanya,” lirih Gladis dan Reno mengangguk sambil tersenyum. Interaksi ini membuat Liam merasa kesal, jika kondisinya demikian bukan tidak mungkin Gladis akan kembali kepada Reno.
“Kamu yang memintaku untuk tidak peduli padamu, tapi sayangnya aku tak bisa melakukannya. Meski aku tahu melupakan perasaan cinta itu tak sulit bahkan mungkin jadi mudah, tapi sebenarnya ada satu rasa yang tak mungkin hilang dari dalam diri kita,” lanjut Reno.
“Rasa yang tak pernah hilang dalam diri kita,” gumam Gladis yang membuat Reno mengeluarkan secarik kertas dan memberikannya kepada Gladis.
“Rasa peduli yang aku miliki untukmu, sampai kapanpun tidak akan pernah berubah dan itu akan tetap ada meskipun cinta dalam diri kita tidak ada,” kata Reno mendadak puitis.
Liam yang sudah tak tahan hanya menjadi penonton dalam hal ini akhirnya mengungkapkan isi kepalanya sekaligus untuk tahu sampai seberapa jauh kepedulian yang Reno maksud.
“Sebenarnya apa yang ingin kalian bicarakan?” tanya Liam membuat keduanya menatap kepada Liam. Reno tersenyum samar dan kemudian dia mengatakan apa yang dia pikirkan selama ini.
“Ada banyak orang yang mengenal status keluarga aku, Gladis bahkan juga kamu. Tapi kamu tahu tak semua orang suka dengan apa yang kita miliki, sedikit atau banyak pasti ada yang dihujat dan dikomentari,” Reno membuka omongannya.
“Dan jelas hal itu akan menimbulkan gesekan sejak kali pertama atau seterusnya. Yang perlu kita lakukan adalah jeli melihat gesekan yang timbul dan memikirkan hal itu untuk mencari jalan keluar dan bisa meninggalkan gesekan itu,” jelas Gladis yang membuat Liam sedikit bertanya.
“Apa ini maksud kalian ada musuh dalam selimut diantara kita,” tanya Liam beneran tak mengerti situasi. Reno mengangguk, “Mungkin jika kakakmu Leon tahu soal ini, dia hanya membutuhkan satu atau dua hari untuk menyelesaikan semua ini. Tapi karena aku tahu kamu sedang tidak ingin berurusan dengan mereka makanya kamu diam saja kan?” tebak Reno.
Liam terdiam. Gladis yang menyadari perubahan raut muka Liam merasa makin curiga. Dan mendadak tebakannya membuat kedua lelaki ini tersedak.
“Apa kalian pernah bertemu sebelumnya dan mengobrol seperti ini,” selidik Gladis langsung membuat keduanya batuk dan kini Gladis jadi tahu jawabannya.
“Aku kemari hanya ingin mengucapkan maaf kepadamu karena tak bisa membantumu kala itu, sekali lagi maafkan aku,” ucap Reno tulus.
Gladis melihat sorot mata penuh tanya yang dibawa oleh Reno. Dua tahun bukan waktu yang singkat jadi dia paham kenapa Reno datang kepadanya dan apa saja yang ingin dia tanyakan soal dirinya.
“Tidak masalah, aku baik-baik saja, karena selama ini Liam sudah banyak membantuku dan aku bersyukur tidak sendirian kala itu,” jawab Gladis pelan dan Liam langsung mengelus punggung Gladis membuat wanita itu mengembangkan senyumnya.
Reno hanya bisa tersenyum melihat pemandangan itu. Entah dia takut atau tidak ingin menyadari, tapi dalam hatiya tidak ada rasa sakit yang dia rasakan tapi hanya ada rasa kecewa karena dia tidak bisa melakukan hal itu.
“Jangan merasa bersalah karena hal itu, cukup kamu peduli padaku seperti sekarang itu sudah cukup buatku.”
*****