*
Cahaya bulan menghilang tertutupi oleh awan gelap.Suara hujan yang tak kunjung berhenti menemaninya menembus malam dikedalaman hutan Giri Abuan.Ia dikejar waktu karenanya meskipun lelah ia tak dapat berhenti.
Musuh-musuhnya akan segera mengetahui tempat persembunyiannya dan demi sesuatu yang amat berharga yang harus dilindunginya ia tak dapat menyerah.
"Berhenti Laila!kau diambang batasmu."
"Sedikit lagi Paanee,kita akan sampai di puncak Giri Abuan."balas Laila yang tidak mendengarkan peringatan peri air yang bersamanya.
"Tapi Laila....
Belum sempat melanjutkan kata -katanya.Paanee sang peri air dikejutkan dengan Laila yang tiba -tiba kehilangan pijakannya.
Meskipun tidak akan terluka parah tapi jatuh dari ketinggian hampir seratus meter bukan berarti tidak akan cedera.
Mencoba menggapai tubuh Laila yang pingsan.Paanee tiba -tiba dikejutkan dengan aura kuat yang datang dari belakangnya.
Berpikir bahwa mungkin mereka telah ditemukan.Hati Paanee diliputi rasa ngeri yang mencekam.
Mencoba menggunakan sihir airnya untuk menggapai tubuh Laila dan menyembunyikannya.Paanee justru dihantam sangat keras oleh aura pekat yang gelap namun tak menyakitkan.
"Hampir saja terlambat.Meski kau seorang dewi tapi jatuh dari ketinggian ini tanpa kesadaranmu,kau pasti terluka."
Paanee hanya terdiam melihat tubuh Laila yang kini ada dalam dekapan seorang wanita cantik yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Tetapi aura yang dipancarkan oleh wanita itu tidak murni sehingga ketika melihat wanita itu lengah.Paanee berniat untuk menyerangnya namun sebuah ancaman menghentikannya.
"Jangan lakukan kalau kau tidak mau binasa."
Dingin dan mengintimidasi itulah yang dirasakan Paanee ketika ia menyadari ada wanita lain yang datang bersama wanita cantik yang kini sedang mendekap Laila.
"Jangan begitu Gendis!peri air itu juga kesulitan lagi pula dia hanya seorang peri.Apa yang bisa ia lakukan dengan kekuatannya yang lemah itu."
Paanee tidak pernah menyangka bahwa dalam hidupnya ia akan mendengar perkataan yang tidak masuk akal tentang kekuatannya.Ia sang peri air yang berasal dari alam pertama dibilang lemah oleh seorang wanita alam ketiga yang tidak murni auranya.Rasanya ia ingin menenggelamkan wanita cantik itu tetapi wanita lainnya membuatnya merasa tidak nyaman.
Disebuah rumah sederhana yang terletak dipuncak Giri Abuan,Laila terjaga dari pingsannya.Menyadari bahwa ia telah lengah Laila mencoba mencari Paanee.Tetapi yang didapatinya adalah Gendisa yang sedang duduk sambil memegang sesuatu ditangannya.
"Kau sudah sadar?"tanya Gendis tanpa melepaskan pandangannya dari buku yang dibacanya.
"Kau disini?"tanya balik Laila yang akhirnya menyadari bahwa ia berada ditempat tujuannya meski terkejut dengan keberadaan Gendisa.
"Apa ada larangan aku kemari karena seingatku tempat ini adalah milikku.Justru kau kenapa kau kemari?"tanya balik Gendis.
"Aku tidak tau kau pemilik tempat ini karena seingat ku rumah ini milik Ki Arang Tapak."terang Laila.
"Aku cicitnya."jelas Gendis.
Laila mencoba menjawab tetapi begitu menyadari tidak ada kata-kata yang dapat ia gunakan untuk menjelaskan ia pun terdiam.Ia seperti pencuri yang akhirnya ketahuan oleh pemilik rumah.
Gendis yang menyadari keterdiaman Laila pun segera menutup buku yang ia baca.Melihat bagaimana kondisi Laila mengingatkan Gendis akan perkataan Ningrum yang bilang bahwa Laila terlihat begitu putus asa.
"Arwah perawan yang ditumbalkan apa kau tau dimana mereka ditahan?"tanya Gendis.
Pertanyaan tiba-tiba Gendis membuat Laila terkejut.Bukankah mereka tidak peduli tetapi kenapa kini Gendis bertanya.
"Kau meminta bantuan Nyai Laran tapi Nyai laran justru menyuruhmu menemui kami.Sebelumnya kami tidak peduli tapi kini ada keadaan yang membuat kami harus peduli.Jadi katakan apa kondisi mu?"jelas Gendis.
Meski terkejut Laila tau ini mungkin kesempatan terakhirnya karenanya ia dengan yakin menjawab.
"Aku tau."jawab tegas Laila.
Ningrum menikmati teh hangat yang dibuatnya diteras rumah sambil memandang kegelapan malam dipucak Giri Abuan yang sedang turun hujan.
Awalnya ia bingung kemana harus mencari Nur Laila karena Nyai Laran sedang tidak ada.Tetapi siapa sangka penyusup yang berani masuk kedalam wilayahnya justru adalah Nur Laila sendiri.
Seorang dewi yang memasuki wilayah demit jelas bukan untuk niat baik tapi karena ia dan Gendis membutuhkan Laila untuk menemukan arwah Nana dan lagi karena rasa bersalah Ningrum yang sebelumnya tidak mau menolongnya maka Ningrum melepaskan Laila begitu saja.
Flashback
"Kau benar,aku datang karena butuh pertolongan."jawab Laila.
"Berhenti sampai disana!kami tidak tau apa masalahmu dan tidak ingin tau."balas cuek Ningrum.
"Tapi Nyai Laran mengatakan kalian dapat...
"Cukup!aku tidak mau tau apa yang dikatakan Nyai Laran padamu.Tapi aku dan adikku tidak akan terlibat apa pun dengan mu baik itu masalahmu ataupun tentang himera yang kau katakan.Bahkan sekalipun kau mengatakan besok dunia akan hancur itu adalah masalahmu sendiri.Kami tidak peduli."ucap Ningrum tanpa empati sedikit pun.
"Seorang anak akan terluka benarkah kalian tidak akan peduli?"tanya Laila dengan ekspresi putus asa yang untuk sejenak membuat Ningrum dilema.
Paanee hanya terdiam sambil melihat Ningrum yang sedang duduk menikmati minumannya.Meski terlihat tenang sebenarnya Paanee sedang waspada.
Ada banyak pertanyaan dalam benaknya tetapi tidak ada satupun yang bisa ia tanyakan.Bukan karena takut pada Ningrum tetapi karena bagi Paanee dialam ketiga ini kecuali Laila tidak ada yang dapat ia percaya.
"Tenanglah!Aku tidak akan melakukan apa-apa pada kalian meski kalian masuk tanpa izin kemari."ucap Ningrum sambil tersenyum pada peri air yang berwujud kecil dan transparan itu.
"Kami hanya lewat."balas Paanee.
"Melihat kau yang berbohong dengan lancar seperti itu pasti kau telah lama hidup dialam ketiga."ucap Ningrum.
Paanee hanya terdiam perkataan Ningrum tidak salah.Ia telah lama hidup dialam ketiga meninggalkan alam pertama tempat seharusnya ia berada.
Demi Laila ia meninggalkan tempat penuh cahaya yang juga dihuni oleh bangsanya dan pergi menjauh dari berkat Dewa Baruna sang penguasa lautan dewa.
**
Gelap dan dingin adalah dua hal yang selalu melekat dalam hidupnya.Meski ia mendapatkan kasih sayang dan kehangatan dari mendiang kedua orang tua dan kakaknya.Nyatanya itu tak mampu mengeluarkannya dari rasa hampa.
Harta,tahta,dan kuasa yang dimilikinya tidak akan dapat membuatnya hidup sesuai dengan keinginannya.Ia terpenjara meski tidak dipenjarakan,Ia terbelenggu meski tidak ada rantai yang membelenggunya.
"Ayah,kenapa gak bunuh Gendis aja?"tanya Gendis kecil yang sedang dalam pengaruh obat dan mantra.
"Ayah,kenapa Gendis dilahirin kalau cuman buat ayah dan ibu susah?"tanyanya kemudian.
"Ayah,Gendis sakitkan?Gendis gilakan?kenapa ayah masih sayang?"
"Kerena Gendis anak ayah."jawab Broto dengan suara serak menahan tangisnya.
Hujan masih saja turun meski kini Gendis dan Ningrum sudah kembali ke rumah mewah mereka.Meninggalkan Nur Laila dan Paanee di Giri Abuan dengan jaminan perlindungan dari sihir milik Ningrum.
Nur Laila ternyata terluka parah dan Paanee yang seorang peri air pun mulai tercemar karena telah lama jauh dari berkat dewa.Mereka benar-benar diambang jurang keputus asaan.
"Kalian sudah kembali?"tanya seorang wanita setengah baya yang menyambut kedatangan Ningrum dan Gendis.
"Tante Tuji!"Seru Ningrum yang segera berlari menghampiri dan memeluk wanita setengah baya itu.
"Kebiasaan kamu masih belum berubah Rum,padahal kamu sudah berumur tiga puluh tiga tahun.Gak malu sama adik kamu itu?lihat dia cuma diam saja padahal tante jauh-jauh datang kesini."protes Tuji.
Ningrum yang segera menyadari bahwa ia telah lengah karena bahagia bertemu Tuji segera memperbaiki sikapnya.
"Apa kabar tante?"tanya Ningrum dengan senyum di wajahnya.
"Tante baik,gimana kabar kalian?"tanya Tuji yang menatap Ningrum dan setelahnya menatap Gendis yang berdiri tak jauh dari mereka.
Tuji Parashati atau dulu pernah dipanggil dengan nama Tuji Istantoro adalah tante Gendisa dari pihak ayah.Tuji adalah istri dari paman Gendisa yang telah mati tiga puluh tahun silam karena sebuah kecelakaan.Walaupun tentu saja kecelakaan itu adalah sebuah rekayasa.
Jika yang dimiliki Gendisa kepada Soraya adalah kebencian maka yang dimiliki Gendisa kepada Tuji adalah rasa bersalah.Karena tiga puluh tahun silam yang membunuh suami wanita itu adalah Broto yang tak lain adalah ayah Gendisa sendiri.
Karenanya tidak seperti Ningrum yang bisa bersikap manja kepada Tuji,Gendisa hanya bisa menjaga jarak dari tantenya itu.Rasa bersalah selalu menyelimuti hatinya jika berhadapan dengan sang tante yang telah menjadi janda selama tiga puluh tahun karena dirinya.
"Nyai Laran menemui Tante."ucap Tuji yang baru saja menyelesaikan sarapan paginya.
"Apa?kenapa Nyai Laran menemui tante?"tanya Ningrum.
"Nyai Laran mengatakan sudah waktunya tante memberikan ini kepada kalian."ucap Tuji sambil menyerahkan sebuak kotak kecil.
Baik Nigrum dan juga Gendis seketika terdiam.Mereka tau dengan jelas apa yang ada didalam kotak kecil yang terlihat sangat biasa itu.
"Tante,kotak ini bukannya ini seharusnya buat keturunan tante?"tanya Ningrum yang merasa sedikit heran bercampur takjub karena ini kedua kalinya ia melihat kotak itu.
"Kalianlah keturunan tante."tegas Tuji.
"Ningrum sepertinya tas hitam tante ketinggalan dikamar.Bisa tolong kamu ambilkan!"pinta Tuji.
"Baik tante."balas Ningrum yang segera bangkit dari duduknya.
Ningrum tau tas hitam yang ketinggalan hanyalah alasan yang di buat oleh tantenya untuk meninggal sang tante berdua dengan Gendisa.Karena kalau diingat-ingat sudah sangat lama mereka tidak saling bicara.
"Nur Laila adalah dewi dari alam pertama yang pergi dan bersembunyi saat kakek buyutmu menyerang Giri Abuan tujuh ratus tahun silam."ucap Tuji setelah hanya tinggal berdua dengan Gendisa.
"Tante dan dia bisa dibilang berkerabat karenanya sebelum menemui Nyai Laran,dia menemui tante.Tapi seperti yang kamu lihat tante sudah tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menolongnya dan begitu juga Nyai Laran yang memiliki alasannya sendiri.Masa kami telah berakhir Gendis karenanya kamu dan Ningrum yang jadi pilihan terakhir Laila."
terang Tuji.
"Apa yang ada didalam kotak itu akan menjadi bantuan buat kalian.Tante mengakui kalian sebagai keturunan tante maka roh penjaga benda itu juga akan mengakui kalian."Lanjut Tuji.
"Saya setuju membantu Laila karena saya butuh tau dimana arwah Natalie ditahan tante.Bukan untuk menjadi penjaga alam ketiga seperti tante atau Nyai Laran.Jadi saya nggak ngerti kenapa tante kasih benda itu kesaya dan juga kak Ningrum."balas Gendis yang akhirnya bersuara.
"Gendis,tante berharap kamu hidup dengan nyaman tanpa terlibat apa pun dengan hal gaib alam ketiga meskipun kakak kamu Ningrum adalah manusia jelmaan.Tetapi sepertinya ikatan takdir belum usai nak.Keluarga ini sejak dulu terhubung dengan tiga alam.Tante sempat berfikir setelah ayah kamu maka semua akan selesai tetapi sepertinya takdir berkata lain.Kamu pun juga akhirnya terlibat walaupun kamu hanya ingin menyelamatkan arwah gadis itu.Tapi kamu tidak tau seperti apa musuh yang akan kamu hadapi."jelas Tuji.
"Ditambah tidak hanya kamu,Ningrum,dan Laila.Wanita yang dicintai Jagadtara juga akan ikut terlibat."lanjut Tuji.
Seketika Gendis ingat akan keberadaan wanita yang selama ini selalu diintai oleh siluman ular yang disukai kakaknya itu.
Awalnya Gendis tidak mengerti kenapa tantenya ini secara tidak langsung menyuruh kakaknya pergi dan hanya bicara berdua dengannya jika itu menyangkut tentang Nur Laila.Karena Ningrum pun juga akan ikut membantunya.Ternyata wanita yang dimasa lalu dibakar hidup-hidup itu juga akan terlibat.
"Tante taukan kakak gak suka sama perempuan itu.Jadi apa maksud tante kalau dia juga akan terlibat?"tanya Gendis memastikan.
"Karena dialah Sang Pemimpi."
***
Ningrum dan Gendis melepas kepergian Tuji yang akhirnya pergi meninggalkan kediaman mereka.Walaupun berat hati Ningrum tau tantenya itu tidak bisa lama-lama meninggalkan tempatnya.
Sebagai salah satu penjaga tugas Tuji cukup berat.Lengah sedikit saja entah berapa banyak roh bumi yang akan membuat kekacauan dialam manusia.
Hujan kembali turun dan angin dingin kembali menerjang.Gendisa berdiri di ambang jendela memperhatikan hujan seperti yang selalu ia suka.Ditangannya ada sebuah kotak yang akhirnya ia terima meski dilema.Tapi apa yang dikatakan tantenya benar ia tidak mengenali musuhnya.
"Nur Laila butuh tiga hari untuk memulihkan dirinya.Selama tiga hari itu kakak akan mencari tahu tentang keluarga Dipangka."ucap Ningrum.
"Berhati-hatilah kak!selama ini kita dan mereka tidak saling menganggu."ingat Gendis.
"Tetapi jika timbul kondisi dimana kakak harus menggunakan kekuatan kakak.Maka tunjukan kepada mereka bahwa harimau hitam Istantoro masih memiliki taringnya dan masih sangat tajam."ucap Gendis dengan aura penguasanya.