Sepi. Itulah yang kurasakan setelah suara dentuman pintu itu memekakkan telingaku. Gertakan Bastian sahabat baikku masih terngiang-ngianh ditelinga. Sahabat baik? Aku tak bisa memastikan Bastian sahabat baikku atau tidak. Karena dia tak tahu bagaimana diriku, dia tak paham seperti apa aku. Rasa sepi dan hampa kini menyerang otak dan hatiku. Sangat sepi. Sama seperti saat dua orang yang begitu aku sayang menghianatiku sampai keakar-akarnya. Membuatku menjadi Tian yang seperti sekarang. Dua puluh sembilan tahun yang lalu, seorang bayi bernama Septian lahir menatap dunia. Bayi mungil tak berdosa. Namun seperti kelahiran bayi itu begitu tidak beruntung. Ya. Bayi itu adalah diriku. Septian. Sebenarnya aku mempunyai nama panjang yang diambil dari nama keluargaku, tapi aku tak ingin memakainy