"Coba sekali lagi laporkan, pasti akan di jawab," ucapku.
"Kata siapa? Kau berkata seperti ini karena kau adalah seorang pria yang sama b******k nya dengan mereka!" ucap Mandy dengan penuh emosi
"Maaf mungkin kau merasa tersakiti dengan perilaku mereka, dan bukan berarti juga aku setuju dengan perbuatan mereka. Tapi pikirkan sekali lagi, apakah dengan kau menyiksa dan membunuh mereka akan membuat mu merasa puas? Mungkin ya… tapi setelah itu kau akan masuk penjara,apakah kau tidak memikirkan masa depanmu?" ucapku dengan sabar
"Aku tidak mengapa jika memang masuk penjara, tapi sebelum aku masuk penjara, lebih baik ku bunuh mereka semua, dan juga kau! Hahahahaha… hiyaaaa." Mandy mendorongku dengan sangat kuat, hingga punggungku terkena besi kurungan.
"Aaah."wig ku jatuh, hingga rambut Panjang ku terurai.
"Kau…siapa kau sebenarnya?" tanya Mandy
"Sama seperti mu. Kau menyamar sebagai seorang pria, agar mereka percaya padamu bukan, begitu juga denganku, aku menyamar sebagai seorang pria, agar kau bisa percaya padaku, dan akhirnya kau percaya padaku."
"Bedebaaaahhh! Beraninya kau! Hiyaaaa…." Mandy menyerang ku dengan sebuah bambu.
"Kau menyerang ku, baiklah, aku akan meladeni mu," jawabku sambil berusaha menahan serangan dari nya dengan menggunakan peralatan yang ada, seperti kursi, dan kayu.
Selama aku meladeni serangan Mandy, kondisi di luar gudang, para polisi mulai membuka gudang dengan paksa yakni dengan menglasbeberapa bagian pintu.
Para tawanan yang berada dalam kurungan pun juga hanya bisa menyaksikan pertarungan antara aku dengan Mandy. Pertarungan sangat seru, aku sengaja mengerahkan segala kemampuan dan kekuatan Mandy, agar mudah di tangkap polisi.
Lama kelamaan Mandy merasa kekuatannya hampir habis, dan aku masih saja berusaha untuk tidak membalasnya dengan kekuatan ku. Aku hanya menghalangi nya dengan segala barang-barang yang ada.
Mandy sudah tak kuasa lagi untuk menyerangku, jalan satu-satunya yang akan ia tempuh adalah dengan membawa gergaji listrik untuk menyerang sekaligus membunuhku.
Aku sengaja berlari melewati kurungan semua tawanan, sampai ke ujung. Aku sengaja melewati kurungan para tawanan agar pintu kurungan terbuka dan mereka bisa lari dari tempat ini.
"Sudahi permainan mu ini Mandy Lawrence, menyerah sajalah ," teriak ku kepada Mandy
"Tidak akan pernah, kau tahu apa tentang keadilan?"
"Memang dunia ini tidak adil, dan keadilan itu hanya untuk Tuhan saja, tapi kau harus ingat, bahwa akan jauh lebih baik jika kau berdamai dengan masa lalu, dan mencoba untuk menjadi inspirasi bagi semua korban pelecehan seksual. Bukan menaruh dendam bagi semua pria. Tak semua pria itu jahat, dan tak semua wanita itu juga benar. Banyak pria yang melecehkan wanita dan merendahkan wanita. Tapi ada juga pria yang menghormati wanita nya. Hidup itu sebuah pilihan Mandy. Jika kau memilih untuk membunuh mereka, lantas apa bedanya kau dengan dia," ucapku.
Mandy menjatuhkan gergaji listrik dan menangis sejadi Jadinya.
" Kau tidak pernah tahu, bagaimana menjadi aku, di perkosa berkali-kali oleh paman ku, dan tetanggaku, di usir oleh kakek-nenek ku, karena dianggap sudah membuat aib. Dan setelah itu aku juga di anggap rendah oleh para pria. Hingga akhirnya aku menyerah pada keadaan. Berbagai percobaan bunuh diri sudah kulakukan, mulai dari minum racun, loncat dari lantai paling tinggi hingga gantung diri juga sudah ku lakukan, tapi tetap saja gagal. "
Perlahan, para polisi masuk dan langsung membebaskan para tawanan, dan memberikannya sehelai kain selimut yang tebal guna menutupi tubuh mereka dari dinginnya cuaca.
Setelah itu rekan-rekan ku masuk dari arah belakang Mandy Lawrence, di saat Mandy menangis. Termasuk aku… aku juga secara perlahan datang hanya ingin memberi pelukan untuk memberinya semangat.
"Sudahlah Mandy, badai pasti berlalu, tugas mu hanyalah memaafkan dirimu, serahkan diri pada Tuhan, dan maafkan mereka," ucapku pada Mandy sambil berusaha memeluk nya.
"Benarkah? Maaf untuk mereka, kalau begitu ini untukmu, Hiyaaaa…." Lagi lagi Mandy mengeluarkan sebilah pisau yang sangat tajam.
Dia mengarahkan ke bagian d**a dan perut, dengan sigap aku menghindari pisau mengenai tubuhku.
"Kalau aku tak bisa membunuh mereka, maka aku akan membunuhmu, hahahhahahaha." Mandy sudah tidak bisa mengontrol emosinya.
Dengan gerak yang cepat ia melompat ke atas bahu dan langsung ku lempar mengenai kurungan besi.
"Aah," tubuhnya terpenting dengan keras dan ia terjatuh ke tanah dan bangkit lagi. Mandy terlihat seperti orang yang sedang kerasukan, energi nya seolah tidak pernah habis
Sekali lagi dia berusaha menyerangku dengan berbagai cara, seperti melemparkan pisau belati yang tajam, dan hampir saja mengenai wajahku jika aku tidak menghindar.
Menyerangku dari belakang, dengan mengunci leher ku dengan lengannya, dan berusaha mencekik leherku. Dan rekan rekanku berusaha untuk melerai kami berdua
"Apa kau masih tidak menyerah melawanku?" tantang Mandy
"Jangan bergerak! Kau sudah di kepung oleh polisi, dan kau tak bisa lagi kemana-mana,"perintah Aaron.
"Ah jadi kalian bermain licik… ckckcjcj itu sangat tidak bagus, jika kalian bermain curang kalau kau tidak ingin gadis ini mati di tanganku, kalian segera turunkan senjata dan cepat pergi dari sini! Turunkan se… ka… rang! SEKARAAANNGG!" teriak Mandy.
Diam-diam aku langsung menginjak kaki, dan menonjok perutnya hingga ia terjatuh, dan terus tetap meninjunya sampai K. O seperti yang ayah ajarkan padaku.
Rekan satu tim ku langsung melerai kembali dan membawa Mandy dengan memborgil kedua tangannya. Dan AJ memelukku , disusul oleh Spencer dan Morgan.
"Blue… sudah, cukup, dia sudah kalah."
"AJ… ajak Blue ke ambulance, dan pastikan kalau Blue mendapatkan perawatan," titah Aaron
Mereka membawa ku keluar gedung menuju ambulance. Beberapa tawanan yang sudah beberapa bulan lamanya pun, juga ikut di periksa kesehatan nya, baik kesehatan mental maupun fisiknya.
"Hey… terima kasih atas bantuan mu, aku akan mengingat nya," ucap Adrian yang datang menghampiri ku saat beberapa tenaga media memeriksa ku.
"Sama-sama. Oiya jadikan sebagai pengalaman dan teguran untukmu, agar lebih menghargai seorang wanita. Karena sejatinya seorang wanita itu lebih pantas, untuk dihargai dan di sayang," ujar ku.
Ya aku tahu, kalau aku, sudah salah pada setiap wanita, dan memang juga aku sudah kecanduan pornografi sejak aku kelas 6 SD, ungkap Adrian"
"Lebih baik kau coba terapi saja, mungkin dengan terapi itu bisa mengurangi Mu dari ketergantungan dan candu yang berlebihan."
"Baiklah," jawabnya.
Malam semakin larut, dan kami baru saja tiba di Apartmen. Menurut perawat, aku hanya mengalami gangguan pada tangan. Hal ini di karena kan, aku menonjok muka Mandy dengan penuh rasa emosi dan kesal.
Kasus selesai, dan semua tawanan kini kembali ke rumah masing-masing bertemu dengan keluarga dan kerabatnya. Dalam siaran pers, FBI sudah menyatakan takkan ada lagi ketakutan dan kekhawatiran.
Sesungguhnya aku sangat kasihan sekali dengan Mandy, seharusnya dia bisa lebih berdamai dengan keadaan, bukan dengan dendam selama ia hidup.