Planning

1117 Kata
Dalam temaram cahaya, Mandy sedang asyik menyusun rencana untukku. Mandy sengaja akan sengaja memasang GPS pada ponsel ku guna mengetahui kemana saja pergerakan ku. Tak hanya pada ku saja, Mandy memasang GPS pada setiap laki-laki yang ia incar sebagai korban selanjutnya. Hanya saja, Mandy saat ini sedang mencari tahu dimana keberadaanku. "Tapi… dia menginap dimana ya? Humm aku harus cari dia kemana," gumam Mandy. Keesokan harinya, ketika mereka masih tertidur dengan indahnya, aku terbiasa untuk bangun pagi, dan berlatih wing chun, serta jurus kung Fu yang lainnya. Sejak pukul 4 pagi, aku sudah berlatih kung Fu hingga 4 jam lamanya di luar apartment. "hiya…ciaattt...hup!"suara ku saat berlatih kung Fu rupanya telah membangunkan Spencer dari tidurnya. Secara perlahan tanpa bermaksud untuk mengganggu ku dalam berlatih kung Fu, Spencer datang menghampiri. "Hey," sapa Spencer saat ku mulai lelah berlatih "Hallo… selamat pagi, maaf yaa kau terganggu dengan suara ku saat berlatih ya." "Tidak apa-apa…kenapa kau berhenti berlatih?" tanya Spencer "Sejak tadi aku belum beristirahat, aku mulai latihan tadi pukul 4 pagi, dan sekarang pukul berapa ya?" ucapku sambil melihat ke arah jam tangan. "Sekarang pukul 8 pagi. Oiya apa rencana mu hari ini? Apa kau sudah memikirkan sebuah nama untuk mu sebagai seorang pria? " tanya Spencer Spencer "Awh…hmmm… aku akan pakai nama akhirku saja, Leroy." "Benar juga. Lalu apa rencana mu hari aini?" "Aku sengaja ingin datang ke toko itu lagi, dan akan turuti semua keinginannya, dan aku yakin saat ini dia akan mulai untuk mendekat denganku. Mungkin juga aku harus memiliki nomer yang baru, dan membeli ponsel yang tak terlalu mahal." "Baiklah, tapi sebelumnya kau harus katakan dulu pada Aaron, dan memang Ian setuju, maka kau bisa mencari ponsel di beberapa pusat pertokoan," usul Spancer "Baiklah, terima kasih sudah mengingatkanku, aku pasti akan mengatakan pada Aaron." Basa-basi yang sangat baik dari Spencer untukku. Ia memulai pembicaraan dengan sangat baik. Namun, entah mengapa setiap kali ku tatap mata dan wajahnya, rasanya seperti ada kupu kupu yang beterbangan di dalam tubuh ku. "Oh Tuhan mungkinkah aku menyukai pria ini? Huft…dia sangat tampan sekali dan cerdas… Oups aku lupa, kalau aku dan dia adalah satu tim, jadi aku tidak bisa sembarangan jatuh cinta." batinku Dan secara tidak langsung, yang semula aku tersenyum lebar padanya, kini aku berbalik menjadi sangat dingin padanya. "Maaf, aku…aku ingin membicarakan ide ku pada Aaron, permisi," ucapku berpamitan pada Spencer. "Blue… tunggu," ucap Spencer. "Ya…ada apa?" tanyaku sambil berbalik ke arahnya kembali. "Bolehkah lain waktu, ajarkan aku untuk berlatih. Kung Fu," ucap Spencer "Apa ini? Jangan katakan ini hanya sebuah jebakan agar bisa memecatku dengan mudahnya, dan bergosip Tentang ku," batinku. Aku hanya mengangguk dengan gaya paling ter-cool,dan melangkahkan kaki menuju kamar. Beruntungnya, ketika ku masuk ke dalam apartmen, Aaron sudah bangun, Sehingga aku bisa mengatakan ide untuk rencana hari ini. "Hmm… jadi kau butuh sebuah ponsel dan nomor yang baru?" tanya Aaron "Benar, tapi itu pun juga diizinkan, kalau kau tidak, mengizinkan ku, tidak masalah," jawabku "Aku rasa itu ide yang bagus Aaron. Karena Blue pasti membutuhkan nya untuk berkomunikasi, selain itu nomer ponsel nya juga bisa kita lacak," sambung Gracia. "Hmm… baiklah, kalau begitu, kau bisa pergi bersama dengan Gracia untuk masalah ponsel, karena dia yang paling paham," titah Aaron. Mendapat persetujuan dari atasan, aku langsung cepat bergerak. Begitu juga dengan Gracia, dan Spencer yang mengetahui bahwa usul nya di terima dengan baik olehku. "Spencer kau temani kedua wanita itu, jangan sampai mereka terluka," titah Aaron. "Temani siapa?", "Blue dan Gracia," jawab Aaron Senyuman sumringah dari mulut Spencer saat mendengar namaku. Ia bergegas untuk bersiap menemani ku. Sementara itu... Matahari menyerukan sinarnya kepada semua makhluk di muka bumi. Untuk kesekian kalinya, Mandy tertidur dalam mobil tua nya. Hanya berbekal selimut yang penuh dengan kain sulam tambalan pada lain selimut miliknya. Mandy tertidur di kursi belakang lengkap dngan pakaian yang masih ia kenakan tadi malam. Semalaman ia berjaya, takut kalau ada polisi yang melihatnya sedang membuang potongan tubuh manusia. Ia masih belum mau beranjak dari kursi belakang nya dan mengumpulkan tenaga sebanyak mungkin, agar siap menghadapi dunia yang penuh dengan tipu muslihat. "Hoaaamm… malas sekali aku masuk ke toko itu terus menerus. Ehh… bagaimana kalau pria tampan itu datang ke toko, dan aku sedang tidak masuk! Mana boleh begitu, bagaimana aku bisa melewati kesempatan ini," gumam Mandy Mandy bergegas untuk bangkit dari kursi belakang menuju kursi untuk mengendarai mobil menuju toko Arsyi. Dan rencana pun di hari kedua akan dimulai. Ponsel baru sudah ku beli berikut ddngan nomer ponsel yang baru, setelah itu aku kembali ke apartmen, untuk berganti identitas dari wanita menjadi pria. Setelah makan siang, ku putuskan untuk pergi menuju toko Arsyi, tapi tidak masuk ku tak ingin masuk ke dalam toko. Hanya berjalan di sekitaran toko Arsyi dan mengumpulkan beberapa informasi terkait dengan para pekerja nya. Sadar bahwa aku sedang berada di sekitaran toko Arsyi, Mandy datang menghampiri ku saat tak ada pelanggan. "Hai, apa kabarmu?" Sapa Mandy "Seperti yang kau lihat kalau aku baik-baik saja, dan kau bagaimana?" balas ku bertanya "Seperti yang kau lihat juga, kalau kabaeku baik-baik saja. Apa yang kau lakukan di sini?" tanya nya "Sedang makan siang, dan akan kembali bekerja lagi," jawabku. "Hey bagaimana kalu nanti malam kita bertemu di night club, akan ada pesta menarik di sana, akan ku traktir kau dengan berbagai minuman, dan setelah itu akan ku perkenalkan berbagai sudut perkotaan dengan segala permasalahan nya," ucap Mandy dengan alis mengangkat ke atas. Apa maksud nya memperkenalkan kota dengan segala permasalahan nya?" Ucap Morgan saat mendengarkan percakapan antara aku dengan pelaku itu. "Ssshhh… nanti kita akan mengetahui jawabannya, kau diam dulu Morgan, kita lihat saja bagaimana mimik wajahnya," ucap Gracia. Sesaat setelah aku membeli ponsel, oleh Tim FBI dan Gracia, ponsel baru ku sudah di masuki oleh alat, penyadap, sehingga mereka dapat mendengar serta melihat ku dan si Pelaku. Maksud mu dengan segala permasalahan kota, itu apa? Bukankah semua kota dan negara memang memiliki permasalahan, lantas permasalahan yang seperti apa, yang akan kau tunjukkan padaku?" tanyaku dengan nada santai. "Nanti juga kau akan mengerti dan memahaminya," jawabnya. Aku sudah mengerti akan maksudnya, di lihat dari mata, sera gayanya berbicara. Dan yang ia maksud adalah agar aku akan di perkenankan untuk masuk dalam permainan nya. "Hmmm…jika kau izinkan, kenapa tidak." "Baiklah berikan nomor Ponselmu, maka aku akan katakan padamu dimana kita akan bertemu," pintanya. Segera ku cantumkan nomor ponsel ku yang baru di secarik kertas. "Ini nomor ku, kau bisa menghubungi ku di atas pukul 6 sore, tapi itu juga kalau tidak banyak pekerjaan, kalau sedang lembur meeting, maka kau bisa menghubungi esok harinya," tutur ku. "Baiklah aku mengerti. Katakan saja kapan kau bisa, maka aku akan tunjukkan padamu." "Tentu saja, aku sudah tidak sabar, apa yang akan kau tunjukkan padaku," jawabku sambil mengangkat alis.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN