Mandy Lawrence

1089 Kata
Maksud mu dengan segala permasalahan kota, itu apa? Bukankah semua kota dan negara memang memiliki permasalahan, lantas permasalahan yang seperti apa, yang akan kau tunjukkan padaku?" tanyaku dengan nada santai. "Nanti juga kau akan mengerti dan memahaminya," jawabnya. Aku sudah mengerti akan maksudnya, di lihat dari mata, sera gayanya berbicara. Dan yang ia maksud adalah agar aku akan di perkenankan untuk masuk dalam permainan nya. "Hmmm…jika kau izinkan, kenapa tidak." "Baiklah berikan nomor Ponselmu, maka aku akan katakan padamu dimana kita akan bertemu," pintanya. Segera ku cantumkan nomor ponsel ku yang baru di secarik kertas. "Ini nomor ku, kau bisa menghubungi ku di atas pukul 6 sore, tapi itu juga kalau tidak banyak pekerjaan, kalau sedang lembur meeting, maka kau bisa menghubungi esok harinya," tutur ku. "Baiklah aku mengerti. Katakan saja kapan kau bisa, maka aku akan tunjukkan padamu." "Tentu saja, aku sudah tidak sabar, apa yang akan kau tunjukkan padaku," jawabku sambil mengangkat alis. "Jadi… apa kau akan ikut dalam pesta nanti malam?" tanya Mandy "Tentu saja, baiklah sampai ketemu nanti… aku mau kembali bekerja," Saat sedang asyik mengamati ku dan pelaku, tiba-tiba ahli forensik memberi kabar kepada Tim FBI dan tim kami melalui sambungan teleconference bahwa otopsi sudah selesai, dan hasilnya juga sudah di keluarkan. Hasilnya terbukti bahwa ada lebam di berbagai titik sudut, dan celana pada korban adalah s****a milik korban. Sementara noda merah pada pakaian adalah berasal dari saus tomat. Kemudian untuk pemeriksaan lainnya seperti bagian darah, feses dan air liur pada korban, terdapat alkohol dengan kadar yang tinggi dan adanya obat semacam obat tidur dengan dosis yang cukup tinggi. "Blue… cepat kembali ke Apartmen, hasil forensic sudah keluar," perintah Aaron "Aku akan pergi ke apartmen sekarang juga," jawab ku. Untungnya jarak antara Apartmen dengan toko Arsyi tidak terlalu jauh, sehingga aku hanya perlu berjalan kaki saja. Semua orang yang ada di Apartmen cemas menunggu ku, mereka takut kalau aku tersesat atau si Pelaku langsung menjalankan aksi nya. Badan yang paling mencemaskanku adalah Spencer. "Spencer mengapa sejak tadi kau mondar-mandir, apa yang kau khawatir kan?" tanya Aaron "Aku khawatir si Pelaku itu langsung saja melakukan aksinya, Gracia bisakah kau menghubungi nya kembali?"pinta Spencer Gracia mencoba menghubungi ku kembali, tapi ponsel sudah ku non aktifkan. "Tidak aktif Spencer, sudahlah tenang saja dulu, kita tunggu sampai 30 menit kemudian, jika Blue tidak datang, baru kita bertindak," usul Gracia "Gracia benar, lebih baik kau bersabar dulu, tenang kan dirimu, buatlah secangkir kopi atau secangkir teh hangat," usul AJ Spencer menuruti usul AJ, ia pun membuat secangkir teh hangat untuk dirinya merasa tenang. Baru kali ini rekan-rekan nya melihat Spencer tampak begitu khawatir. Di samping ia memang orang yang sangat peduli pada rekan-rekannya, tapi kekhawatiran nya kali ini sangat berbeda. Seperti sedang mengkhawatirkan kekasih nya atau istrinya. Tak berapa lama, aku tiba di apartmen "Aku pulang," ucapku yang terbiasa mengatakan kata-kata itu. Saat aku melepaskan jacket, aku melihat mimik orang-orang yang bernafas dengan lega, termasuk Spencer, ia langsung tersenyum lebar padaku. "Fewh… kami pikir, telah terjadi sesuatu padamu,"ucap Emily "Maksud mu? Aku tersesat?" tanya ku "Tidak… lebih parah, kami pikir kalau pelaku itu sudah melakukan aksinya padamu. Apa kau tidak tahu apa arti dari maksud akan memperlihatkan padamu permasalahan kota," sambung Morgan "Aku tahu, dan aku menerima tantangannya. Dia memintaku datang ke pestanya, dan itu artinya aku di undang dalam permainan nya, dan artinya lagi aku di minta untuk hadir di tempat persembunyiannya." "Benarkah kalau begitu kita langsung buat tim yang baru, kita harus mengikuti gerak-gerik Blue dan pelakunya, jangan sampai terlepas!" ujar kepala FBI "Blue apaan kau non aktifkan ponsel baru mu" tanya Gracia Ku ambil ponsel dari saku celana dan memberikannya pada Gracia. "Yap… ponsel mu tidak aktif karena habis daya batreinya. Kita penuhi data batreinya, dan langsung sambungkan ke laptopku, aku yakin pasti pelakunya akan mengirimkan beberapa pesan untukmu," ujar Gracia. Tak lama berselang, ahli tim forensik menghubungi tim kami kembali melalui teleconference. "Selamat siang, kami ingin menyampaikan pada kalian semua mengenai penemuan dompet yang di temukan di dalam hutan. Dan setelah kami cocokan dengan dengan sidik jari yang ada pada pakaian dan celana serta senjata tajam yang di buang di sekitaran hutan mengarah kepada pemilik dompet ini. Dan di dalam dompet juga terdapat kartu identitas si Pemilik dan banyak kartu dari berbagai bank. Dan setelah kami tanyakan pemilik kartu debit dan kartu kredit pada berbagai bank, juga mengarah ke pada Mandy Lawrence. Alias pelaku yang sudah kita incar selama ini. Apakah ada pertanyaan? " "Jadi benar dugaanku, dialah pelakunya. Aku harus berani menghadapi orang psycho macam dia, dan harus tepat memperkirakan nya. Kalau aku sampai salah gerak, akan jadi runyam," batinku Aku pergi mengambil tas di kamar dan terbenam dalam kesibukan. Ku buka buku catatan serta beberapa lembar kertas yang sudah ku corat coret, ku lihat baik-baik sketsa yang sudah ku buat. Betapa terkejutnya aku saat melihat sketsa yang sudah ku buat, aku keluar meminta foto Mandy Lawrence dengan wajah yang terlihat lebih jelas, mulai dari rambut dan alis serta bibirnya "Gracia bolehkah aku meminta foto pelaku yang lebih jelas?" pintaku pada Gracia "Baiklah, tunggu sebentar," ujar Gracia "Apa itu Blue?" tanya Morgan "Hanya sketsa yang ku buat, bukan apa-apa," jawabku "Sketsa apa? Coba ku lihat," pinta Morgan sambil mengambil beberapa lembar kertas di tanganku. AJ dan Emily pun juga turut melihat hasil sketsa yang ku buat sambil sesekali melihat foto wajah Mandy Lawrence. "Tunggu… coba Gracia perbesar lagi fotonya," pinta AJ Gracia segera memperbesar foto, dan AJ melihat foto sekaligus sketsa yang ku buat. "Blue, kapan kau buat sketsa Mandy Lawrence?" Tanya AJ "Saat…." Aku melihat kepada mereka semua yang menunggu jawabanku, dan belum sempat ku jawab Spencer sudah mewakiliku untuk "Saat di pesawat dalam perjalanan menuju California, benarkan, Blue?" ucap Spencer sambil berjalan mengarah ke tempat kami. "Benarkah itu, Blue?" tanya Aaron. "Wow, keren sekali kau Blue, aku tidak menyangka kalau kemampuanmu sampai sejauh ini," sahut Morgan Mereka semua yang ada di meja makan terkejut saat mengetahui kemampuanku. "Darimana kau mempelajari nya?" tanya Emily Aku hanya tersenyum malu saat menjawab nya,sambil melirik ke arah Spencer. "tring." terdengar bunyi dari laptop Gracia menandakan ada sebuah pesan yang masuk. "Hey ada sebuah pesan yang masuk, coba periksa, mungkin pesan itu dari tim forensik,"ucap Emily "Hey kau… datanglah ke pesat yang ku selenggarakan di sebuah peternakan Lawrence, peternakan ini letaknya 500 km dari kota ini. Pesta ini hanya untuk pria saja, dan jangan bawa seorang wanita! Kau tenang saja, kita akan merasakan kebahagiaan malam ini. Untuk lokasi peternakan, akan segera ku kirimkan melalui pesan ini, dan berjanjilah untuk tidak membawa orang lain, hanya kau seorang saja."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN