recana yang tertunda

1099 Kata
Sejak itulah Hua Shie seperti menaruh dendam pada biksu Yen. Ia mengira kalau Biksu Yen memang sengaja menghindarinya   A Tse sengaja datang ke tempat Hua Shie untuk megajaknya berduel dengan Biksu Yen. “Tuan Hua Shie ….” Teriak A Tse Tuan Hua Shie sedang asyik tidur merasa terganggu dengan teriakan A Tse, keluar dengan marah-marah. “Hey… apa yang kau lakukan berteriak seperti itu,berisik tahu! Apa kau tidak tahu kalau aku sedang tidur siang!” “Maafkan aku Tuan tapi aku hanya ingin memberitahukan anda, kalau orang yang ingin anda lawan sudah siap!” ucap A Tse “Siapa maksudmu?” tanya Hua Shie “Biksu Yen,” jawab A Tse “Ah… malas, nanti tidak ada lagi orangnya, untuk apa aku kesana!” ucap Hua Shie “Tidak, aku jamin kalau dia ada di rumah, bagaimana kalau kita membuat jadwal, yang sudah pasti dia ada di rumah!” “Kapan?” “Ketika tengah malam, aku yakin pasti dia ada di rumah, benarkan?” “Hmmm … ide menarik,” ucap Hua Shie. “Baiklah aku akan mengumpulkan massa, untuk membunuh dia juga,” ucap A Tse “Apa? Membunuh? Tidak … aku tidak ingin membunhnya, aku hanya ingin beradu kekuatan saja, aku tidak ingin membunuhnya, kalau kau ingin membunuhnya lebih baik kau sendiri saja, aku tidak ikut campur,” ucap Hua Shie “Hahahah … tenang saja, itu adalah maslahku,” ucap A Tse Hari semakin gelap, dan Dao Zhe juga sudah bersiap untuk pulang ke rumah dengan membawa segudang informasi universitas untuknya. “Baiklah aku sudah selesai, aku akan kembali ke rumah, dan mencari berkas-berkas yang di perlukan, Mmm… mungkin aku akan kembali besok,” ucap Dao Zhe “Ahhh …Aku rasa besok kau harus mencari teman untuk membantumu dalam mengupload seluruh dokumen-dokumen, seain itu apakah kau sudah mencatat kapan tanggal terakhir untuk mengupload berkas nya?” tanyaku “Sudah ku catat semuanya, sepertinya paling lama, tanggal 25 bulan depan,” jawab Dao Zhe “Kalau begitu aku tidak bisa membantumu ya Dao Zhe, aku kan sudah berada di Amerika,” “Yaahhh … nanti siapa yang akan membantuku, huhuhuhuh….” “Hahhaha … jangan bersedih begitu Dao Zhe, kau kan sudah ku ajari caranya, jadi nanti kau pasti bisa,” ucapku sambil memberinya semangat. “Baiklah aku pulang dulu, sudah gelap, aku takut ayah dan ibu mencariku, terima kasih atas bantuanya, Mmm … kau besok pergi jam berapa?” tanya Dao Zhe “Pesawat boarding jam 5 pagi, jadi malam ini kita sudah harus berada di bandara, kau tahu kan jarak antara desa ke bandara memakan waktu sampai 7 jam,” balasku “Yaaa … jadi ini pertemuan terakhir ku dengan mu dan Shi Fu dong?” ucap Dao Zhe langsung memasang muka sedih sekali. Dao Zhe pulang ke rumah dengan perasaan sedih, lantaran tidak bisa bertemu lagi dengan ku. “Ayah, ayo kita bersiap-siap, kita harus berangkat sekarang. Lebih baik kita beristirahat di kota besar saja, daripada kita berada di sini, aku tidak ingin terlambat sampai di Bandara. Semua passport bserta dokumen lainnya aku sudah letakkan di tas. Dan sekarang ayah mandi setelah itu ayo kita berangkat,” ucapku sambil memberikan handuk pada ayah. “Hhahaha … iya nak, baiklah, aku akan menurut perkataanmu,” jawab Ayah “Iya cepat ya, sebab aku sudah memesan mobil untuk kita berangkat sekarang.” Aku bersiap untuk berangkat, dan meninggalkan desa tercinta yang sudah memberikan kenangan manis dan indah. Tak pernah ku lupa bagaimana desa ini sudah membentuk karakterku sebagai seorang gadis yang kuat dan mandiri, di tempa oleh keadaan yang jauh dari kata sempurna dan selalu ada. Desa ini juga sudah banyak mengajariku untuk menjadi seorang gadis yang kuat seperti lelaki, belajar kung fu seperti lelaki, dan tidak cengeng ketika di hadapkan pada persoalan pelecehan. “Terima kasih Kota Mohe, untuk segala kebaikanmu, lain waktu aku pasti akan mengunjungimu, kelak jika aku sudah sukses.” Batinku sambil melihat langit malam Aurora yang penuh dengan warna warni. Keindahan langit Aurora di desa Mohe begitu terkenal hingga di berbagai belahan dunia. Orang menyebutnya dengan langit pelangi malam. Beberapa cerita dari orang tua di sini, mengatakan kalau leluhur selalu datang dan mengawasi kerabatnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, dan Ayah sudah selesai mandi, begitu juga dengan mobil travel yang akan membawa kami pergi menuju Bandara. “Apa kau sudah siap Blue?” tanya Ayah “Sudah …. Ayo kita berangkat, aku harap kita tidak terlambat,” ucapku sambil masuk ke dalam mobil dan kami pun berangkat menuju Bandara. Sementara itu A Tse tidak mengetahui bahwa Ayahku sudah berangkat menuju Amerika ikut denganku. Ia berpikir kalau Ayahku seorang diri di rumah. A tse sudah mengumpulkan beberapa orang dan juga Hua Shie. 15 menit setelah kami berangkat, A tse dan Hua Shie datang, dan langsung memporak porandakan rumah beserta isinya. Kamar dan ruang tamu menjadi sasaran empuk mereka untuk mengacak-acak. “Aneh… kenapa Biksu Yen tidak ada di sini, menurut Xiao Min,sementara ini adalah waktunya untuk beristirahat. “Lihaaattt! Lagi dan lagi Biksu Yen tidak ada, sudah berapa kali ku katakan padamu, kalau setiap kali aku datang pasti tidak ada di rumah. Itulah kenapa kalau aku sangat malas sekali pergi ke sini kembali! Sudahlah lebih baik aku menyerah saja, aku tidak ingin lagi mengajaknya berduel, pasti dia juga takut padaku,” ujar Hua Shie “Tidak mungkin! Pasti ada kesalahan di sini. Pasti ada informasi yang terlewatkan,” gumam A Tse. “Cepat cari Xiao Min, akan ku buat perhitungan dengannya,” perintah A Tse pada anak buahnya. “Lalu apa yang kita lakukan sekarang?” tanya Hua Shie “Mmmm … bagaimana kal “Kalau kita bakar saja rumahnya, aku yakin jika kita membakar rumahnya, pasti dia akan pulang lagi dan dia akan mencari kita!” usul A Tse “Apa ? membakar rumahnya hanya untuk mendapatkan dirinya? Tidak … ini bukan ide yang bagus, dengar … aku hanya ingin mengadu kekuatan, bukan untuk mencari masalah. Buatku dnena mencari onar kemarin di pasar saja bagiku sudah cukup membuatku pusing. Dan sekarang kau menambahkan ku sebuah masalah lagi! Tidak … aku tidak ingin ikutan, kau cari saja Xiao Min, selamat tinggal,” ujar Hua Shie. “Dasar pengecuuuutttt!” teriak A Tse pada Hua Shie A Tse pergi mencari informasi, kemana perginya Biksu Yen. A Tse pergi bertanya pada tetangga di sebelahnya. Dan menurut informasi yang berhasil di kumpulkan, bahwa Biksu Yen pindah ke Amerika bersama dengan putrinya “Apaa … pindahke Amerika, antas mengapa akuharus menyerang dia dan membunuh mereka! Xiao Min, kau telah membuang waktuku sia-sia! Tidak bisa ku biarkan, akan ku buat perhitungan padamu Xiao Min.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN