Senyuman Jethro menyisakan rasa penasaran pada anak buah Aaron, benarkah Blue putri Jethro, kalaupun bukan, lantas kenapa nama mereka memiliki nama belakang yang sama?
Aku menunggu di halaman depan dan mencari kamera pengintai dengan menggunakan sebuah tongkat besi di atas pohon, tiang lampu penyerang jalanan, dan beberapa dinding.
Dugaanku benar adanya, kedua wanita itu sudah menempel nya di beberapa titik yang memungkinkan untuk mereka mengintai dengan bebas.
Jethro pun keluar di susul oleh rekan-rekan kerjaku.
"Blue…." teriak Jethro mencariku, di saat ku masih sibuk mencari kamera pengintai.
"Pluk… pluk." bunyi sebuah benda jatuh
"Apa itu!" ucap mereka sambil mendekati kamera pengintai.
"Hup. Itu sebuah kamera pengintai, aku rasa orang yang menculik paman David sudah Mengintainya sejak lama. Terbukti beberapa kamera telah terpasang di beberapa titik,"jawabku.
"Darimana kau tahu asal dari kamera pengintai?" tanya Aaron
"Coba saja kalian lihat di beberapa rekaman CCTV rumah dari ponsel milik paman David, terlihat sebuah sinar berwarna merah dan berkedip,"jawabku.
"Apa ada yang bawa sarung tangan? Akan ku bawa untuk barang bukti," ucap Aaron.
"Aku ada sarung tangan… di mobil," jawab Emily
"Kamera pengintai sudah ku buat mati, jadi kalaupun mau di nyalakan setidak nya harus di depan polisi, jangan di depan kita, takutnya mereka akan mencari kita dan menculik kita. Yang aku takutkan, paman David sudah mengetahui bahwa ada yang mengintainya, tapi tidak tahu juga,"jawabku.
" Baiklah kita akan bertemu besok hari, akan kita bahas juga masalah kamera pengintai dan melanjutkan kasus David. Jethro apakah bisa kasus David di naikkan menjadi kasus besar? Sepertinya juga orang yang menculik David adalah orang yang sama dengan komplotan yang sudah meresahkan pemerintahan," pinta David.
Rencana untuk makan siang bersama, batal… karena mereka menginginkan untuk makan bersama dengan orang terkasih mereka. Begitu juga denganku, aku memilih untuk pulang dan makan bersama dengan Papa.
"Bolehkah sebelum pulang ke rumah, aku membeli penanak nasi?" pintaku
"Boleh saja, baiklah kita akan mampir ke tempat elektronik," ucap Papa
"Hmmm…aku tahu tempatnya, penanak nasi di jual di toko elektronik di kampung China, aku pernah melihatnya bersama ayah, dan Membelinya juga," jawab ku.
"Baiklah kita sekalian makan di sana," ajak Jethro
"Benarkah? Wah, asyik, aku mau makan nasi dengan capcay," jawabku.
Dalam perjalanan menuju rumah, Spencer masih saja penasaran terhadap ku dan juga Jethro, dalam hatinya kini benar-benar memiliki perasaan ingin memiliki Blue serta perasaan sayang dan cinta.
"Apakah Blue putri dari Jethro? Berarti putri yang selama ini di rumor kan hilang, sudah kembali lagi. Kalau begitu ini sebuah pertanda bahaya untuk Blue dan Jethro. Aku pernah mendengar dari seseorang, mmm… aku harus menemui orang itu, hanya dia yang tahu bagaimana cara menghentikan agar Blue tidak menjadi incaran mereka kembali,"ujar Spencer.
Spencer memutar balik kendaraan nya menuju arah Timur dekat dengan perkampungan China. Spencer berniat akan bertemu dengan seseorang yang pernah tergabung dalam kelompok pemberontakan.
Kelompok pemberontakan yang sangat terkenal di tahun 1990,yang membuat suasana mencekam dan membuat kelima orang jenderal harus pergi berpencar. Kelima Jenderal itu, tak lain adalah David, Aaron, Jethro, Biksu Yen, dan satu lagi adalah seseorang yang akan Spencer temui.
"tok… tok...tok," bunyi ketukan pintu di rumah mungil sangat terdengar dengan jelas
Seseorang bertubuh besar dan masih tegap walau sudah dimakan usia,berjalan menuju pintu, hendak melihat siapa yang telah mengganggu dirinya sedang bersantai.
"Hai… apakah kau masih mengingat ku?" sapa Spencer
Pria tua itu tampak berusaha mengingat wajah Spencer.
"Kau siapa?" tanya pria tua itu.
"Aku seorang polisi yang saat itu menolong anda saat mengalami kecelakaan beberapa bulan lalu," jawab Spencer
"Owh ya… aku sudah ingat sekarang, silakan masuk," ucapnya sambil mempersilakan Spencer masuk.
"Siapa yang datang?" tanya seorang wanita berusia 10 tahu. Lebih muda dari pria tua ini.
"Seorang polisi," jawabnya.
"Owh anda, yang saat itu menyelamatkan suami saya, ada apa ke sini?" tanya wanita itu
"Aku ingin berbincang sebentar dengan tuan…." Spencer melirik pria tua yang sudah duduk di kursi malas ya menghadap ke arah televisi.
"Matthew… baiklah kau bisa duduk di sini, aku akan ambilkan minum untukmu," titah wanita tua.
Sebelum duduk, Spencer sempat melihat sebuah foto yang sudah tak asing, ia pernah melihat foto itu sebelumnya di beberapa rumah yakni rumah Aaron, dan rumah David.
"Maaf… bolehkah aku bertanya pada anda, apakah anda mengenal para pria ini?" tanya Spencer pada Matthew
"Mereka? Tentu saja aku mengenal nya, hanya saja…." Matthew tertunduk dan diam sangat lama
"Tuan ada apa?" tanya Spencer
"Maaf anak muda, mungkin Matthew belum siap untuk mengatakan nya, aku minta jangan ingatkan kembali, ini hanya akan membuatnya semakin bersedih," ucap wanita tua berpakaian gamish dan menggunakan kerudung.
"Bersedih?hm...baiklah,aku minta maaf karena aku sudah datang, mungkin ini bukan waktu yang tepat untukku datang, aku akan datang lain waktu saja," ucap Spencer
"Tidak apa-apa, sungguh aku tidak apa-apa. Aku mengenal mereka bertempat lebih dari sekedar teman. Mereka seperti saudara untukku. Hanya saja saat itu, aku meninggalkan mereka lantaran adanya bisikan yang lebih menggiurkan, aku telah mengkhianati mereka. Ku jual semua data informasi negara, ku bocorkan semua informasi keluarga mengenai keempat sahabatku, hingga pada akhirnya mereka di kejar dan di terror oleh kelompok pembelot,"ungkap Matthew.
"Matthew sudah cukup, ingat kesehatanmu sayang."
"Tidak apa-apa Emma, mungkin saja memang anak ini mengenal keempat sahabatku, aku hanya ingin meminta maaf pada mereka atas kesalahan yang sudah ku perbuat," ucap Matthew pada istrinya.
"Mmmm begini bolehkah anda menceritakan sedikit saja kisah anda, siapa tahu saya memang mengenal anda," balas Spencer.
"Bercerita tentang kami berlima atau penghianatan ku pada mereka berlima dan negara? Bagian mana yang ingin kau dengar terlebih dahulu?" tanya Matthew.
"Terserah pada anda, senyamannya anda bercerita."
"Kalau aku boleh tahu juga, apa maksud kedatanganmu anak muda? Aku yakin ini bukan hanya sekedar kebetulan saja kan, pasti ada maksud tertentu darimu," sahut Emma.
"Mmm… ya aku hanya ingat akan sebuah cerita dari anda saja, dan memang saya sangat penasaran, terlebih lagi jika anda mendengar berita sekarang, telah terjadi lagi kerusuhan serta adanya penjarahan di banyak toko, selain itu terror bom juga mulai menghantui masyarakat."
"Awh ya kami tahu berita itu, dan terkadang membuat Matthew sangat marah hanya saja dia saat ini tidak bisa berbuat apapun, lantaran kesehatannya suka menurun."
"Apakah sudah di periksakan oleh Dokter?" tanya Spencer
"Sudah, dan dokter mengatakan hanya lelah saja, semuanya bagus, jantung dan paru-paru sangat bagus. Mungkin juga karena umur, dan jarang bergerak juga."
"Kalau begitu apakah anda keberatan jika kita bisa berbincang - bincang besok di tempat yang anda suka, akan saya jemput lagi, bagaimana?" tanya Spencer pada Matthew
Emma melirik ke arah Matthew, memastikan apa yang akan di jawab olehnya.