Belum sempat mereka melepaskan kedua peluru dari dua pistol yang berbeda, kedua tangan mereka sudah ku arahkan ke atas. Dan langsung saja ku patahkan tangan mereka berdua dan terlepaslah pistol dari tangan mereka.
Kedua wanita itu merasakan kesakitan pada tangannya. Mereka sempat menyerangku dengan memberikan sebuah bubuk dan meniupkannya ke arah kedua mataku.
"Aarrggggghh." aku menahan rasa perih di mataku.
Aku tidak bisa melihat dengan sempurna. Teringat akan ajaran ayah, saat mempelajari kung Fu dan kedua mataku di tutup adalah fokus dengan pendengaran.
Kini mereka mulai mengeluarkan alat yang lain lagi double stick serta pecutan.
"Hmmm… begitu ya, baiklah aku akan menanamkan dan berfokus pada pendengaran," batinku.
Suara pecutan dan lincahan tangan yang menggerakkan double stick terus bersahutan, dan akhirnya mereka berdua menyerangku bertubi-tubi.
Beruntungnya aku bisa menghindar dari pecutan dan double stick mereka. Aku terus melompat hingga menemukan air keran, dan mencuci kedua mataku yang terkena serbuk.
"Ayo kejar dia," ucap kedua wanita itu berlari ke halaman belakang rumah David.
"Hmm… mereka pasti berpikir kalau aku masih terkena serbuk itu, baiklah aku akan memejamkan kedua mataku sambil meladeni mereka," batinku.
"Itu dia," ucap mereka berdua.
"Hiya…jiiaaatt!" mereka terus menyerang.
Ku terus berlari memutar membuat seperti angin topan, serta ku tiup pasir ke mata mereka.
"Aaarrggghh, Buk." mereka pun terjatuh langsung saja ku totok beberapa saraf, leher belakang punggung dan tangan, agar mereka tak bisa bergerak.
Emily dan AJ mengambil pistol milik mereka, sementara Morgan dan Jethro dengan sigap menangkap kedua wanita yang sudah tergolek dengan lemah tak berdaya.
"Jangan dimakan," teriak ku ketika Gracia mulai membuka tas makanan.
"Memangnya kenapa?" tanya Gracia
"Mereka bukan pengantar makanan yang sebenarnya," jawabku.
"Benarkah? Kalau bukan mereka lalu siapa?" tanya Aaron
"Apakah itu benar nona?" tanya Morgan
"Enyahkan tangan kotomu itu, kau adalah pendosa yang harus segera di kirimkan ke neraka!",seru wanita bertatto.
"Awh kalau temanku adalah pendosa, lantas kau siapa? Malaikat kah? Archangels kah? Atau kalian Seraphim?" tanyaku
"Diam kau, ku pastikan kau yang akan mati terlebih dahulu daripada teman-temanmu! Kau akan mati seperti temanmu, hahahahaha haha," ucap wanita berambut panjang.
"Semua orang memang pasti akan kembali padaNya, semua makhluk yang hidup sudah pasti akan menemui takdirnya masing-masing."
"Tenang saja, di dalam tubuh kami ada kamera oengingat, dan kelompok kmai juga sudah melihat kalian. Jadi tinggal tunggu saja takdir kalian, sama seperti kedua orang pengantar makanan yang sudah menemui ajalnya."
"Dimana topeng mu?" tanyaku kembali
Peryanyaanku pada kedua wanita ini membuat keduanya terkejut, dan semua orang yang ada di rumah David.
"Hahahahaha… kau tidak akan pernah tahu, dan aku sudah berjanji, mengucapkan sumpah setiaku, bahwa aku tidak akan pernah mengatakan apapun tentang kelompok ku," ucap wanita bertatto.
"Baiklah jika memang itu maumu, aku tahu bahwa mereka sudah mencuci otakmu dengan berbagai teori yang menyesatkan, tapi seharusnya kau lebih tahu dan lebih cerdas ketika mereka telah memperalatmu,"ucapku.
Tak lama para polisi datang ke rumah David.
"Permisi Tuan Aaron," ucap salah seorang polisi
A
"Bawa kedua wanita ini, dan masukkan ke dalam penjara," perintah Aaron
"Tunggu…."teriakku.
Sebelum para polisi itu membawa kedua wanita ini pergi, ku totok lagi saraf kaki nya agar mereka tidak bisa pergi melarikan diri dari mobil.
"Apa yang kau lakukan Blue?"tanya Morgan
"Nanti kau juga akan tahu, setelah melihatnya," jawabku.
Kedua wanita itu di borgol dan di goring ke mobil polisi. Namun, di saat mereka mencoba untuk berdiri, mereka jatuh lagi dan lagi.
"Apa yang kau lakukan pada kami? Haaaaaa… b*****h… lihat saja pembalasanku, kau akan mati terlebih dahulu!" teriak wanita berambut panjang sambil memaki.
"Sebaiknya pergi dari sini, dan aku rasa mereka berdua sudah memasang kamera pengintai serta senjata yang sudah disembunyikan oleh mereka. Pasti mereka berpikir kalau ada yang menginap, " batinku
"Bagaimana kalau kita makan di luar saja," ucapku sambil mengajak mereka makan.
Setidaknya hal sepele seperti ini lah yang bisa ku katakan guna menghindari kejadian yang tak di inginkan. Untung saja mereka mendengar kan permintaan ku.
"Baiklah, kalau begitu kita makan di luar saja," sahut Emily.
"Tapi bawa barang - barang mu Gracia, seperti laptop dan aku rasa ada beberapa dokumen Penting lainnya," usulku!!
"Lho memang nya kenapa? Bukankah nanti kita akan kembali ke sini?" tanya Gracia
"Awh… mmmm memangnya kalian tidak mau menginterogasi kedua wanita itu ya? Dan mencari tahu siapa mereka? Atau bukankah lebih baik kita pulang ke rumah masing-masing, besok kan kita bekerja," ucapku.
"Blue benar, bagaimana kalau kita pulang ke rumah masing-masing, di sini aku bingung akan tidur dimana," sahut Morgan.
"Baiklah kita kembali bekerja di kantor, besok, dan sekarang waktunya kalian bergegas pulang, kita rapikan dulu tempat David, setelah itu pulang," perintah Aaron.
Rumah David kini sudah rapih dan bersih seperti sedia kala, sebelum kami buat berantakan. Dan sekarang saat nya pulang ke rumah masing-masing , tapi aku yakin pasti mereka sudah mengintai kami.
"Hey Blue, bagaimana kalau nanti malam kita pergi ke klub malam," ajak Morgan di depan teman-teman
"Ayo lah Blue, jangan seperti Spencer yang selalu menolak ajakan kami ke klub malam dengan alasan membaca buku," sambung Gracia
"Hmmm… tidak terima kasih, setiap malam sebelum aku tidur, aku selalu berlatih, lagipula aku selalu tidur pukul 9,dan paling lambat aku tidur pukul 11 malam."
"Jangan katakan kalau kau takut dengan orang tuamu, hahahahaha… sudahlah katakan saja pada orang tuamu, jangan terlalu kolot, lagi pula ini dunia anak muda," ucap Morgan.
Aku hanya melirik ke papa dan Aaron.
"Morgan… sudah jangan meledek terus, nanti orang tuanya marah," ucap Aaron
"Ya biar saja marah, lagipula, orang tua nya tidak ada di sini bukan. Aku hanya heran saja pada orang tua Blue, kenapa mereka tidak membebaskan anaknya untuk bergaul," ucap Morgan
"Orang tua ku tidak pernah melarang bergaul, hanya saja orang tuaku tidak suka jika aku masuk ke klub malam," jawabku.
"Apa alasannya?" tanya Emily
"Nanti kalian juga tahu, alasannya apa, benarkan Pa?" ucapku sambil melirik Jethro.
Mendengar ku mengucap kata Papa dan melirik ke arah Jethro, mereka semua bingung dan bertambah penasaran.
"Tunggu apa maksud dari kata Pa? Kenapa kau melirik Jethro? Memangnya dia papamu?" tanya Morgan.
"Maaf aku duluan," jawabku sambil pamit
"Morgan… apa kau ingat namaku?" tanya Jethro
"Tentu saja namamu kan Jethro Leroy."
"Jethro Leroy? Blue Leroy…jangan-jangan Blue adalah putrimu?" tanya Spencer
Jethro berbalik ke arah Spencer dan tersenyum pada semua anak buah Aaron.