Biksu Yen duduk dalam temaram cahaya kamar, ia mencari secarik kertas yang bertuliskan nomor ponsel Jethro ketika Blue masih membutuhkan banyak biaya.
Ia mencarinya dalam sebuah kotak berwarna biru, tempat dimana semua informasi dan berbagai macam kenangan manis Blue.
"Ketemu," ucap lelaki paruh baya tersebut.
Ia memencet tombol angka ponsel sesuai dengan nomor yang tertera dalam secarik kertas itu.
"Hallo," sapa suara laki laki di seberang sana.
"Maaf, apakah anda Jethro?" tanya Biksu Yen
"Owh maaf, anda salah sambung," jawab lelaki itu.
"Maaf kalau begitu, terima kasih," balas Biksu Yen.
"Aneh... Apa jangan-jangan dia ganti nomor? Kalau ia ganti nomor, kenapa dia tidak memberitahukan padaku kalau ganti nomor! Haduh bisa-bisa Jethro tidak tahu kalau Blue sudah berada di sini," gumam Biksu Yen
Biksu Yen bergegas tidur agar besok pagi bisa mencari Ayah kandung Blue, Jethro.
"Tapi bagaimana aku mencarinya, kota ini begitu luas, dan darimana aku harus memulai mencarinya!" batin Biksu Yen.
Keesokan paginya,
Aktifitas seperti biasa, dan tidak ada yang membuat ku curiga.
"Ayah...kau tidak rindu pada mohe?" tanyaku
"Eh ada apa denganmu? Tumben sekali kau menanyakan kota Mohe?"
"Tidak apa, semalam aku bermimpi ada di kota Mohe, hehehe...sedang berjalan saja di tengah dinginnya kota Mohe dan bermain salju," ucapku
"Aha...kau rindu kota Mohe? Hahahaha," ledek ayah.
"Ah...buat apa kembali ke kota Mohe, beberapa murid ayah ingin membunuhmu," ucapku sembari mengingatkan tentang kejadian itu lagi.
"Kau benar, kalau aku kembali, nyawaku sedang terancam," balas Ayah
"Itu tandanya kau harus selalu bersama denganku," jawab ku.
Usai menyantap sarapan, aku pamit pergi bekerja pada ayah.
"Uhm kembali pada pemecahan kasus, huft...andai saja Tuan David tidak membenciku, mungkin saja saat ini aku sudah ikut dalam memecahkan kasus."batinku sambil melangkahkan kaki menuju halte bus.
Diam-diam, Biksu Yen melihat aku berangkat dari jauh, setelah merasa keadaan aman, ia langsung berjalan menyusuri kota besar, demi mencari petunjuk tentang Jethro
Lelah mencari kesana kemari, dan berujung dengan hasil yang nihil, Biksu Yen mendapat ilham untuk segera mencari nya di kantor ku.
"Aku harap Blue tidak melihatku kalau aku mencari ayah kandung nya di sekitar kantornya," batin Biksu Yen sambil terus berjalan menuju kantorku.
Tiba di kantor aku paling datang terlebih dulu. Kulihat gedung tempat ku bekerja berdiri sangat kokoh, namun, masih. belum memberikan kehangatan padaku.
"Aku tidak mau cari musuh di sini, aku tidak mau hanya karena salah satu membenciku, lantas membuat semua orang menjadi hancur. Mungkin saja aku yang mengalah, hanya bekerja di bagian transportasi. Huft...mungkin aku harus melalui proses yang paling bawah," gumamku
Setelah cukup lama berdiri memandangi gedung, aku kembali berjalan menuju perpustakaan.
" Blue, "teriak seorang laki-laki yang suaranya sudah mulai ku kenal.
"Tuan Aaron, maaf permisi," ucapku sambil membungkukan badan
"Kau mau kemana memangnya? Kenapa tidak masuk?" tanya Aaron
"Tidak, lagi pula aku kan sudah di berikan tanggung jawab masalah transportasi, jadinya ini bukan kantorku, kantorku ada di bengkel sana, atau mungkin di perpustakaan. Oiya terima kasih atas dukungan mu kemarin, maaf juga kalau banyak salah padamu," ucapku
"Apakah kau menerima pesan dari Gracia mengenai jenazah korban yang, sudah di temui?" tanya Aaron
"Ah... Yang kemaren itu yaa," jawabku
"Ya benar."
"Kenapa mengirimkan padaku? Bukankah aku tidak di perkenankan. Apa salah kirim ya, mungkin maksudnya mau kirim ke yang lain," ucapku
"Tidak... Itu aku yang menyuruh Gracia agar mengirimkan nya padamu. Lagi pula saat aku melayangkan pengumuman pencarian anggota tim, itu juga atas persetujuan David, dan memang David sebenarnya menginginkan agar mencari anggota yang sudah berpengalaman. Dan aku sudah setuju, tapi setelah melihatmu, beberapa teori pencarian agar mendapatkan anggota yang sudah berpengalaman terpatahkan."
"Hmmm... Terima kasih sebelumnya, tapi sungguh, aku benar-benar hanya ingin bekerja. Dan pekerjaan ini bukanlah ajang bagiku untuk pamer saja, tidak. Tapi memang aku juga ingin mendapatkan pengalaman yang begitu berharga dari pekerjaan ini, selain itu juga aku hanya ingin menunjukkan pada ayah kandungku kalau aku ada di sini, "jawab ku lirih.
"Ayah kandungmu?" ucap Aaron heran
"Ah sudahlah lupakan saja, aku mau ke perpustakaan dulu ya, permisi," ucapku pamit pada Aaron
Aku berlari kecil menuju perpustakaan, dengan segenap perasaan malu. Tanpa sadar aku telah menjatuhkan buku catatan ku di depan Aaron.
Diambil nya buku catatan ku dan dibawa ya ke ruangan nya. Sampai di ruangan, ia langsung melihat beberapa catatan mengenai kasus yang sedang dihadapi.
Aaron langsung menghubungi Spencer dan AJ untuk membaca catatan yang sudah ku buat. Beberapa menit kemudian mereka datang dan langsung di minta oleh Aaron untuk membaca buku catatanku
"Coba kau lihat buku catatan milik Blue," perintah Aaron.
Mereka berdua melihat apa saja yang sudah ku kerjakan.
"Wow, hebat sekali anak ini, pemikirannya benar - benar hebat, aku heran, kenapa David sampai membenci nya!" ujar Spencer.
"Aku sependapat dengan Spencer, anak ini benar-benar merunutkan semua kejadian demi kejadian dan berdasarkan dengan berbagai teori, dan aku sangat setuju jika anak ini masuk bagian tim kita," ucap AJ.
"Coba kau suruh David saja membaca
Semuanya, biarkan dia yang malu atas perlakuan nya pada Blue!"ucap Spencer
Akhirnya mereka semua menunggu sampai David datang ke kantor. Setelah mereka tiba, David di panggil oleh Aaron, dan menyuruhnya untuk membaca buku catatan milik Blue
"Lalu dimana Blue?"
"Ada di perpustakaan, huft aku bingung dengan perlakuan David padanya, padahal dia tidak pernah berkata kasar, jahat dengan orang lain. Jangan sampai Blue nanti di lirik oleh departemen yang lain,"
"maksudmu?" tanya Aaron
"Beberapa anggota dari departemen yang lainnya, sempat bertemu dengan Blue, dan sepertinya mereka sangat tertarik dengan nya. Terlihat dari pembawaan dirinya yang begitu sopan, ramah dan cerdas. Kalau begitu kita jangan sampai kehilangan diri nya," ucap Spencer
"Baiklah, kita harus desak David juga," usul AJ
beberapa menit kemudian, David datang dan diminta oleh Aaron datang ke ruangan nya.
"Ada apa kau memanggilku?" tanya David
"Cepat kau baca buku ini, dan katakan pada kami apa reaksi mu setelah membaca buku ini!" perintah Aaron.
David segera membaca buku catatan milik ku dan terpengaruh atas segala penjabaran mulai dari teroi hingga pengurutan kejadian yang sangat unik.
"Luar biasa, siapa yang sudah membuat nya? Apakah kau Spencer?" tanya David
"Tidak, bukan Aku," jawab Spencer
"Kalau bukan kau, lalu siapa yang membuatnya? Apakah kau Aaron?" tanya David.
"Tidak...bukan aku," jawab Aaron, sambil menggelengkan kepalanya.
"Lantas kalau bukan kau, siapa lagi? Dia sangat cerdas, aku suka dengan pemikiran nya serta ide yang ia buat," ucap David
"Benarkah, kalau begitu Spencer, AJ, coba kalian panggil orangnya, dia ada di Perpustakaan, cepat panggil dia!"perintah Aaron.
.