Aku ayahmu

1033 Kata
"Tok...tok...tok"bunyi ketukan pintu membuat mimik muka Biksu Yen, dan Aaron langsung tegang " Ya masuk, "jawab Aaron Aku masuk ke ruang aula dan terkejut mendapati ayahku masih dalam keadaan berpelukkan dengan Aaron " Ayah…. "ucapku bingung Jethro terkejut dan langsung melihat ke arahku setelah itu melirik biksu Yen. Biksu Yen mengangguk dan tersenyum sambil berkata, "She's ur Blue." Aku tidak mengerti apa yang terjadi di sini, aku hanya melihat seorang laki-laki paruh baya menangis dan berjalan menghampiri ku, kemudian memelukku dengan erat. "Blue… apakah ini kau, putri kesayangan," Ucap Jethro sambil memegang kedua pipiku. Aku memicingkan mata, mencoba untuk mengingat pria yang berdiri di hadapanku. Setelah itu aku melirik ke arah ayahku berdiri. Biksu Yen mengerti akan maksud dari lirikanku. Penuh rasa heran, takut, serta penuh tanya. Ia pun datang menghampiri ku dan berdiri di hadapanku. "Ayah dia siapa?" tanyaku sambil berlari ke belakang biksu Yen, seperti layaknya anak kecil yang bersembunyi ketakutan "Blue… kau tidak perlu takut, dia adalah ayah kandungmu, Nak," ucap Biksu Yen sambil memegang tangan Jethro dan tanganku. Ku beranikan diri ini untuk menatap wajah ayah kandungku, mencoba mengingat setiap kejadian waktu kecil. Ketika ku di gendong oleh nya, tertidur di sofa karena lelah menunggu nya pulang bekerja. Dan saat ku sedang di marahi oleh mamaku, aku selalu mencari pertolongan nya dengan manja. Ya… aku tidak pernah lupa akan semua hal manis dalam hidupku. Tak ada sedikitpun ingatan buruk tentangnya. Tak terasa air mataku meleleh di kedua pipiku. Dengan kedua tanganku, aku memegang kedua pipi Jethro sambil terus memandanginya. "Papa?" ucapku "Iya sayang, ini aku papamu," ucap Jethro yang juga meneteskan air matanya dan memeluk ku. "Baiklah aku rasa sekarang kegundahanmu sudah selesai. Kini kau bisa berkumpul bersama dengan putrimu,"sahut Aaron. Biksu Yen menunduk, dan mimik mukanya langsung sedih. "Tidak, aku masih ingin tinggal bersama ayahku, walaupun aku sudah bertemu dengan papa, tapi bukan berarti aku langsung ingin berpisah dengan ayah," jawab ku. "Baiklah kalian bisa pindah ke rumah, rumahmu," ajak Jethro. "Tapi Jethro, aku… aku tidak bisa tinggal lama di sana, itu bukan rumahku,lagi pula banyak sekali barang barang untuk latihan kung Fu ku," ucap Biksu Yen yang menolak ajakan Jethro "Kalau ayah menolak, maka aku tidak mau tinggal bersama dengan nya, atau lebih baik aku tinggal sendiri saja," ancamku "Haiya anak ini, kalau sudah kemauannya selalu begitu… Blue, dengarkan ayah, bukannya ayah tidak mau tinggal bersama dengan papamu, hanya saja, itu adalah rumah orang tua Mu, aku tidak berhak untuk tinggal di sana, kau masih bisa mencari ku di…." "Tidak...aku tidak mau berpisah dari ayah, jika Ayah pergi kembali ke Mohe, maka aku akan kembali ke Mohe." Biksu Yen melihat ke arah Jethro "Aku tidak masalah jika memang kau ingin tinggal di rumah ku, lagi pula aku sudah membeli rumah yang lebih besar, mungkin kau bisa melihatnya dan tinggal… aku mohon Yen, tinggal lah di rumahku untuk Blue, aku… aku tidak ingin kehilangan putri ku kembali." "Baiklah jika memang itu keinginan kalian, aku ucapkan terima kasih banyak," jawab Biksu Yen "Hmm… bagaimana kalau kita melanjutkan lagi pekerjaan kita?" sahut Aaron menyela pembicaraan kami. "Owh ya baiklah, aku… akan kembali ke Apartmen. Sampai nanti Blue," ucap Biksu Yen. Biksu Yen keluar kembali ke apartmen, dan hanya ada ami bertiga sebelum rekan-rekan masuk ke Aula. "Terima kasih Aaron kau telah mempercayakan anakku," ucap Jethro "Tidak masalah, lagi pula aku… hmmm… seperti nya tidak asing mendengar namanya, Blue Leroy. Bukankah Leroy itu nama mu bukan?" "Ya benar, itu namaku, aku yang memberikan namanya Blue Leroy, agar dia bisa kuat seperti ku. "Hmmm… begitu," jawab Aaron sambil menghubungi Gracia untuk k segera berkumpul, kembali ke Aula. "Baiklah kita kembali kepada pekerjaan kita, oiya bukankah katamu ada seseorang yang bisa membedah gambar, siapa kah dia?" tanya Jethro sambil menghubungi rekan-rekannya untuk kembali ke aula. "Iya memang… ini putrimu yang bisa membedah gambar," jawab Aaron. Sambil menunjukku "Benarkah? Darimana kau bisa membedah gambar seperti itu? Siapa yang mengajarimu?" tanya Jethro padaku "Mama… mama bilang jika ingin membedah gambar seseorang, cukup bayangkan saja orang itu, anggap saja kita melihat orang tersebut berdiri di hadapan kita. Sudah itu saja," jawabku. "Apa kau lupa, kalau Helen bisa membedah gambar?" sambung Aaron mencoba mengingatkan pada Jethro "Maaf, sebelumnya apa aku boleh pergi ke perpustakaan?" ucapku pada kedua pria paruh baya "Kau mau apa ke perpustakaan? Apa kau tidak ingin mendengarkan terlebih dahulu untuk kronologis kejadiannya, serta ciri-ciri pelaku?" tanya Aaron "Mmm aku ingin membaca beberapa buku teori, tapi kalau memang akan di terangkan kronologis nya seperti apa, baiklah aku ke perpustakaan nya nanti saja," jawabku. Satu per satu semua rekan-rekan mulai berdatangan, dan siap untuk melanjutkan rapat. Dan aku kembali ke meja paling belakang "Baiklah… mohon maaf atas waktu nya, ada pembahasan serius yang ingin ku tanyakan perihal kasus ini. Baiklah kita akan kembali melanjutkan diskusi kita, membahas kasus pembelotan yang dilakukan oleh beberapa kaum minor, dan kalau menurut saya dari gambar yang diambil dari CCTV sepertinya ini adalah seorang pria, bagaimana menurut kalian, apakah dari kalian ada pendapat yang kalian?"tanya Jethro "Hallo selamat siang, maaf kalau aku terlambat, ada hal yang harus ku lakukan di rumah," ucap David yang tiba-tiba datang ke dalam ruang Aula "Ya baiklah, ayo kita lanjutkan kembali," ucap Aaron. "Apa aku ketinggalan suatu informasi?" tanya David "Tidak, kami baru saja mulai," jawab Jethro "OK, lanjutkan kembali," balas David. Pembahasan kasus ini berlangsung alot, terutama ketika saat mencari tahu berbagai alibi. Terdapat berbagai kemungkinan yang bisa di jadikan sebuah Alibi. Namun, tidak padaku, aku malah berpikir bahwa komplotan tersebut bukan sekedar mencari perhatian dari pemerintah, atau hanya menjalankan sebuah aksi. "Pasti ada maksud tertentu di balik semuanya ini, tapi apa!" batinku. Rapat berakhir pada pukul 4 sore, dan aku berniat untuk pergi ke perpustakaan, mencari buku teori pendukung alasan pemikiranku. David melihat ku dari tempat duduknya dan memandang aneh padaku, seolah aku tidak akan pernah di terima di sini. "Aaron, apa kau mengundang anak itu untuk mengikuti rapat?" tanya David "Aku yang meminta nya untuk ikut dalam rapat, kenapa? Apakah ada masalah dengan Mu?" tantang Aaron "Dengar, kita ini sudah di kenal dengan orang yang mampu bekerja dengan baik dan menyelesaikan segala kasus dengan sik dan pemikiran yang bagus, kalau kau mengajak anak ingusan itu, maka dia akan merusak reputasi kita!" seru David
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN