hari pertama di negara Pamansam

1179 Kata
Setelah menempuh perjalanan panjang dan memakan waktu yang sangat lama berada di udara, akhirnya kami tiba di Negara PamanSam. Negara Adidaya dengan segala kemajuan teknologi dan pemikiran dari masyarakatnya. Turun dari pesawat aku langsung mengambil beberapa koper milikku dan juga milik ayah. Telihat muka ayah yang begitu letih dan matanya sangat mengantuk sekali. “Ayah … nanti kita langsung ke Apartmen saja ya, biar Blue yang akan memesan makanan untuk ayah,” ucapku “Aishhh … tapi ayah sangat lapar sekali Blue,” jawabnya “Tapi ayah terihat sangat letih sekali, sudahlah tidak apa-apa, lagipula muka ayah benar-benar terlihat letih,” jawab ku yang masih saja bersi keras meningikan agar ayah istirahat dulu. “Aiyah … nggak baik Blue, kalau kita lelah dalam keadaan perut kosong, nanti malah makin menambah penyakit,” jawab ayah “Baiklah kita akan makan dulu baru pulang ke Apartmen, Hm… lebih baik makan di sekitar bandara saja ya, jadi kita tidak merepotkan supirnya juga, kan kasihan,” usulku “Ya …baiklah. Makan yang chinnese ya, atau apapun lah yang ada nasinya, ayah belum terbiasa dengan makanan cepat saji seperti itu,” pinta Ayah “Hahhahah … iya ayah, baik,” jawabku Setelah koper-koperku terambil semua, kami mencari restaurant untuk makan siang. Dari semua restaurant yang kami jumpai di bandara, kebanyakan restaurant cepat saji dan coffee shop, dan hanya ada dua restaurant chinnese food. Restaurant ini terletak di lantai bawah dekat dengan pintu keluar. Saat aku memesan makanan, terdengar bunyi ponselku yang berdering. “Hallo,” sapaku                       “Mei-mei, apakah ada ayahmu?” ucap Tuan Hua Zhe “Ah Tuan Hua Zhe, iya ada, sebentar ya,” jawabku “Ayah … Tuan Hua Zhe ingin berbicara padamu,” ucapku sambil memberikan ponselku pada ayah. Tuan Hua Zhe adalah teman baik ayah, beliau tetangga kami yang sangat baik sekali. Sejak kami pindah ke kota kecil Mohe, Tuan Hua Zhe lah yang sangat berperan penting dalam membantu perekonomian ayah. Beliau membantu ayah dengan memberikannya beberapa pekerjaan, hingga memberikan kami makanan. Tuan Hua Zhe dan istrinya sebenarnya memiliki 5 anak, satu diantaranya teman baikku namanya Mei Ling. Tuan Hua Zhe selalu memanggilku dengan sebutan Mei-Mei yang artinya anak perempuan. Mereka percaya kalau aku memang anak kandung dari biksu Yen. Satu jam berselang, setelah makanan sudah datang dan tersaji di meja, Ayah masih asyik berbincang dengan Tuan Hua Zhe melalui sambungan ponsel. “Ayaahh … ayo makan,” ucapku sambil berbisik “Ah iya, ya sudah nanti akan kita smabung lagi pembicaraan kita ya, terima kasih ya atas informasinya. Ini saya mau makan dulu, kita sudah tiba di Amerika serikat,” ucap ayah “Oh … oke … oke… selamat menikmati ya, baiklah kita sambung lagi pembicaraan kita,” balas Tuan Hua Zhe “Oke … oke, titip rumah ya,” pinta Ayah. “Baik, tenang saja,” jawab Tuan Hua Zhe Selesai berbicara dengan Tuan Hua Zhe di telfon, Ayah langsung melahap beberapa makanan. “Ngobrolin apa sih Yah? Kok seru banget?” tanyaku “Itu lho Xiao Min di tangkap polisi,” jawabnya “Lho kok bisa? Atas tuduhan apa dia di tangkap?” tanyaku “Tuduhan atas percobaan membunuhku dan merampok toko perhiasan dan menjualnya di kota besar.” “Wah, percobaan membunuh ayah?Apa tidak salah? Kan Ayah ada di sini, bersamaku,” ucapku terkejut “Wah, percobaan membunuh ayah?Apa tidak salah? Kan Ayah ada di sini, bersamaku,” ucapku terkejut “Nah itu dia yang ayah tanyakan juga, sungguh aneh, atas dasar apa dia ingin membunuh ayah?” ucap Ayah penasaran “Mungkin saja, karena Xiao Min tidak bisa mneerima keputusan bahwa dia tidak menjadi pimpinan di pondok ayah, kalau menurutku sih begitu, jadi dia menyimpan dendam. Hmmmm … memangnya ayah pernah menjanjikan padanya untuk memberikan jabatan sebagai pimpinan?” tanyaku “Hmmm … ya pernah dulu, dan itu jauh sebelum dia menjadii murid yang sombong dan berbuat semena-mena terhadap murid lainnya. Dulu Xiao Min adalah anak murid kesayanganku. Bagiku dia sudah ku anggap seperti anak laki-laki kandungku. Ku berikan semua ilmu yang ku punya, tapi hanya ada stau yang belum pernah ia pelajari, yakni Winchun. Sesungguhunya aku inginmengajari Wingchun padanya, tapi melihat dia semaki angkuh, aku jadi mengurungkan untuk mengajarinya.” “Artinya ayah sbeenarnya sudah mengetahui kalau Xiao Min memang selalu berbuat semena-mena pada murid lainnya? Kalau ayah sudah tahu, lantas kenapa tidak ayah tegur dan beri hukuman padanya?” ucapku geram “Saat itu aku masih berpikir, kalau aku bisa merubah sifat dan sikpanya, namun, semua sudah terlambat. Kasih sayang yang ku berikan padanya, membua ia semakin besar kepala dan sombong,” ucap Ayah “Maksud Ayah, Xiao Min itu datang, ketika aku sedang sekolah dantinggal di Asrama?” tanyaku “Iya …benar. Saat itu aku benar-benar merasa kesepian, aku ingin sekali memililki seorang anak laki-laki. Aku bertemu Xiao Min pertama kali di pasar, kedua orang tuanya hanyalah penjual sayuran, dan memiliki saudara yang banyak, dari situ aku mengangkatnya menjadi murid. Ku sekolahkan dia juga di sekolah desa Mohe. Tapi kenapa dia masih bersikpa seperti itu, melakukan tindakan criminal, bahkan yang paling parah dia ingin membunuhku,” ucap ayah sedih. “Terus sekarang, Ayah mau melakukan apa dengan Xiao Min? mau minta tolong Tuan Hua Zhe agar membebaskan Xiao Min dari penjara? Iya gitu? Masih mau memanjakan dia dengan segala fasilitas yang ayah punya?” kau meledek ayah dengan kata-kata yang agak menyakitkan “Hmmm … fasilitas apa memangnya yang ayah punya? Ayah kan tidak punya fasilitas apapun.” “Iya memang ayah tidak memiliki fasilitas apapun, tapi ayah memiliki segala koneksi dengan beberapa pejabat didesa serta kepala polisi dan hakim,” jawabku “Tidak … ayah tidak au mengeluarkannya, biarkan saja dia di hukum atas perbuatannya, dan bila perlu di hukum seumur hidup!” seru Ayah “Yakin? Minta Xiao Min agar di hukum seumur hidupnya?” tanyaku “Iya … kenapa tidak? untung saja, ayah ikut denganmu, coba kalau tidak, sudah pasti kau yang akan dendam pada Xiao Min dan akan membuatnya perhitungan.” “Hhahahhaa ... tuh kan untung saja, Ayah ikut denganku, kalau tidak, ayah sudah menjadi korban pembunuhan Xiao Min, si Murid Emas Biksu yen,” ledekku kembali “Hush … kamu nih ya dari tadi sukanya meledek orang tua terus! Sudah cepat selesaikan makananmu, dan kita ke Apartmen, ayah sudah sangat lelah,” ucap Ayah Jauh di dalam hatinya tersirat pedihan yang teramat sangat. Ayah benar-benar tak habis pikir, bagaimana bisa murid yang sudah di anggapnya sebagai seorang anak, malah ingin membunuhnya dengan meminta A TSe, preman pasar. Beberapa menit kemudian, aku sudah menyelesaikan makan siang, dan saat nya pergi menuju APartmen yang sudah ku pesan melalui teman. Daam perjalanan menuju Apartmen, aku sudah menghubungi temanku, agar ia bersiap untuk menunjukkan padaku, dimana letak Apartmen. Tiba di Apartmen, aku langsung di sambut oleh temanku. Mereka sangat berterima kasih karena, aku mau membeli apartmen. Menurutku gedung ini terlihat sangat bagus dan kokoh. Jika di lihat dari luar akan snagat biasa saja, hanya bangunan batu bata merah saja, tapi ketika masuk ke dalamnya akan terlihat sangat mewah. Bangunan yang mengusung gaya timur tengah ini terkesan elegant dan minimalis.                                                
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN