Xiao Min terus saja melaju mengikuti mobil bandara, hingga berhenti di salah satu terminal keberangkatan. Ia turun dari sepeda motornya dan memeriksa satu per satu mobil yang sama, mulai dari jenis kendaraannya, warna cat nya yang serupa.
Xiao Min terus memeriksa seluruh mobil, tapi tidak menemuka sosok Shi Fu kembali.
“Apakah aku sedang bermimpi? Mungkinkah yang ku lihat adalah ruh dari Shi fu?” gumamnya dalam hati.
Xiao in juga sempat bertanya pada beberapa petugas di sana perihal seorang penumpang, pria yang berparuh baya, badannya kekar. Mereka semua menjawab dengan melihat dengan jawaban yang berbeda. Ada yang bilang melihat ke arah timur, utara, selatan, barat, dsb.
Xiao Min langsung pergi tatkala petugas yang ia tanyai memberikan [etunjuk kemana arah perginya Shi Fu.
Hingga pesawat kami sudah lepas landas pun, Xiao Min tidak juga menemui sosok yang menghantuinya
“Jangan-jangan aku bertemu dengan hantunya Shi Fu lagi! Harusnya kalau aku bertemu dengan hantu nya Shi Fu kan paling tidak ia menjadi vampire, hiii … seram sekali, eh …Ng… ini terminal apa ya? Kau belum pernah naik kendaraan ini, hendak pergi kemana ya?” gumamnya dalam hati.
Xiao Min pun pergi meninggalkan bandara dengan menyisakan banyak pertanyaan yang tidak masuk akal. Keluar dari bandara pun, Xiao Min memilih untuk beristirahat sebentar sambil berpikir bagaimana ia menjualkan perhiasan mewah ini.
Di kota besar, Xiao Min terpana akan gemerlap lampu cahaya yang menerangi jalanan beserta gedung-gedung. Kota seolah tak pernah tidur dan terus saja hidup melakukan aktivitasnya. Jika siang hari, kota di sibukkan dengan orang-orang yang bekerja mngumpulkan uang. Dan malam hari, kota besar menyajikan berbagai macam hiburan.
“Waaahhh keren sekaliiii … bagusnyaaaaa,” ucap Xiao Min dalam hati
Ia kemudian mengendarai motor secara perlahan dan melihat toko-toko yang buka 24 jam.
“Wah, ada toko perhiasan sampai malam, berbeda sekali dengan di desa kami, sudah gelap, dingin, dan tak ada kehidupan,”batinnya
Seluruh keindahan kota besar di malam membuat Xiao Min mengurungkan niatnya untuk istirahat. Dia berputar lagi sambil menawarkan beberapa perhiasan pada toko-toko perhiasan. Dan beberapa diantaranya sudah laku terjual dengan harga yang sangat fantastis.
Toko-toko perhiasan itu menjualnya dengan harga 5x ipat dari harga yang di jua di desanya. Dengan semangat Xiao Min langsung menyombongkan dirinya dan menganggap dirinya sangat cerdas
“persetan dengan mereka berdua, aku tidak akan pulang ke desa untuk beberapa hari, akan ku nikmati uang ini, dengan membeli beberapa pakaian, makanan, lalu akan ku sombongkan pada kedua temanku yang bodoh itu, ah iya… satu lagi pada preman pasar!”
Xiao Min langsung pergi membeli beberapa makanan dan minuman serta menginap di hotel berbintang. Selain itu juga membeli beberapa pakaian yang maha harganya.
Keesokan harinya terjadi kericuhan di toko perhiasan. Beberapa perhiasan mewah yang sudah mnjadi pesanan orang kaya di desa ini raib. Petugas toko juga tidak bisa melihat siapa pelakunya, lantaran CCTV telah di matikan.
Alhasil toko perhiasan itu mengalami kerugian yang cukup besar dan mereka juga harus membuat ulang beberapa pesanan pelanggan. Beberapa pihak berwajib mengusukkan untuk segera ambil tindakan dengna mengusut tuntas pelakunya. Namun, beberapa pihak sudah langsung mengarah pada A Tse preman pasar yang ugal-ugalan dan kerjanya adlaah merampok.
Pihak kepolisian langsung menangkap A Tse yang ada sedang istirahat di rumah, mereka menangkapnya dengan paksa atas tuduhan telah marampok perhiasan.
“Apa ini ?” tanya A Tse emosi
“Kau merampk lagi kan?” tanya polisi
“Tidak! sumpah aku semalam berada di rumah, kau bisa tanyakan pada istriku,” ucap A Tse
“Katakan itu nanti di kantor polisi,” jawab polisi
Kedua tangan A Tse di borgol dan di seret langsung masuk ke dalam polisi, sementara itu ketiga anak A Tse menangis saat ayahnya di bawa paksa oleh Polisi.
“Ada apa ini pak?” tanya Istri A Tse menangis
“Dia sudah merampok toko perhiasan!” jawab polisi
“Tidak mungkin! Itu buka A Tse, A Tse semalam berada di rumah, bercengkrama dengan kami semua, selain itu kau bisa tanyakan juga pada kedua orang tua A Tse, kami semalaman berada di rumah kedua orang tuanya, kami baru saja pulang dari sana,” jawab Istrinya
“Benarkah?” tanya polisi
“Kalau kau tidak percaya, kau bisa tanyakan pada mereka, apa saja yang sudah A Tse lakukan,” jawab Istrinya
“Baiklah kita udang kedua orang tuanya, jika memang buktinya kuat, dlama arti A Tse tidak melakukan perampokan, maka kami akan membebaskan A Tse dari tuduhan ini,” ucap polisi.
Kedua polisi masih saja menyeret A tse dengan kedua tanga yang di borgol.
“Ayaaahhh ....” teriak ketiga anak A Tse
“Cepat panggil kakek dan nenekmu, katakan kalau aku mmebutuhkan bantuan,” titah A Tse pada ketiga anaknya
Ketiga anak A Tse segera berlari menuju rumah kakek dan nenek mereka.setelah mereka tiba di rumah kakek dan nenek, mereka berteriak memanggil kakek dan nenek sambol berlutut memohon bantuan mereka.
“Apa yang kalian lakukan? Ada apa?” tanya si Kakek
“Kakek , kami mohon untuk membantu ayah. Ayah di tangkap lagi, padahal ayah tidak melakukan yang di tuduhkan oleh polisi, kami mohon,” ucap mereka bertiga sambi berurai air mata
“Memangnya poisi menuduhkan ayah kalian apa?” sahut Nenek
“Para polisi menuduhkan ayah merampok toko perhiasan, padahal kan kalian berdua tahu, kalau dari semalam kami semua menginap di rumah kakek dan nenek,” ucap anak sulung A Tse.
“Ayo cepat kakek dan nenek harus kekator polisi untuk membebaskan ayah kami,” ucap anak bungsu A Tse
Atas permintaan ketiga buah hati A Tse, kedua orang tua A Tse datang ke kantor polisi guna membebaskan A Tse.
Setelah beberapa jam pemeriksaan, dan berkat bantuan beberapa saksi serta bukti akhirnya A Tse di bebaskan dari tuduhan.
“Kalau bukan A Tse, lalu siapa yang mengambil banyak perhiasan mewah? Rasanya sudah tidak ada lagi orang yang bisa kita curigai!” ucap salah satu kepala polisi
“apakah mungkin dia memiliki anak buah,” sahut anak buah polisi
“Hmmm … ayo kita harus selidiki ini,” perintah kepala Polisi
Setidaknya keluarga A Tse bisa bernafas dengan lega kali ini, karena saat kejadian berlangsung, A Tse benar-benar sedang bersama dengan keluarganya, menghabiskan waktu di rumah kedua orang tuanya.
Berita mengeni perampokan toko perhiasan tersebar di berbagai sudut desa, hingga ke telinga kedua temannya Ming Zhe dan Xa Chou.
Saat itu, keduanya sedang berkumpul bersama hendak pergi melihat apakah yang dikatakan oleh A Yse benar atau tidak.
“Ayo kita pergi ke rumah Shifu, apakah benar rumah Shi Fu telah terbakar,” ajak Ming Ze
Mereka berdua pergi ke rumah Biksu Yen dengan kendaraan roda dua Xa Chou.
Tiba di depan rumah Biksu Yen, mereka terkejut bukan main. Rumah Biksu Yen masih berdiri kokoh dengan tegap dan juga tidak ada satupun tanda-tanda rumah terbakar. Mereka memeriksa dari depan menuju halaman belakang, dan sempat memanggil nama Biksu Yen.