"Seperti nya tidak di sebutkan secara spesifik, mereka yang hilang beragam usianya."
"Aku jadi penasaran kira-kira apa yang menjadi penyebab para lelaki itu hilang. Apakah karena mereka melanggar ketentuan suci dari mereka kah? Atau…."
"Blue… apakah kau bisa mencari tahu penyebabnya apa?" tanya Aaron
"akan ku cari penyebab nya tapi aku juga tidak bisa janji kalau aku bisa ikut ke Chicago."
"Memangnya kenapa?" tanya Aaron
"Karena aku ingin mencari tahu jawaban kenapa para pria itu hilang. Hey kak Gracia apakah kau bisa mengetahui alamat para pria yang hilang selain paman David?" tanyaku.
"Baiklah akan ku carikan… kau butuh semua?"
"Ya… tentu saja aku butuh semua, agar aku bisa mengetahui jawaban nya."
"Baiklah kalau begitu… hmmm hari sudah malam, dan Gracia sebelum kita ke Chicago serahkan semua alamat itu padaku, agar ku bagi pada kalian semua untuk bertanya pada kerabatnya. Setidaknya sebelum Chicago satu urusan selesai, dan tinggal kita cari lagi bukti yang lain, bagaimana? Artinya urusan ke Chicago masih kita pending sesaat," perintah Aaron
"Apa Kau siap dengan banyak lemburan Gracia?" tanya Emily
"Kalau kau butuh bantuan katakan saja, aku siap membantu," sahut Morgan
"Blue tugasmu adalah menggambar secara detail siapa pelakunya!" perintah Aaron
"Apakah ada sebuah petunjuk mengenai si Pelaku?" tanyaku
"Menurut informasi hanya penemuan sebuah jenazah, yang di temukan di sebuah kolam renang yang sudah tak terpakai."
"Kolam yang sama atau selalu di kolam yang berbeda tapi tidak terpakai?"
"Mmm ini fotonya, apa kau bisa melihat ada perbedaan atau mungkin persamaannya."
"Paman kau bisa kirimkan saja melalui email ku. Kebetulan papa sudah membelikan ku satu perangkat gadget yang bagus," ucapku.
"Wow, baiklah… tapi nomor kamu sama kan seperti kemarin?"
"Iya sama."
"Baiklah akan ku kirim melalui aplikasi w******p, line, telegram messenger dan email. Oh ya, ngomong-ngomong kau sudah mendapatkan email untuk kantormu kan? Lalu name tag dan kartu nama?" tanya Aaron
"Seperti nya belum… mungkin karena aku lupa mengurusnya."
"Besok kau urus segala sesuatunya, jangan kau lupa!" perintah Aaron
"Baik paman."
"Baiklah sekarang kalian bisa pulang ke rumah, dan kita bahas kembali besok. Gracia ku harap besok kita bisa menerima alamat dari para pria yang hilang, oke! Sampai ketemu besok semuanya."
"Blue… kau pulang naik apa?" tanya Emily
"Naik taksi sepertinya, kenapa kah?" tanyaku
"Spencer Blue pulangnya naik taksi, kasian lho malam malam begini, wanita naik taksi. Antar kan dia pulang!" seru Emily menyuruh Spencer
"Eh tidak usah repot-repot… tak apa aku bisa jaga diriku," jawabku
"Tak apa… ayo ku antarkan pulang," sahut Spencer dari arah belakang ku.
"Hallo ya pak, oh sudah datang ya, baiklah aku segera keluar," cakap ku sambil pura-pura menerima telepon menggunakan earphone Bluetooth dari pesanan taksi.
"Hmmm… maaf, aku harus pulang sekarang, aku sudah memesan taksi. Permisi semua, selamat malam."
Tanpa menoleh ke belakang aku langsung mempercepat langkah kakiku menuju pintu gerbang utama.
"Spencer kau belum mengatakan padanya kalau kau menyukai nya?" tanya AJ
"Belum… aku takut dia menolakku."
"Darimana kau tahu kalau dia menolakmu? Kalau menurutku dia menyukaimu hanya saja dia juga tak berani mengungkapkan nya."
"Benarkah? Apa kau yakin dia juga menyukaiku?" mata Spencer berbinar mendengar ucapan AJ
"Hahahahaha Spencer… seorang wanita seperti dia, tidak akan berani mengatakan ungkapan isi hatinya sebelum si Pria yang ia sukai mengatakannya. Memangnya kau tak lihat ya mimik muka nya saat ia berada di sisi mu itu bagaimana? Aku saja bisa melihatnya kalau dia juga menyukaimu,"jawab AJ
"Ayo cepat ungkapkan saja kalau menyukainya sebelum ia diambil oleh pria lain," goda Morgan.
"Siapa memangnya?" tanya Emily
"Bisa jadi Timothy atau Anthony."
"Oups…." ucap mereka bertiga serentak.
Spencer langsung keluar berusaha mengejarku. Spencer berpikir bahwa aku masih berada di sekitar areal kantor padahal aku sudah dalam perjalanan pulang naik taksi ke rumah.
Sementara itu Biksu Yen sudah memasak makan malam kesukaanku, daging sapi bakar pedas dan pangsit isi daging ayam khas buatannya.
Sejak siang, Biksu Yen sudah berbelanja bahan bahan makanan dan sibuk di dapur.
"Ah… aku sudah rindu dengan putriku, rasanya satu minggu itu bagaikan 10 tahun aku tidak bertemu dengannya," gumam Biksu Yen.
"Aku pulang," ucapku dengan nada terlalu lelah.
Terlihat lampu rumah menyala dengan terangnya. Dan seperti ada orang yang baru saja selesai masak. Asapnya masih ada di sini.
"Siapa yang datang ya?" batinku.
Aku berjalan perlahan dari pintu utama depan hingga arah dapur. Langsung saja aku mengambil kuda-kuda dan gaya kung Fu wing chun.
"Hiya… ciat ciat…." aku menyerang orang di belakang ku.
Dan ayah juga sudah siap dengan Serangan ku. Kami berdua menyerang satu sama lain. Hingga aku terjatuh dan mengaku kalah.
"Aahhh ampun ayah… ampuunnn!" ku berteriak meminta ampun pada ayah.
"Hahahaha… kau sudah berapa lama tidak, berlatih? Kenapa kemampuan kung Fu mu sekarang sudah menurun."
"Iya maaf, kan sudah ku bilang…bagaimana aku bisa berlatih, kalau kau saja tidak ada di sampingku. Siapa yang akan mengajari ku?" ucapku kesal
"Hahahaha kau ini bisa saja. Memangnya hubungan komunikasi mu dengan papa sudah membaikkah?" tanya ayah
"Sedang dalam dan menuju perbaikan."
"Hahahaha… ya kalau begitu tergantung Dengan papa mu, apakah diizinkan berada di sini atau tidak."
"Ayah masak apa? Aku lapar sekali," ucapku sambil memegang perut ku yang berbunyi.
"Hmmm masakan kesukaan mu, daging sapi bakar pedas dan pangsit."
"Whoaaa… sini akan ku habiskan masakanmu."
"Hati-hati Blue… jangan sampai tersedak," titah ayah.
"Ayah… ajari aku memasak daging seperti ibu dan pangsit yaa," pintaku
"Iya nak. Nanti kalau kau libur."
Menyantap masakan ayah adalah salah satu bagian dari kesukaanku. Mau tahu kenapa? Karena ayah selalu memanjakan ku dengan berbagai makanan dari keterampilan memasaknya, seperti memasak kue kering, kue basah, pangsit, dimsum, siomay, bakmi, dsb.
"Whoaaa… malam ini aku bisa tidur dengan nyenyak tanpa harus merasa pusing besok akan masak apa, Karena ayah ada di sini. Ayah… jangan pergi dariku, meskipun ia papa kandungku tapi… kau lah yang membesarkanku,"ucapku dengan nada manja.
" Iya... ayah tidak akan pernah pergi darimu. Sekarang kau bersihkan badanmu lalu tidur. Sudah larut malam sekarang, ayo cepat!" titah ayah.
Perut kenyang tidak lengkap rasanya jika belum mandi. Sebelum tidur ku biasakan diri untuk mandi, agar tidurku nyenyak.
Usai mandi dan berganti pakaian, aku baru ingat, kalau ada hal yang ingin ku tanyakan pada ayah.
Segera saja aku pergi ke bawah, berteriak memanggil ayah.
"Ayah… ayaahh."
"Ada apa Blue?" tanya ayah keluar kamar di dekat kamar papa.
"Tidak…hmmmm… aku ingin berbincang sebentar saja, mumpung aku, masih ingat."
"Mau tanya Apa?" tanyanya penasaran
"Dalam surat mama tertulis bahwa apakah aku betah atau tidak tinggal bersama denganmu, artinya… bahwa sudah ada pembicaraan ingin menitipkan aku?"