Sebar Undangan

1306 Kata

Nada menghampiri dan menyalami Mama juga Ayah. Setelah mengantar keduanya sampai ke teras depan, kami kembali bergabung dengan Farhan dan Asya. Begitu melihatku Farhan mengarahkan tangannya ke arah lehernya seolah memenggal leher sendiri. Begitu melihat Nada dia kembali mode kalem. “Hati-hati, Sayang, di sini ada penjilat,” ujarku dan Asya tertawa seolah tahu yang aku maksud. “Mas Farhan nggak apa-apa, loh, aku malah risih kalau mas-nya seganan begitu,” ujar Nada membuat aku mengerutkan keningku. “Mas? Sejak kapan kamu memanggilnya, Mas?” tanyaku pada Nada. “Sejak kapan, ya? Sejak kenal,” jawabnya polos. “Tidak cocok dia dipanggil, Mas. Di usianya yang sekarang lebih pantas dipanggil Om, nah, itu cocok.” “Halo, bagaimana dengan anda?” tanya Nada mencolek hidungku. “Jangan samakan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN