"mana suamimu?" tanya suara yang sangat dikenali oleh gina, ia menoleh dan mendapati fino memandangnya dengan tatapan marah. gadis itu terkekeh,
"harusnya aku yang memakai wajah itu" ucapnya karena menurutnya memang dirinyalah yang paling berhak untuk marah setelah konspirasi besar keluarganya. atau haruskah ia menyebut keluarga fino saja? karena sepertinya ia akan melakukan hal yang sama dengan rafa, yaitu memisahkan diri dari keluarga.
"berapa hari kamu tidak makan?" tanya fino melembut. jika gina pikir bahwa semua orang senang dengan keadaannya maka fino adalah salah satu yang terpukul atas apa yang terjadi padanya.
gina kembali menangis, suara penuh perlindungan fino kembali mengingatkannya tentang betapa baiknya sang abang ipar. bahkan ia lebih nyaman berbicara apapun dengan pria itu dibanding kakaknya. dalam hatinya gina berkata bahwa takdir adalah musuh besar manusia. harusnya orang seperti fino mendapatkan kebahagiaannya, tidak terjebak dalam keluarga sintingnya dan juga kakaknya yang b**o. dan jika pun dirinya memang harus menikah dengan seseorang selain alvan maka gina akan memilih fino.
"kita keluar saja dari sini ,ya?"
"dan kembali pada mereka? tidak, terima kasih"
"abang yang akan menghidupi kamu asalkan kamu berhenti menyia-nyiakan hidup seperti ini. kita ke bogor?" bujuk fino pada adik iparnya
"disana ada alvan" jawab gina lirih. ia tidak mendapatkan kabar apa-apa dari alvan semenjak rafa membuat pria kesayangannya itu babak belur
"dari pada dengan rafa, abang rasa kamu lebih baik dekat dengan alvan. terlepas dari alvan yang masih cuek dan labil, abang lebih suka kamu mengharapkannya dari pada bersama orang yang memukulmu sampai pingsan itu" ucap fino yang masih sangat geram mengingat perlakuan rafa pada gadis yang sudah dianggapnya adik sendiri itu. fino memapah adik iparnya menuju ruang tengah, melihat gina duduk di pojok kamar bukanlah hal yang bagus untuk matanya.
gina mengurungkan niatnya untuk ikut dengan fino karena ia ingin bertemu dulu dengan rafa. maka dari itu ia meminta sedikit waktu pada fino. fino meninggalkan adiknya itu dengan syarat sang adik mandi dan makan sesuatu.
namun sudah empat belas jam sejak fino pergi, gina tak merasakan kehidupan lain dalam apartemen itu selain suara nafas beratnya. gadis itu tertawa miris. apa yang tengah dilakukannya? menunggu suami pulang??? sejenak ia lupa bahwa rafa bukan lagi abang sepupunya yang selalu mengutamakan dirinya. gadis itu memutuskan untuk memutuskan untuk tidur, terserah rafa pulang atau tidak.
~~~
fino menyemburkan kopi yang barusan diantarkan istrinya itu saat mendapat sebuah telepon. adik iparnya mengatakan bahwa dirinya sudah berada di bogor dan menanyakan dimana keberadaan sang abang. kadang fino heran kenapa adiknya itu bisa lemot mendadak, sangat tidak mungkin jika dirinya berada di bogor karena istrinya ada di jakarta. memang gina pikir ada kepentingan apa dirinya sampai sudah harus berada disana?
"nay.. aku butuh bantuanmu. bolehkah aku menitipkan adik iparku di rumahmu dulu?"
".."
"aku jelaskan nanti tapi tolong biarkan dia dirumahmu dulu"
".." senyum fino mengembang mendengar apa yang diucapkan oleh naya padanya. ia memberikan kesempatan pada naya untuk bercerita apa saja yang telah ia lewatkan.
"baiklah nay.. aku yang akan bertangggung jawab dan menjelaskan pada rama jika suamimu itu bersikap seperti dulu lagi" ucap fino, sedikit menyindir bagaimana cemburuannya suami sahabatnya itu.
fino tertawa leaps bersama naya, namun nadin hanya mendengar suara tawa milik suaminya, sbelumnya ia juga mendengar bahwa suaminya itu menyebut nama naya. nadin sadar jika yang dicintainya adalah dika, itu tidak berubah sedikitpun walaupun ia dan dika sengaja diikat dengan orang lain. tapi entah mengapa dadanya sesak saat orang yang selalu tidur diranjang yang sama (walaupun cuma tidur doang) dengannya lebih nyaman bicara dengan wanita lain, apalagi wanita itu adalah masa lalu fino.
saat fino berbalik ia kaget karena jaraknya begitu dekat dengan nadin. pria itu tidak tau bahwa istrinya itu berada dibelakangnya.
"ada apa din?"
"ng-ngga.. aku heran karna kamu ga ada di depan dan kopinya juga berserakan dilantai" ucap orang yang paling bisa beralasan
"oh.. tadi ada urgen dikit, oh iya kamu hari ini pengen ditemani kemana gitu?" nadin menggeleng dan fino meminta izin untuk pergi ke bogor. 'ada masalah kecil disana' begitu cara fino memberikan alasannya. nadin mengangguk pelan bahwa ia memberikan izin. beginilah fino yang sangat disanjung oleh adik iparnya. walaupun dirinya adalah kepala keluarga, tapi ia akan selalu meminta persetujuan pada istrinya walaupun nadin sendiri adalah tipikal wanita yang tidak pernah minta izin pada siapapun termasuk fino sebagai suami. karena menurut fino dalam sebuah rumah tangga bukan hanya dirinya yang memimpin. untuk masalah nadin yang seperti menganggap pernikahan ini hanya fase yang harus dilaluinya agar kembali bersama dika, fino tidak bisa berkata apa-apa. bahkan istrinya itu langsung meninggalkannya saat acara pernikahan rafa kemaren dan langsung mencari dika-nya. dika kesayangannya.
~~~
gina menuju alamat yang diberikan oleh abang iparnya. untuk pertama kalinya ia akan bertemu dengan wanita yang sebenarnya tidak disukainya karena menyita perhatian sang abang ipar terlalu banyak.
"gina?" tanya seorang wanita manis saat gina memencet bel untuk yang kedua kalinya
"kak naya?" tanya gina, jujur saja ia tidak percaya bahwa naya semuda ini
"oh aku angel, mbak ada didalam. ayo masuk" gina mengikuti langkah angel menuju ruangan yang entah dimana letaknya. ia hanya mengikuti angel sampai mereka sampai disebuah ruangan yang penuh dengan boneka, barbie dan permainan cowok lainnya. yang paling menonjol adalah layar PS yang super besar . disana ada sepasang bocah yang sedang mengamati bayi yang sibuk memainkan tangannya.
"gina?? ayo sini" ucap wanita yang pasti bernama naya. wanita itu tersenyum hangat dan menepuk-nepuk karpet mewah super lembut didekatnya agar gina duduk disebelahnya.
saat gina sudah duduk disebelah naya, seorang laki-laki dewasa memasuki ruangan itu . gina bisa menebak bahwa pria itulah yang menjadi suami naya karena gina sedikit banyak tau cerita keduanya, selain itu mereka memiliki bentuk wajah yang sama, sama-sama rupawan. 'pasangan yang serasi' gumam gina membatin.
"kakak baru melahirkan ya?" tanya gina basa basi. tapi setelah melihat bagaimana lucunya bayi yang sedang tiduran dan diganggu oleh saudaranya itu, basa-basi gina menguap. ia menanyakan tentang sang bayi yang ternyata bernama abid.
"aku hampir bilang dia cantik kalo kakak ga bilang abid ini cowok" ucap gina terkekeh. ia sudah tidak canggung lagi, terimakasih pada keberadaan abid.
"tuh kan.. aku bilang juga apa, adek kita cantik" ucap bocah perempuan
"adek kita cowok key, kamu mau dia jadi b*****g?" tanya bocah laki-laki kesal
"mereka anak kak naya juga?" tanya gina. ia menyangka kehamilan pertama naya gagal karena masalah yang dihadapi wanita itu, selain itu fino tidak pernah benar-benar menyelesaikan ceritanya.
"hai nte.. aku keysha dan dia kembaranku, namanya shakka. ga usah diajakin bicara karena dia orangnya sombong" ucap keysha mendengar pertanyaan gina. bocah perempuan itu tidak perlu menanyakan siapa nama gina karena ia sudah tau saat mamanya menyebut nama gina tadi.
~~~
fino jengah karena rama ikutan duduk menemani istrinya di ruang tengah. suami wanita itu menunjukkan tampang siaga sejak kemunculan dirinya.
"jadi jelaskan kenapa kamu tiba-tiba punya adik ipar" tuntut naya
"dia harus dengar juga gitu?" tanya fino menunjuk rama
"aku juga mau dengar" ucap gina yang muncul dari arah samping. sedangkan rama yang sengaja disindir tidak menunjukkan respon apa-apa. inikan rumahnya jadi dia berhak duduk dimana saja yang ia suka dan sekarang ia ingin duduk disini.
"gina kamu masuk sana" ucap fino kesal
"ga mau.. nanti abang juga bakalan cerita tentang aku kan? aku pengen denger gimana ceritaku dari sudut pandang abang iparku" ucap gina menekankan pada kata 'abang ipar' pada fino untuk menekankan bahwa sekarang ia berperan sebagai wakil kakaknya yang akan mengawasi fino.
"oke. keras kepala kamu"
"aku punya adik ipar karena aku udah punya istri" jelas fino, kalo bisa sih tidak ada pertanyaan lanjutan
"kapan kamu nikah?"
"tahun lalu"
"dan kamu ga ngundang aku?" pekik naya kesal.
"kita belum ketemu lagi kan waktu itu?" tanya fino asal
"pembohong, kita udah ketemu lagi waktu itu" ucap naya kesal
"nay, kamu" "diam kamu mas, aku lagi bicara sama orang ini" potong naya yang tidak membiarkan suaminya bicara
"karena aku ga mau mamaku kena serangan jantung liat kamu dinikahan aku nay, nanti beliau nyangka yang macem-macem. kamu tau sendiri mamaku paranoidnya tingkat dewa.
naya mengangguk-angguk setuju. "gimana istri kamu? namanya siapa dan cantik ga?""
"cantik dong" ucap gina semangat. ia agak ragu dengan jawaban yang akan diberikan oleh abang iparnya. maka dari itu biarlah dirinya yang menjawab.
"sebenarnya cantikan dia" ucap fino geli. ia menunjuk gadis yang sudah dianggapnya sebagai adik sendiri. 'makasih abang..' kekeh gina.
gina memberikan tangan kanannya , ia ingin berkenalan dengan gina. gadis itu tidak yakin sanggup mendengar cerita nya darimulut orang lain, makanya biarkan dirinya yang cerita sendiri.
"kenalkan kak.. aku gina puspita sabila. cewek yang takdirnya serupa dengan kakak. aku orang yang paling menyedihkan karena dinikahi oleh sepupuku saat aku tidur" terang gina. jantungnya berdetak dua kali lebih cepat saat mengingat apa yang dialaminya beberapa minggu lalu.
"kamu hamil?" tanya naya kaget dan langsung melayangkan tatapan jengkel pada suaminya. seakan ia kembali bernostalgia dengan kejadian enam tahun lalu. rama yang mengerti apa maksud tatapan itu langsung berkata 'liatnya biasa aja, kita kan udah damai lagian bukan aku yang hamilin dia'
"ga kok kak, bang.. aku ga hamil. aku masih perawan. orang setres itu bener-benr nikahin aku saat aku tidur . dia nikahin aku dihari dimana seharusnya dia nikahin seorang lintah" ucap gina menggebu.
ya selain keluarga besar, orang yang paling dibenci oleh gina adalah liana. kalau wanita itu tidak datang mengusik abang nya , saat ini ia pasti masih menemani alvan latihan seperti biasa. hidupnya tidak akan semenyedihkan ini jika cewek lintah itu tidak masuk.
gina dititipkan kembali dirumah itu sampai matahari terbenam. fino beralasan ingin mencarikan tempat tinggal untuk adiknya itu dan tak ingin gina ikut dulu. ia merasa gina pasti masih capek. tipikal abang kesayangan gina sekali. sembari menunggu , gina membantu naya untuk mengasuh abid karena naya tampak sangat mengantuk. gadis itu jatuh cinta untuk pertama kalinya pada bayi, padahal selama ini ia tidak suka yang namanya anak kecil. ingat persyaratan yang diberikan gina pada fino dan dika saat meminta pekerjaan?