Bab 14

2079 Kata
Pertolongan demi pertolongan yang diberikan Ummi kepada keluarga pak Darjan makin menyulitkan dan menyurutkan ambisinya untuk mendapatkan sertifikat tanah yang dipegang oleh Ummi. Perang batin kian bergejolak. Rasa bersalah atas kematian adik kandungnya, kembali muncul dibenaknya. Memang tidak pernah dibayangkan dan tidak pernah diinginkannya. Awalnya dia hanya menginginkan adiknya sakit, agar dia leluasa mengambil surat tanah yang dimiliki oleh adiknya, yaitu Suryo. Mengetahui kebiasaan adiknya membuat kopi pagi diminumnya siang atau sore hari. Maka niat jahatnya muncul. Saat Suryo dan istrinya pergi ke sawah. Dibubuhilah minuman itu dengan sesuatu. Pak Darjan memang berhasil membuatnya sakit. Namun fatal. Hal itu ternyata, membuat Suryo dan istrinya meninggal dunia. Kejadian tragis itu selalu menghantui pak Darjan. Hari, minggu, bulan. Bahkan hingga kini. Suryo dan istri, sering terbawa mimpinya. Kini, saat ambisi untuk menguasai harta adiknya muncul, dan tekadnya kembali membara. Pak Darjan dihadapkan dengan situasi yang berbeda. Bukan perlawanan yang dia hadapi, melainkan sebuah perhatian tanpa pamrih. Kasih tulus tanpa minta imbalan dan pemberian pertolongan tak pernah dia jumpai selama dia hidup di dunia ini. Antara ambisi untuk menguasai harta Ummi keponakannya dan perhatian tulus yang dia dapatkan, berperang dalam angannya. Istri pak Darjan memang Bawel, Galak, Judes, Cerewet gak bisa disenggol orang. Suka marah bila sedikit saja gak cocok. Sekalipun begitu orangnya gak tegaan dan Cengeng. Dia sama sekali tidak tau menau, soal ambisi suaminya. "Pak, kopinya sudah dingin ituuuu!!!, banguuun sudah siang. Mentang-mentang tidur dikasur empuk, mentul-mentul, jadi kebablasan tidurnya." Kata mak Karmi istrinya. "Aaaaaaaah, males." Sebenarnya, semalaman pak Darjan belum tidur, karena pikirannya gelisah. Tapi lagi-lagi istrinya tidak tau. Karena dia memang berusaha menyembunyikan itu pada siapapun. Siang itu, pak Darjan, menengok warung Atun. Larisnya bukan main, para supir, dan karyawan semua belanja disitu. Dilihatnya aktifitas para pekerja yang menggiling gabah, pengepakan, penyelepan gabah dan pengemasan beras. Dilihatnya pula pabrik pengolahan kopi dan juga pembuatan tepung beras. Keluar masuknya truk pengangkut baik beras, maupun gabah yang dikirim dari petani. Seakan mengingatkannya, bahwa kerja keraslah yang bisa membuahkan hasil. Kemudian dia melihat keberadaan dirinya yang sejak dulu hanya ingin hidup enak tanpa usaha keras. __________ "Gimana, tugas yang diberikan Mama?" "Aku seneng banget Mak, aku jadi kayak boss. Orang-orang desa menganggapku begitu." "syukurlah, kalo bapak seneng. Kita jadi gak perlu pisah lama-lama. Hasilnya pasti." "lek tak delok, kowe juga seneng. banyak pegang uang sekarang. Yang belanja sudah pasti, hasile mesti. Bisa nabung." "Bener pak. Gak terasa lho. Mirna sudah masuk SMA. Perasaan baru kemarin dia dititipkan mbahe. Anakmu Sari juga semangat, iso ngelanjutin sekolah. Pagi subuh sudah nganter aku belanja. Pulang sekolah langsung bantu ngladeni pembeli." "Besok sabtu, kita jemput Imron. Biar bisa sama-sama disini. Yah, kalau mbah Karmi mau tinggal disini biarin aza, toh kalo pengen pulang, Sari kan bisa nganter tho." Kata Sugeng. _____ Malam itu, pak Tjandra dan Mama Silvie tiba di rumah Ummi. Beberapa bulan ini, mereka sibuk. Pak Tjandra bersama timnya sibuk menangani kasus, Sedang Mama Silvie sibuk mengajar di kampus di luar kota. Seperti biasa, bila mereka sudah berkumpul, ada saja yang mereka bicarakan. Kali ini, Mama Endah menceritakan perkembangan yang cukup luar biasa Usaha yang digagas oleh pak Tjandra. "Gimana soal, si Unyu-unyu itu, apa masih ngribetin." Yang dimaksud oleh pak Tjandra adalah si Darjan ortu Atun. "Hatinya luluh lantak Pa. Kami mengangkat ekonomi anak dan menantunya. Kami buatkan rumah, warung di sebelah pabrik dan menantunya kami kasih kerja posisi yang bagus. Beberapa minggu yang lalu kami beri bonus sebuah mobil baru, karena prestasinya bagus." Kata Mama Endah. "Yah. Kita ini memang keluarga yang kompak. Tidak membalas kejahatan dgn kejahatan, melainkan memaafkan dan memperhatikan kekurangannya." Kata pak Tjandra. "Pada dasarnya, manusia itu dilahirkan sama. ada sisi baiknya dan ada sisi buruknya. Kadang keadaanlah yang memaksa orang untuk melakukan kejahatan." Tambahnya. "Pakde dan bude sering menginap di rumah mbak Atun. Kami membuatkan rumah cukup luas kok Pa, sehingga kalau ada tamu, bisa tampung dan gak sampai bingung." Kata Ummi. "Anak Papa. Gimana program momongan?" Tanya Pak Tjandra kepada Ummi. "Sudah kami kebut Pa, semenjak Mama meeeeee..... eeee gak. Gak jadi". Kata Jojo. "Hampir saja keceplosan." Pikir Jojo. "Bagus, itu nak Jo. Kalau perlu dua hari libur kerja, dua hari harus dilembur.. gak usah keluar kemana mana sebelum sukses. Termasuk libur menerbangkan layang-layangnya." Tambah pak Tjandra. Merekapun ketawa. si Jojo garuk-garuk kepala sambil nyengar-nyengir. Sedang pipi Ummi merah merona, tersipu malu. "Mama tadi bawain Martabak special. Sama lumpia isi rebung tapi masih di mobil." Kata Mama Silvie. "Teeeeeeeet..tooooooooot. Iniiiiiii, Oleh-oleh yang bisa bikin kita melek merem berkedip-kedip.... Mak nyuuuuuuz." Kata Tarjo. dengan ketawa khasnya. Semua menoleh ke arah pak Tarjo. Ummi bergegas, menyahut apa yang dibawa pak Tarjo, lalu dibawanya kebelakang. " lhooo....lhooo..lhoooooo Neeeeeng, mau dibawa kenamaaaa? Kok." Kata pak Tarjo. "Tak sembunyikan, ben gak dimakan sama pak Tarjo." Kata Ummi, tampa menoleh. "Tadi pak Tarjo dari manaaa? kok gak nongol-nongol." Tanya Mama Silvie. "Anu... Ma." "Anu apaaaaa?" Sahut Mama Silvie "Anu, Maaaa. Liat Pabrik. Terus ketemu sama neng Sari, cucunya borok kokok yang nempati rumah baru di sebelah pabrik." (yang dimaksud adalah pak Darjan) "Emang pak Tarjo selamatan jenang merah? hem. Ngasih nama kok seenak udele gitu..hahahahahaha." Pak Tjandra tertawa ngakak. Mendengar gurauan mereka, Mama Endah cuma tersenyum terlihat manis Walau usianya tak muda lagi. Ummi membawakan hidangan yang dibawa Mama Silvie. "Ini, yang Jojo suka. heeeem, nanti kalau kesini lagi bawain Jojo yang lebih banyak ea Ma." "Waoooo, mentang-mentang bertiga hoby main layangan... sampai-sampai, diabadikan lewat karya lukis. Emang siapa yang nglukis itu." Tanya pak Tarjo. "Itu Neng Ummi yang lagi nyabut singkong dibantu sama Mas Jo. "Itu hasil karya si Jo, pak. Dari kecil dia sudah sering melukis. Bakat yang diwarisi oleh almarhum Papanya Jo." "Papa, pengen koleksi lukisan anggrek, kalau ada waktu buatin Papa ea. tapi kanvas dan cat lukisnya, ntar Papa suruh kirim relasi Papa." "Siap, Pa." ……………… Disisi lain: Rasa bersalah itu terus menuduh. Menghantui. Hadir dalam setiap mimpi. Ketakutan demi ketakutan seakan mengejar. Rahasia kejahatan dipendamnya sendiri. Malam itu. Darjan ketakutan, walau matanya ditutup rapat-rapat. Namun seakan dia masih melihat hal yang menyeramkan itu "Kalau anakku ummi gak menolong anak dan cucumu, kau kehilangan keduanya. Berapa puluh kali panen akan kau habiskan untuk membiayai rumah sakit. Lihat.... lihat.... lihat... lihaaaaat. ..itu semuaaaa... kau membunuh dua nyawa,. anakku, menyelamatkan dua nyawa. Dalam mimpi itu....Seakan Darjan melihat dengan jelas apa yang dilakukan terhadap adiknya. Dan Darjan dapat melihat dua nyawa yang diselamatkan oleh keponakannya Ummi. Dalam mimpi itu juga ...Dua makhluk berwajah seram, sebelah kiri membawa cambuk yang ujungnya berduri tajam. Sebelah kanan tubuhnya dipenuhi dengan ratusan ular berbisa, yang siap memangsa. Darjan Lari..lari dan lariiiii.... namun kedua makhluk aneh itu dengan mudah dapat menghadangnya. Darjanpun terbangun. Keringat dingin membasahi tubuhnya. Mimpi itu terjadi setiap kali Darjan mulai terlelap.Hingga terkadang dia takut untuk memejamkan mata. dan kalau tertidurpun hal itu terjadi karena sudah gak mampu menahan kantuknya, saat itulah mimpi burk itu hadir. …………………. Pagi ini cuaca cerah, secerah hati mereka bertiga beberapa hari yang lalu, Mama Endah, Ummi dan Jojo berhasil menyelesaikan sebuah Layang-layang berbentuk perahu. Dan ini karya mereka untuk pertama kali. Seperti biasa hari sabtu dan minggu adalah hari libur. Itulah sebabnya mereka ingin uji coba untuk karya terbarunya. Dengan semangat mereka menuju ke lapangan. Dipetiknya beberapa daun jarak. Kemudian berlari kecil dan berjalan disamping Ummi dan Mama. "Mi, tolong pegangin." Diserahkannya lembaran daun itu kepada istrinya disisakan selembar ditangannya. Ditekuknya batang daun jarak hingga hampir patah, dan ditiupnya batang itu. Muncullah gelembung busa, bertebaran terbang ke udara. Diulanginya berkali-kali sampai daun jarak yang dipetiknya habis. Canda tawa mereka bertiga, bukanlah pemandangan yang baru. Setiap kali mereka bertiga ada waktu luang, hal seperti ini menjadi prioritas. "Kalau ini berhasil terbang, maka ini layang-layang perahu pertama yang kita buat dan sekaligus sukses." Mama Endah dan Jojo, adalah satu-satunya penduduk desa itu yang piawai dalam membuat layang-layang. Mungkin juga satu-satunya pembuat sekaligus penerbang layang-layang di negeri ini. "Sejak Usia suamimu lima tahun, Mama selalu mengajaknya kelapangan untuk bermain layang-layang." Jelas Mama Endah kepada Ummi. "Awalnya, ya pak Tarno yang sibuk. Kalau nyiapin bambunya itu gak tanggung-tanggung. Satu batang pohon bambu, dipotong ukuran yang dibutuhkan." Sambil tertawa kecil, saat menceritakan kenangan itu. "Terkadang membuat layang-layang hingga berhari-hari, yang jadi bisa sampai sepuluh, yang bisa terbang cuman satu. Seiring berjalannya waktu, ea.... makin pinterlah." Lanjutnya sambil tertawa renyah. Ummi tetap saja terkagum-kagum sekaligus bangga, setiap kali Mama Endah menceritakan kenangan hidup yang dijalani bersama Jojo. Kini menjadi suaminya. Tak jarang membuat Ummi meneteskan air mata haru. "Lebih jauuuuh, biar terbangnya langsung tinggiii." Teriak Mama. "Yaaaaaaaa... siaaaaap." Balas Jojo sambil mengangkat tinggi. Tak lama kemudian Layang-layang perahu itu melayang dan membumbung tinggi. "Waaaaaoooooo!!!" Teriak Jojo sambil berlari. "Untuk merayakan keberhasilan ini, kita pesta bakar ayam, sambal lombok hijau, sambal bajak, kulup daun singkong, dan daun kenikir." Kata Ummi bersemangat. Mereka bertiga duduk di atas rumput, sambil memandang ke arah layang- layang yang meliuk-liuk. Tak lama kemudian. "Yuk kita siapin pesta hari ini. Ulur sampai talinya habis, biar terlihat jelas dari rumah." "Papa dan Mama Silvie hari ini mau datang lho. Kita siapin sekarang yuk, biar sudah siap saat mereka datang." Kata Mama Endah. Baru saja Mama selesai mengatakan itu. Terdengar suara mobil berhenti di depan rumah. Terlihat pak Tarjo membukakan pintu untuk Mama silvie. "Hallo gays hau aaayu tu de?". Sapa pak Tarjo sambil ketawa. "Sehari gak denger suara pak Tarjo, rasanya seperti delapan puluh enam ribu empat ratus kurang tiga setengah detik." Kata Ummi. Semua ketawa mendengar Ummi berkata seperti itu. mereka saling berangkulan melepas rindu. "Kok pak Tarjo gak dirangkul juga sich? Kan bapak juga kengen pake bingit." Kata pak Tarjo. "Pak Tarjo, rangkul ajja pohon mangga. Kan pak Tarjo suka ngabisin buahnya kalo kesini.” Jawab Mama Silvie. Pak Tarjo nyengir, menyatukan jari kedua tangannya, diarahkan ke depan, di putar kekiri dan kekanan. Kemudian menundukan kepala, matanya melirik ke arah Mama silvie. Setiap gerak pak Tarjo memang mengundang tawa. "Neng. Masak apa?. pak Tarjo laper nich, tadi sudah makan atau belum ea, lupa!!" Sambil melepas topi baretnya, lalu garuk-garuk kepala. "okeeey, ayo kita kebelakang." Kata Jojo, sambil menariknya ke dapur. "Kita motong ayam untuk pesta sukuran. Karena kami bertiga telah berhasil membuat sekaligus menerbangkan layang-layang bentuk Perahu layar". Bisik Jojo "Manaaaaa?!!" Tanya pak Tarjo sambil Teriak keras. "ssssssssssssssssssttttT." Tepis Jojo. "wkwkwkkwkkwkwk...Lupa." Kata pak Tarjo sambil menutup mulutnya dengan tangan. Pak Tarjo dan Jojo pergi ke pekarangan untuk menangkap beberapa ekor ayam. ……… "Ngipasnya jangan terlalu kencang pak. Nanti keluar nyala apinya. Usahakan baranya tak sampai keluar api, sebab yang kita butuhkan hanya panas dari baranya saja. Biar matangnya sempurna." Kata Jojo. "Bapak baru tau kalau bakar ayam seperti ini." "Banyak cara pak, tapi Jojo sudah terbiasa seperti ini. Matangnya jadi merata, tidak gosong dan lemaknya jadi habis saat matang nanti." Tambahnya. Kulup daun singkong muda yang baru dipetik, daun kenikir muda sudah siap. "Saat direbus, daun singkong muda ditaburi dengan garam, dan tunggu air mendidih agar saat matang masih terlihat hijau. Begitu juga daun kenikir muda. Cara memasaknyapun sama." Kata Jo, memberitahu pak Tarjo. Hidangan sudah siap disajikan. Dengan Bangga pak Tarjo menghidangkan di meja ruang depan. Karena rumah joglo rancangan pak Darmo, memang tidak didesain ada ruang makannya. "Bapak,ibu, poro sederek sedoyo. Monggo kito ngumpul sareng. Kita nikmati sajian santap pesta dalam rangka syukuran, atas keberhasilan, Mama Endah, Neng Ummi serta ndoro Jojo dalam membuat sekaligus keberhasilan menerbangkan layang-layang bentuk perahu layar yang bisa kita lihat dari sini". Kata pak Tarjo dengan ketawa khasnya. "ooooo...tak kira pesta Ultah pak Tarjo?" Kata Mama Endah. "Heheheheh.. pak Tarjo gak pernah tau kapan lahirnya. Mungkin bapak lahir langsung kerja jadi supir hahahaha." Jawab pak Tarjo ngakak. Menu sederhana ini, sering dihidangkan, namun selalu saja menjadi andalan istimewa. Kali ini ada sambal istimewa, yaitu Sambal bongkot. Bongkot merupakan sejenis tumbuhan rempah dan merupakan tanaman tahunan berbentuk terna, batang tanaman muda dan bunganya dimanfaatkan sebagai bahan sayuran. Bagian paling terkenal dari tumbuhan Bongkot ini adalah bunganya, yang cukup terkenal dalam dunia kuliner. Bunganya yang berwarna merah sering dijadikan sebagai bumbu penyedap berbagai macam masakan. Bongkot dalam bentuk batang, aromanya kurang tajam, namun dapat diolah menjadi bumbu yang dikenal dengan sebutan Bongkot atau rias. Aroma bumbu ini segar mirip jahe. Jojo merajang batang bongkot muda. Siremas-remas atau diuleni pakai garam kemudian dicuci. Bawang merah, bawang putih ditambah irisan cabai dan sedikit garam serta penyedap rasa. Ditumis hingga matang. Pak Tjandra, Mama Selvie selalu lahap menyantab semua yang dihidangkan keluarga disini. Memang tak ada bedanya dengan masakan yang biasa mereka makan. Namun karen daun singkong, daun kenikirnya baru memetik dan masakan disertai aroma asap tungku kayu bakarlah yang membuat hidangan disini menjadi sajian masakan istimewa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN