Bab 13

1980 Kata
Beberapa bulan kemudian. Sugeng dan Atun serta si kecil Imron yang montok lucu serta menggemaskan itu, berkunjung kerumah Ummi. Saat tiba, mereka semua tak ada, tapi rumah itu tidak terkunci, bahkan pintu rumahnya terbuka. "Mungkin mereka ke sawah. Coba aku yang nyari." Kata Sugeng, sembari memberikan Imron kepada Atun. Sementara itu. Mama Endah, Ummi dan Jojo sudah berada di lapangan. Gak lain adalah Bermain layang-layang. Dari dulu, gak pernah ditinggalkan. Entah itu hobby, atau apa. Yang pasti, bila punya waktu senggang, Mama Endah, dan Jojo selalu meluangkan waktunya untuk menerbangkan layang-layang. Sekarang malah ditambah satu dalam keluarga yaitu Ummi. Mereka bermain air di sungai, mencari ikan dan berkejar-kejaran saling melempar lumpur. Dari kejauhan suara mereka didengar oleh Sugeng. Mereka sedang bercanda gurau. Sengaja tak dipanggilnya. Sugeng langsung menghampirinya. "eeeeeeeeeee, kang Sugeng. Sama siapa kang?" Tanya Jojo. "Sama ibunya anak-anak dan Imron." Jawabnya. Mereka Pun langsung pulang, walau mereka bertiga belepotan dengan lumpur sawah. "Yaaah, beginilah kang. Kalau lagi liburan. Menerbangkan layang-layang, terus berlari kejar-kejaran kayak anak kecil." "Betapa bahagianya mereka bertiga. Ternyata kebahagiaan itu tak selalu harus mengeluarkan biaya." Pikir Sugeng. Bagi mereka kebersamaan, kegembiraan adalah sesuatu yang harus diusahakan. Menurut mereka, Bahagia itu harus diperjuangkan. Sesampainya di rumah.. "Tak tinggal mandi dulu ya kang." "Iya." "Pak, daripada kamu ke Kota lagi, hasilnya juga gak bisa diandalkan. Kalo cuma jadi buruh bangunan. Mending minta saja kerjaan sama Ummi." "Pikirku juga gitu. Lagian kan aku bisa pulang seminggu sekali." "Kiro- kiro diterima gak ya." " Yo embuh pak, yang penting ngomong aza, masalah diterima atau gak itu urusan lain." Tak lama kemudian. "Maaf kang, lama nunggu ya? .. O iyo kang. Sampean sekarang kerja dimana? Apa masih ke Kota kayak dulu?" Tanya Jojo. "Ya itu dah dek. Aku sih maunya ngelamar kerja disini. Tapi kalau masih ada lowongan." "Yo onolah, masak sama saudara harus menolak. Cuma, masalahnya cocoknya di bagian mana? Itu yang harus kita bicarakan sama Mama dan istriku." "Kalau buat mbak Atun, Kayaknya cocok buka warung saja. Masalahnya di pabrik itu ada 50 orang lebih. Mereka perlu makan siang, ngopi dan cari minum kalau haus. Kayaknya itu usaha yg menjanjikan." "Ya, aku mau dek. Tapi nanti kalau bapaknya anak-anak sudah dapat hasil. Kan bisa pake modal." Jawab Atun. "Yang penting mbak Atun serius ae, yo tak modalilah mbak. Kang Sugeng kan tukang bangunan. Nanti, buat saja warung, masalah yang lain ben aku yang nanggung." "Duh, Gusti. Kok ada orang sebaik ini, suami istri sekeluarga kok bisa klop." Pikir Atun. "lek ngono, gak usah lama-lama. Kapan kakang punya waktu untuk ngerjain warungnya?" "Kalau aku, siap kapan saja. Besok jg Bisa." "Kayaknya semen di gudang masih cukup kalau sekedar bikin warung. Bahan-bahan yang lain di samping gudang juga masih banyak." "Heeeeeemmmm, ngomongin apa ini, kok serius bangat?" Tanya Mama Endah. "Ini lho Ma, kang Sugeng mau cari kerjaan. Kira-kira cocoknya di bagian apa?". "Kamu bisa bawa mobil gak le?" "Bisa Te, biasanya aku bawa mobil pick up, truk engkel, Kalau mobil pribadi belum pernah." Jawab Sugeng. "Yang tak butuhke, saat ini sich, nyari informasi keliling Desa. Kalau ada yang jual gabah. lha kalau ada suruh bawa ke perusahaan ini. bilang sama mereka, kalau disini mau beli dengan harga diatas tengkulak. Kalau banyak, kita siapin angkutan. Jadi mereka gak perlu keluar biaya untuk angkutan. Bayar kontan di tempat." "piye? Kalau mau, besuk bisa langsung kerja." Kata Mama. "Tapi, Ma. Besok kang Sugeng masih tak suruh bikin warung, biar mbak Atun bisa jualan melayani pabrik." "Gitu aja kok repot tho Nang, anak Mama sing bagus dewe. Telpon Tukang, suruh sekarang kesini, bilang. Mama yang suruh. Terus kowe le. Besok kamu langsung kerja. Istri dan anakmu ben disini." Gak sampai sejam. Tukang yang ditelpon Jojo Pun datang. "Ayo masuk, gak usah sungkan. Anggap rumah sendiri. Asal jangan dijual." Kata Mama. Ternyata Mama Endah bisa bercanda juga. "Wonten perlu nggih Ma?" "Yaaaa... iyaaaa lah. Makanya Mama manggil kamu. Heeeeeemmm, kamu ada kerjaan gak?" "Baru tiga hari nganggur Ma" "Okey, Buatin Mama, warung, sama rumah tinggal dengan 3 kamar, Ruang tamu. Jangan terlalu sempit. Dapur dan kamar mandi. Tapi buatkan warung dulu. Seminggu jadi bisa gak?" "Seminggu?...Gak janji Ma, kalau waktunya cuma seminggu." "Lha kalo gak berani janji, ya enggaklah. Males aku." Kata Mama. "Ya wis, tak usahakan deh Ma." "Nah.. Itu. baru tukang profesional." Puji Mama. "Masalah lokasi, tanya sama si Jojo. Anakku sing Ganteng dewe. Kalian sudah makan belum?, kalau belum. Sana. Ambil sendiri, kalau gak ada lauk. Masak sendiri, hehehe." Tambahnya. "mbak, kopi tiga... kental manis." "buk.. nasi campur, es teh manis." "mbak, rokok. Kopi satu." "Buk, pisang goreng dua, es teh, tahu isi. Sama nasi campur, berapa semua?" "Dua puluh tiga, ambil pisang goreng lagi satu biar pas dua puluh lima." Jawab Atun. Lumayan juga ramainya. Apalagi pagi sebelum masuk kerja dan waktu istirahat. Atun bisa kewalahan ngelayani pembeli. Warung memang buka sampai jam lima, dan hanya buka 5 hari dlm seminggu. Jadi selebihnya bisa dimanfaatkan untuk berkumpul dengan keluarga. Masakan yang dijual juga gak banyak macam. Sup, nasi campur, Rawon dan Soto. Apalagi, saat ini. Ada tukang bangunan. Jadi pembelinya lumayan banyak. Belum lagi Para supir yang lagi antri, menunggu giliran mengambil beras. Biasanya mereka Nganfas (pedagang keliling yang melayani warung, atau melayani grosir berskala kecil.) Beruntung, warung yang dibangun tidak terlalu kecil. 4 x 10 m. Sedang terasnya jauh lebih lebar. Yaitu 6x10m. Jadi para supir bisa nongkrong sampai puas, tapi tidak sampai mengganggu pembeli yang lain. Dibawa pohon rindang juga disediakan meja kursi. untuk santai. Baik yang belanja, atau sekedar beristirahat menunggu giliran. Melihat warung yang digagasnya, benar-benar membuahkan hasil, Jojo sangat senang. Menurutnya. Memberikan alat memancing jauh lebih berarti daripada memberikan ikan. Pak Darjan dan bu Karmi Orang tua Atun, sekaligus mertua Sugeng siang itu datang menjenguk anaknya. Sari, Mirna dan Imron cucunya diajak juga. Sari tamat SMP tahun ini. Mirna masih duduk dibangku kelas 6 dan Imron masih belum genap setahun. Imron inilah yg lahir melalui oprasi, karena ada kelainan di rahim ibunya. Sehingga menghabiskan dana yg tidak sedikit. Disamping itu, Ummi meminta penanganan serta. perawatan medis serba vip. Buat Ummi keselamatan Ibu dan anak jauh lebih berharga dibanding materi. Sore itu, sehabis menutup warung. Pak Darjan beserta istri anak dan cucunya. Melihat bangunan rumah yg hampir selesai, namun dalamnya sudah penuh dg perabotan. Kamar sudah lengkap terisi. spring bed, Almari pakaian, kaca rias dan tv 29 inch. Dua kamar lainnya juga sama. Hanya bedanya meja belajar sebagai ganti kaca rias. "Dapur bersih, dilengkapi dg rak yg menempel didinding. Kok bisa gak jatuh ya?" Katan Mirna heran. "Lha ini ..Rak berjajar kok cuma untuk tempat perlengkapan dapur? di atasnya ada kompor gas. Waaaoooo. yang sebelah pojok ini pasti pake nyuci piring."Tambahnya. "Itu kan kayak di tipi yang di film sinetron lah ndok." Jawab mak Karmi. "mbok ya jangan keliatan ndesani gitu tho. Biar gak dikira kita ini orang kampung. Cukup heran dalam hati wae laaaah". Kata pak Darjan sedikit ketus. Atun dan Sugeng cuma ketawa, melihat kedua anaknya, terheran-heran. "Kita akan tinggal disini ndok. Tapi kamu harus rajin bantu emakmu. Kita harus bekerja sama, saling membantu. Sehingga pekerjaan akan terasa ringan." Kata Sugeng. "Beeeeeeres boss." Serentak mereka berdua menjawab. "Bapak janji. Tahun depan pasti Mirna bisa masuk SMA. Kan sekarang emak, bapak sudah punya kerjaan tetap. Bahkan bapak janji, kalau kamu SMA nanti tak belikan sepeda motor. Biar bisa pulang cepet, terus mbantu emakmu." "Amiiiiiiin." Jawab Mirna "Untuk Sari, kamu sementara sama mbah Karmi. Nanti kalau, masuk SMA baru tinggal sama bapak." "Waaaaaaaaaaaaaaaaa?!" Kata Mirna sedikit kecewa. "Tapi kalau liburan kan bisa nginep sini. Terus sabtu sore sama minggu bisa tinggal disini. Nanti dijemput sama bapak." "Naaaah... ituuuu, baruuuuu Mirna setuju." Matahari telah resmi terbenam, Malam masih malu menebar pesonanya. Pak Darjan, istri menantu, anak dan cucunya berjalan menuju rumah Mama Endah. Sementara mereka bertiga asik bernyanyi. Ummi yang bermain gitar. Hari kian bergulir Semakin dekat dirimu di hatiku Meskipun tak terucapkan Ku merasakan dalamnya cintaku ..., "Ayooo Mama yang lanjuti." Kata Ummi Jangan berhenti mencintaiku Meski mentari berhenti bersinar Jangan berubah sedikitpun Di dalam cintamu ku temukan bahagia "Ummi.. ayo lanjut." Kata Mama Jalan mungkin berliku Tak kan lelah bila di sampingmu Semakin ku mengenalmu Jelas terlihat pintu masa depan "Ayo. Pipi Lanjut." Kata Ummi Jangan berhenti mencintaiku Meski mentari berhenti bersinar Jangan berubah sedikitpun Di dalam cintamu ku temukan bahagia a..... "Ayo kita sama-sama." Kata Mama. Jangan berhenti mencintaiku Meski mentari berhenti bersinar Jangan berubah sedikitpun Di dalam cintamu kutemukan bahagiaaaaaaaaa..... Jangan berhenti mencintaiku Meski mentari berhenti bersinar Jangan berubah sedikitpun Di dalam cintamu kutemukan bahagiaaaaaaaaa..... Jangan berhenti mencintaiku Meski mentari berhenti bersinar Jangan berubah sedikitpun Di dalam cintamu kutemukan bahagiaaaaaaaaa..... "Kulo nuwuuuuun..... permisiii." Kata Atun. "aaaaaaaiiiis... monggo pinarak.... Silahkan masuk." Jawab Ummi. Sambil meletakkan gitarnya. "Maaf, heeeemmm. Jadi mengganggu ya?" "Nggak kok mbak, kami lagi nyantai niiich." Kata Ummi. "Ayo, masuk. Kok bengong. Aduh Cantik bingit, siapa namanya?" Tanya Mama Endah, sambil menyalami Sari dan Mirna. "Mirna," "Sari" "Ayo silahkan duduk." Lanjutnya. "Mirna cantik. sekarang kelas berapa?" Tanya Ummi. "Mau masuk SMA, Tante" "Haaaaaaaaaaa? Tante kira masih mau masuk smp. Pintar sekali... hemmm. Cantik banget lagi." "Kalo Sari, kelas berapa?" "kelas 2 SMP, Tante. Tahun depan rencananya akan ngelanjutin ke SMA. Kata bapak kalau sudah ada rejeki. Untuk sementara Sari bantu emak di warung, tahun depan hasilnya bisa pake biaya masuk sekolah dan bisa beli motor buat ke sekolah". Jawabnya polos. Mendengar jawaban Dari yg lugu, dan gak sedikitpun memaksakan kehendak, nrimo dengan keadaan. Dan Rasa keinginan untuk melanjutkan sekolah sangat besar. Hati Ummi jadi Trenyuh. "Kalau seandainya, tahun depan bisa melanjutkan sekolah, Rencananya mau masuk kemana?" "Masuk ke sekolah, kejuruan saja Tante. Biar bisa langsung kerja jika lulus nanti. Sari mau kuliah, mengàmbil sore, setelah pulang kerja." Jawabnya. "Terus, Seandainya bapak punya uang. Sari mau sepeda motor apa?" Tanya Ummi lagi. "Gak perlu bagus, gak perlu baru, tahun yg lama jg gak masalah, yg penting bisa dipake sekolah, bisa pulang cepat dan bisa bantu emak. Kasihan kalau emak gak ada yg membantu." Jawab Seri polos. "Kalau, seandainya sekarang ada sepeda motor bekas, Sari mau pake?" Tanya Ummi. "Mau Tante... bisa Sari pake nganter Emak ke pasar belanja keperluan warung". Jawabnya gembira. "Heeeeeeem.. Beneran mau yg bekas?" Tanya Ummi lagi "iyaaaa.. Tante mauuuuuuu." Jawabnya sambil meloncat kegirangan. "Pi, Kontak motor Mimi dimana?" "Tuuuuuh, masih nempel di sepeda." Jawab suaminya. Ummi berdiri, diambilnya kontak dan diberikan kpd Sari. "Ini kontaknya, dan itu sepeda motornya." "Beneran ini Tante? Sari gak mimpi kan?" Ummi mengangguk dg senyum manis tersungging di bibirnya. Sari melompat kegirangan. Dipeluknya Ummi. Dan Berkata: "Terimakasih tanteeeeeeee... Ini siiiich BUKAN BEKAS... INI Keluarkan YG TERBARU....Tanteeeeeeeeee!!!" .. Dirangkulnya Sari. dan Sari mencium pipi Ummi lama gak dilepas-lepas. Pemandangan ini membuat kedua orang tua Sari tak mampu menahan air mata haru yang meleleh di pipinya. Sari masih dalam dekapannya, Ummi berkata: "Sari tak perlu menunggu tahun depan, untuk melanjutkan sekolah. Besok kita berdua, mencari sekolahan, Tempat Tante SMA dulu." Mendengar apa yg dikatakan Ummi, Sari menangis. Tak kuasa menahan rasa bahagianya. "Sudaaaah, gak perlu menangis. Apa yang Tante lakukan adalah demi masa depanmu. Pesan Tante. Belajar yg rajin. Bantu meringankan pekerjaan rumah. Dan Jangan pernah putus asa." Sari mengangguk, kemudian menatap Ummi dan merangkul lagi. "Sari sudah bisa naik motor kan?" "Sudah Te, di sekolah Seri sering bawa punya teman saat pulang sekolah. Sari pulang sekolah numpang temen. Tp Sari yg bawa motornya." "syukurlah kalau begitu." Kata Ummi. "O... Iya, Pakde, sama bude bobo disini ya?. Banyak kamar kosong kok." Pinta Ummi. "Pakde dan bude tidur di tempat mbakyumu Atun yg kamu buatin saja. Disana kamarnya jg luas kan?. Pakde jadi banyak ngerepotin kamu, ngerepotin suamimu dan ngrepotin Mamamu. Kamu udah ngeluarin uang ratusan juta buat operasi Atun, ngasih pekerjaan suaminya, buatin warung sama modalnya, buatin rumah beserta isinya ditambah lagi ngasih cucu sepeda motor dan nyarikan sekolah SMA buat cucuku... terus apa lagi nanti." Kata pak Darjan. Kali ini nampaknya apa yg dikatakan memang keluar dari hatinya yg paling dalam. Bukan basa-basi seperti biasanya. ********BERSAMBUNG...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN