Pria Pertama Anna

1088 Kata
Seperti biasa Golden Bloomingdale selalu ramai dengan pengunjung yang mengantre di depan pintu masuk karena belum memiliki reservasi sebelumnya. Namun, John sudah membuat reservasi makan malam berdua dengan Annastacia. Mereka bisa masuk dengan mudah ke restoran fine dining itu. "Rupanya restoran ini masih menjadi favorit semua orang di Grenada, John," ujar Anna dengan sedikit nada takjub. John bertopang dagu menatap wajah Anna. Dia tersenyum hangat sembari menjawab, "Mereka tidak pernah belajar dari pengalaman. Restoran ini hanya menerima tamu dengan reservasi, Anna. Jangan pernah kemari bila belum melakukan reservasi." "Kurasa kau benar, tapi aku jarang sekali kemari, John," sahut Anna sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan lalu berhenti di wajah John. Dia berpikir Jocelyn benar, tatapan mata John itu seperti anak anjing tersesat yang menemukan penolongnya ketika melihatnya. Anna berdehem lalu berkata lagi, "John, apa kau mau menghabiskan sisa malam ini bersamaku?" Ucapan Anna membuat John sangat terkejut hingga kehilangan kata-katanya. Dia selalu mendambakan sebuah malam yang penuh kemesraan bersama Anna, tetapi hanya berani memimpikannya saja. Dia lebih takut jikalau gadis itu kabur darinya karena merasa dia terlalu memaksakan kehendaknya. "Te-tentu saja, aku mau, Anna. Aku sangat ingin, tapi aku tidak berani memintanya kepadamu. Apakah kita akan melakukannya malam ini?" jawab John dengan hati-hati sambil menggenggam tangan Anna di meja makan. Annastacia tertawa pelan dengan pipi merona, dia geli dengan respon John. Pria itu memiliki segalanya, tetapi takut kehilangan dirinya sebagai kekasihnya. Anna pun membulatkan tekadnya untuk memberikan kesempatan bagi John sebagai pria pertamanya. "Ya, kita akan melakukannya sepulang makan malam, John," jawab Annastacia dengan ringan. Menu makan malam mereka diantar oleh waiter ke meja. Dua piring Cesar salad yang tampak menggoda selera disajikan di masing-masing sisi meja John dan Anna. "Silakan menikmati hidangan kami, Tuan dan Nyonya," ucap waiter itu dengan senyum ramah lalu meninggalkan meja mereka. Setiap menu diantar berjeda 10 menit dari appetizer, satu jenis sup, dua jenis main course, dan desert. Semua itu dipilihkan oleh John yang melakukan reservasi di restoran itu. Wajah John berbinar bahagia karena Annastacia sudah mau membuka pintu hati untuknya. Dia tidak akan mengecewakan gadis yang dia cintai itu malam ini. Sekalipun mungkin ini yang pertama baginya juga untuk bercinta dengan seorang gadis. "Okay, time to go home, John," ucap Anna sembari bangkit dari kursinya dan menjinjing tas tangannya. "Ohh ... mari kita pulang, Anna. Ke tempatku atau ke tempatmu?" tanya John bimbang seraya turut berdiri. Mereka berjalan bersisian, tangan Anna melingkari lengan John yang kekar. "Ke apartmentku saja," sahut Anna. Cuaca malam itu cerah bertabur bintang, angin malam bertiup menerbangkan rambut Annastacia dan menerpa wajahnya saat akan naik ke mobil yang dikemudikan oleh John. Dia mengucapkan terima kasih pada John sebelum pria itu menutup pintu mobil untuknya. John berlari kecil mengitari mobilnya lalu duduk di kursi pengemudi, dia lalu berkendara ke Sky Eternity apartment, tempat unit Anna berada. Jalanan malam itu tidak terlalu ramai, lalu lintas lancar sehingga mereka berdua bisa sampai dalam waktu yang relatif singkat. Mobil John diparkir di parkiran basement di sebelah mobil Mini Cooper merah maroon milik Anna. Dia membantu Anna menurunkan barang belanjaannya dari bagasi mobilnya. Kemudian membawakannya naik ke lantai 5 dengan lift. "Apa kau gugup, John?" tanya Anna menggoda pria itu sambil tertawa pelan. TING! Pintu lift membuka di lantai 5 Sky Eternity. "Sedikit. Tenanglah, Anna. Aku tidak akan menghancurkan malam yang indah ini," jawab John dengan percaya diri. Anna membuka kunci pintu unitnya. "Hahaha. Tentu, aku percaya. Kau dokter bedah onkologi, pasti terbiasa menghadapi ketegangan sepertiku di ruang OK. Masuklah, John!" ujar Annastacia seraya memberikan jalan untuk John masuk ke unit apartmentnya. Kemudian John melangkah masuk lalu meletakkan barang belanjaan Anna di meja ruang tengah. "Terima kasih, John," ucap Anna lalu membantu John membuka mantel bepergiannya yang tebal berwarna hitam itu. Kemudian menggantungnya di gantungan mantel dekat rak sepatu bersama mantelnya juga. John berdiri di tengah ruangan itu menunggu Anna menghampirinya. Jantungnya berdegup kencang memukul-mukul rongga dadanya, tapi dia berusaha untuk tampak tenang sekalipun tegang. Sementara Anna berjalan dengan langkah tenang mendekatinya. Kemudian melingkarkan kedua lengannya ke pinggang ramping John lalu perlahan merebahkan kepalanya di d**a pria itu. Tangan John membelai kepala dan punggung Anna dengan lembut. "Anna, kuharap kau tidak akan kecewa karena ini yang pertama bagiku, mungkin aku tak berpengalaman," ujar John terkekeh. Annastacia pun tertawa pelan dan canggung. Di benaknya pun dia mengatakan bahwa ini juga yang pertama baginya. "John, apa kita perlu menggunakan alat kontrasepsi?" tanya Anna ragu, dia tidak pernah menyimpan barang semacam itu. Pria itu pun tertawa sembari menjawab, "Kurasa tidak perlu, kalau kau hamil, aku akan segera menikahimu, Anna. Apa kita bisa memulainya sekarang? Aku benar-benar amatir tentang hal ini, beri aku petunjuk Anna." "Kurasa kita bisa melepas semua pakaian kita terlebih dahulu, John. Mungkin aku perlu mengingat pelajaran reproduksi terlebih dahulu," canda Anna melepas sepatu berhak 5 cm miliknya lalu meletakkannya dengan rapi di rak sepatu. "Astaga, kau membuatku malu, Anna. Hahaha," sahut John sambil duduk di sofa melepas sepatu fantofel hitam mengkilapnya dan juga kaos kaki biru tuanya. "Kurasa aku ingin ke kamar mandi terlebih dahulu. Sebentar ...," pamit John dengan canggung. Annastacia menatap sosok John yang menjauh menuju ke kamar mandi sambil menggaruk-garuk kepalanya bingung. Dia merasa agak menyesal karena memberi inisiatif pada John untuk menghabiskan malam bersamanya. Mengapa ini tidak seperti film-film romantis yang pernah dia tonton? Tidak ada emosi yang meledak-ledak dan sentuhan yang terburu-buru. Segalanya seperti prosedur pra operasi yang teratur. Apa karena dia dan John sesama dokter bedah? pikir Annastacia dengan bingung. Dia menunggu John keluar dari kamar mandinya tanpa melepaskan blouse dan celana panjangnya. Annastacia duduk di sofa dan menghidupkan TV. Kebetulan sekali iklan parfum pria yang dibintangi oleh JC diputar di stasiun TV yang dia tonton. Iklan itu memperlihatkan tubuh JC tanpa baju atasan yang mengekspos d**a dan lengannya yang berotot. JC tersenyum tipis memegang botol parfum itu usai menyemprotkannya ke d**a dan lehernya. Sudah berbulan-bulan mereka berpisah sejak dia menolak pernyataan cinta pemuda itu di rumah sakit. Anna sedikit menyesali keputusannya saat itu, tapi memang hubungan mereka terlalu sulit untuk dijalani dengan status JC yang popstar terkenal. Sepasang lengan merengkuh tubuh Anna dari belakang sofa, bibir pria itu menyusuri leher jenjang Anna meninggalkan jejak kehangatan di tubuh gadis itu. Aroma parfum maskulin yang bercampur aroma alami kulit pria itu seolah membius kesadaran Anna. "Aku akan mencumbumu malam ini, Anna. Jangan minta aku berhenti saat kau telah menyalakan gairahku," bisik John di samping telinga Anna membuat jantung gadis itu mendadak aritmia. John berjalan mengitari sofa lalu meraup tubuh Anna ke dalam dekapannya. Kemudian dia menggendongnya menuju ke ranjang. Mata mereka saling menatap menjanjikan gairah tanpa kata-kata.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN