Sesaat Anna melihat tubuh polos John di hadapannya, dia baru menyadari betapa jantannya dokter bedah Onkologi itu. Anna terperangah menahan napasnya sejenak menatap bulu-bulu berwarna gelap yang menutupi bagian lengan, d**a hingga sekitar kejantanan pria itu.
Tubuh kekar John yang biasanya tersembunyi di balik sneli putih dan kemejanya itu turun hingga menindih tubuh Anna yang masih terbungkus pakaian lengkap. Dia tidak keberatan membantu gadis itu melucuti pakaiannya nanti.
Bibir John melumat bibir merah muda kenyal milik Anna membuatnya menjadi basah setelah kering menatapnya tadi. Napas mereka terobrak-abrik tak beraturan ketika selesai berciuman lama.
Kedua lengan kokohnya membingkai kepala Anna di atas bantal. Mata coklat keemasan milik John menatap ke dalam mata biru cemerlang milik Anna dari jarak setengah hasta, begitu dekat.
"Aku akan melepaskan bajumu, Sayang. Boleh?" tanya John sebelum memulai petualangan mereka malam itu.
"Lakukan saja, John. Kau tak perlu bertanya lagi, aku milikmu malam ini," jawab Anna menatap John penuh gairah.
Tangan John menarik blouse sutra di tubuh Anna ke atas melewati kepalanya. Buah d**a yang membulat cantik dan penuh itu tersangga sempurna dengan bra merah muda berbentuk sayap kupu-kupu yang berlapis tipis sangat indah. Bisa melihat Annastacia seperti ini melebihi segala impian John.
Dia melepaskan kait bra di bagian punggung Anna dengan perlahan lalu menyingkirkannya ke samping. Kemudian membuka kancing celana panjang Anna dan risletingnya. John menarik turun perlahan celana kain itu hingga melewati tungkai kaki Anna lalu kain segitiga berenda warna merah muda itu juga diturunkan hingga tak ada lagi yang menghalangi tubuh mereka berdua.
"Sangat cantik ...," gumam John.
Pria itu pun melebarkan paha Annastacia, dia mengangkat kedua betis gadis itu ke dadanya lalu mendaratkan kecupan-kecupan dari ujung kaki Anna naik ke betis mengirimkan sensasi aneh ke tubuh Anna.
Mata Anna memandangi apa yang tengah pria itu lakukan pada tubuhnya. Kelembutan dan kesabarannya membuat Anna merasa begitu berharga. Ketika kecupan John menjalar ke pangkal pahanya lalu mulai membelai lembah cintanya dengan lidahnya, Anna melepas desahan dari bibirnya sembari menutup matanya meresapi kenikmatan ragawi yang diberikan oleh pria pertamanya.
John berlama-lama mengecupi, membelai lipatan-lipatan merah muda itu dengan lidah dan bibirnya. Tubuh Anna menggeliat geli dengan sentuhan-sentuhan intim itu. "Ohh ... John, kau membuatku gila!" seru Anna di antara desahannya.
Akhirnya John menghentikan aksinya. Dia tertawa pelan dan berkata, "Aku lebih memilih foreplay yang panjang, Sayang, agar kau siap. Apa kau suka?"
"Teruskan, John. Kau sungguh luar biasa untuk pemula," jawab Anna cekikikan. Dia malu dan masih penasaran karena ini pengalaman pertamanya yang sungguh mengejutkan.
"Oohh ... baiklah, sesuai permintaanmu, Anna. Mari kita lanjutkan," ucap John dengan yakin.
Dia mulai menggesek-gesekkan kejantanannya dengan bagian tubuh Anna yang lembut dan lembab itu hingga membuatnya semakin basah. Sementara mulutnya berpesta dengan bulatan kembar yang maha indah di d**a Anna, pria itu memperlakukannya dengan penuh kelembutan. Dia mengecupi bulatan kembar itu, menjilatinya, dan mengisap perlahan puncaknya yang berwarna coklat muda kemerahan.
Desahan dan lenguhan Anna memecahkan keheningan malam, pikirannya serasa tumpul dan berkabut. Dia ingin segera menyatukan tubuhnya dengan John. Pria itu jelas telah berhasil membuatnya kehilangan kendali dan kewarasannya.
"Akhh ... a-aku ingin kau di dalamku, John ... please. Jangan tunda lagi, aku ingin sekarang!" rengek Anna untuk pertama kalinya pada seorang pria. Dia tak pernah memohon.
John cukup terkejut dengan reaksi Anna, tapi dia bahagia karena telah berhasil membuat Anna menginginkannya. Dia pun dengan lembut memasuki tubuh molek Anna dengan sekali hunjaman kuat yang membuat selaput dara itu koyak membuat gadis itu menjadi seorang wanita seutuhnya.
Anna terisak pelan sesaat rasa perih itu menyergap tubuh bagian bawahnya yang sensitif.
"Ssshhh ... maafkan aku bila menyakitimu, Anna Sayang!" hibur John sembari mendekap wanitanya, membelai lembut kepala Anna.
Tubuh keduanya masih melebur. John diam tak bergerak hingga isakan itu berhenti, dia pun mulai menggerakkan pinggulnya perlahan. Kenikmatan dan keindahan penyatuan raganya itu memabukkan John. Sementara Anna merasakan juga nikmatnya gesekan otot kewanitaannya dengan milik John yang keras dan penuh di dalam tubuhnya.
Annastacia menutup matanya dan meresapi setiap sentuhan John, bibir pria itu yang mengecupi dadanya saat kedua tangan mereka tertaut di samping kanan kiri kepala Anna. Sedangkan, hunjamannya tak henti membawa Anna melayang hingga langit ketujuh. Jantungnya berdegup kencang sama seperti John yang saling menempel dengan tubuhnya.
"Oohh ... Dear, it's amazing!" desah Anna merasakan tubuhnya seolah meleleh terbakar gairah.
"Aarrgghhh!" geram John saat dirinya mencapai puncak kenikmatannya. Dia lalu berguling ke samping sembari memeluk tubuh Annastacia. "Thank you Anna for this beautiful romance," bisik John lembut.
"Your welcome, John. Aku mencintaimu, bila kau ingin mendengarnya," ucap Annastacia sembari menatap ke dalam mata pria itu.
Senyum terkembang di wajah John, kata-kata sederhana yang baru kali ini dia dengar terucap dari bibir Anna. Mungkin dia sudah menantikannya semenjak mereka bertemu pertama kali sebagai dokter pembimbing dan residen bedah dulu.
Annastacia adalah cinta pertamanya. Gadis yang membuatnya tertarik kepada lawan jenis pertama kalinya karena sebenarnya mereka berdua mirip, sama-sama terlalu berdedikasi dengan pekerjaan sebagai dokter. Jadi tidak pernah ingin memulai sebuah hubungan yang akan menyita waktu dan pikiran.
"Aku sangat menghargainya, Sayang. Sebuah pernyataan cinta darimu itu sangat berharga. Mari kita bersihkan dulu di kamar mandi, Anna. Kalau kau masih ingin bercinta kembali denganku sepanjang malam hingga pagi, aku tidak akan menolaknya," ujar John seraya bangkit dari ranjang dan mengulurkan tangannya untuk membantu Anna bangun.
Malam semakin larut, sepasang kekasih yang baru menemukan cinta dalam hubungan mereka itu pun semakin terbiasa untuk mengungkapkan perasaan mereka dengan sentuhan dan ciuman.
"Apa kau mencukur bulu-bulu di wajahmu secara rutin?" tanya Anna sambil membelai wajah John di bagian pipi dan dagunya yang menggelap.
"Seharusnya setiap hari, tapi kadang aku malas mencukurnya karena pertumbuhannya terlalu cepat. Namun, tiga hari adalah batas terlama bila tidak ingin wajahku tampak seperti preman. Hahaha," jawab John lalu menangkap tangan Anna dan mengecup telapak tangan bagian dalam.
"Kau membuatku geli, John!" seru Anna sembari cekikikan terkena bulu-bulu di sekitar mulut John.
"Aku senang mendengar suara tawa dan desahanmu, Anna. Itu bagaikan nyanyian surga di telingaku," ucap John jujur sekalipun bagi Anna seperti rayuan gombal.
Berbicara mengenai rayuan gombal, itu mengingatkan Annastacia pada pemuda yang sangat pandai menggombal. Jason Channing.
Dia berharap tidak bertemu lagi dengan JC karena takut hatinya akan goyah saat pertemuan mereka kembali. Kini hubungannya dengan John telah menjadi sesuatu yang serius, dia telah menyerahkan keperawanannya kepada pria itu. Mereka pasti akan menikah.