Pacar Settingan Saja

1153 Kata
Pagi harinya, Dokter Annastacia mengunjungi pasien pasca operasinya satu per satu. Setiap hari dia melakukan operasi dan jarang mengambil hari libur, jadi kunjungan visit paginya sangat lama. JC adalah pasien terakhir yang harus dia kunjungi dari total 12 pasien lama dan baru. Anak-anak koasistensi bedah mengikutinya dari belakang untuk mencatat status kondisi pasca operasi. Ketika mereka tiba di ruang perawatan JC, mereka pun mendadak heboh melihat popstar ganteng itu. Sementara JC hanya tersenyum simpul seperti menghadapi fans-fansnya biasanya. Dia masih harus berbaring telungkup di ranjang pasien sesuai perintah Anna. Itu cukup menyiksa karena sangat membosankan dan membuat sebagian tubuhnya pegal serta kaku. "Selamat pagi, Jason. Sepertinya kau punya banyak penggemar calon dokter," sapa Anna riang. JC terkekeh menanggapi ucapan Anna. "Pagi, Anna. Ya begitulah, makanya aku heran ketika tahu kau tidak mengenaliku. Kau yang terlalu serius dengan pekerjaanmu, Anna," balas JC. Tanpa membuang waktu, Dokter Annastacia pun memeriksa kondisi JC secara teliti terutama bekas jahitan operasinya yang ada di bagian punggung. Sebuah garis horisontal yang cukup panjang membujur dari sisi kanan ke kiri tampak mulai mengering sekalipun belum menyatu di permukaan kulitnya karena baru kurang dari 24 jam pasca operasi. "Apa kau merasa sakit, perih, atau sejenisnya?" tanya Anna kepada JC sembari menekan daerah di sekitar luka itu. "Ouch! Kalau kau tekan tentu saja sakit, Anna!" rintih JC. "Kalau tidak kutekan apa juga sakit?" tanya Anna lagi. "Tidak terlalu, biasa saja," jawab JC mengernyitkan kedua alisnya. Dia masih dapat menahan rasa tidak enak yang berasal dari punggungnya itu. "Baiklah, berarti jahitan di punggungmu aman. Pastikan jangan banyak bergerak dulu selama beberapa hari ke depan dan oleskan salepnya 3 kali sehari, kau bisa memanggil suster jaga untuk membantumu mengolesnya, Jason," pesan Anna dengan tegas dan lugas. "Aku ingin kau saja yang mengolesnya, Anna. Tolonglah ...," pinta JC memelas. Anna pun mengalah lalu mengambil tube salep itu dan mengoleskannya perlahan ke punggung JC. Tiba-tiba dari depan pintu kamar perawatan JC terdengar keributan. Seorang wanita cantik nan modis bergaya sedikit heboh memasuki ruangan yang sedikit sesak dengan manusia itu. Sepatu high heels setinggi 15 cm berwarna merah mengetuk-ngetuk lantai marmer ruang perawatan JC saat wanita itu berjalan mendekati ranjang JC. Mini dress tanpa lengan dengan belahan d**a rendah warna putih gading membalut tubuh ramping proporsional itu dipadu dengan tatanan rambut panjang ikal pirang metalik yang mengesankan bahwa wanita itu bukan wanita sembarangan. Manager JC, Max Brury menyapa wanita itu dengan nada hormat sembari berdiri. Lampu blitz kamera berkilat-kilat memotret JC di ranjang dan juga wanita cantik itu. Beberapa wartawan melemparkan pertanyaan bersamaan yang menimbulkan bunyi ribut di dalam ruangan perawatan JC. "Miss Jeanette Knightley, apa yang Anda pikirkan mengenai kecelakaan yang menimpa JC?" tanya wartawan itu. "Apa kalian berpacaran?" tanya wartawan lainnya. "Kapan kalian jadian?" tanya seorang wartawan wanita. "Apa Anda akan menemani hingga JC pulih?" tanya wartawan lainnya lagi. Sementara Jeanette menatap wartawan dengan senyum penuh pesona dan belum mau menjawab pertanyaan yang memberondongnya itu. Dokter Annastacia cukup terkejut dengan kehebohan yang terjadi tiba-tiba itu. Namun, dia segera menguasai dirinya. Kemudian berkata, "Tolong pihak yang tidak berkepentingan keluar dari ruang perawatan pasien. Sebaiknya pasien tidak diganggu dulu karena baru saja pulih dari operasi." "Hey, siapa kamu? Jangan ikut campur urusanku dengan JC!" sembur Jeanette Knightley dengan sinis menunjuk Annastacia sembari tangan satunya bertolak pinggang. "Suster Denise, hubungi security rumah sakit untuk mengusir orang-orang yang melanggar ketertiban rumah sakit," perintah Dokter Annastacia dengan emosi yang terkendali bersedekap tanpa mau terintimidasi oleh penampilan heboh wanita itu. Perawat yang mendapat perintah dari Anna segera merespon dan menelepon petugas security dengan telepon ruang perawatan JC. "JC, kenapa kau diam saja? Wanita itu memperlakukanku dengan buruk!" rajuk Jeanette sembari menarik-narik pergelangan tangan JC di sisi seberang Anna. JC menghela napas lelah, dia tidak suka dengan sifat Jeanette yang lebay dan suka mencari kehebohan dengan publikasi berlebihan. Managemennya memang membuat cerita pacar settingan dengan artis wanita yang sedang naik daun itu. Hanya saja dia tidak nyaman. "Dia dokter bedahku, Dokter Annastacia Brighton, mungkin kau perlu berkenalan dengannya, Jean. Kurasa Dokter Anna benar, kau terlalu heboh dan mengganggu ketenanganku di sini. Suruhlah wartawan itu bubar!" jawab JC memilih membela Anna. "JC! Apa kau tidak merindukanku?" desak Jeanette dengan perasaan terluka dan malu. Petugas security rumah sakit menghambur masuk lalu menggiring wartawan-wartawan itu keluar dari ruang perawatan JC. Mereka mendiamkan Jeanette bersama managernya tetap di ruangan JC. Muka Jeanette bertambah masam menatap Anna dengan tatapan bermusuhan. Dia sama sekali tidak ingin menyapa dokter wanita itu. "JC, apa kau perlu kutemani selama dirawat di sini?" rayu Jeanette dengan nada manja dalam suaranya yang melengking itu. JC mengernyit hanya mendengar suara Jeanette saja karena dia tidak pekak nada. Dia pun menyeringai. "Tidak perlu, Jean. Kau jangan repot-repot nanti kau capek. Apa kau tidak ada jadwal pemotretan atau syuting iklan atau film?" selidik JC untuk mengusir wanita itu. "Ada banyak jadwal kontrak, tapi aku khusus terbang dari Holywood kemari hanya untuk merawatmu, JC," ujar Jeanette sok perhatian. "Ehh ... lebih baik kau menyelesaikan pekerjaanmu saja karena itu lebih penting, Jean. Aku sudah dirawat oleh banyak orang di sini," tolak JC lagi. Dokter Annastacia seolah terjebak dalam drama sepasang kekasih yang tak harmonis. Dia merasa jengah. Lalu dia pun berkata, "Jason, kurasa waktu kunjunganku sudah habis. Aku permisi dulu ya, sampai jumpa kunjungan besok pagi lagi." "Oohh tunggu Anna! Kuharap kau akan mengunjungiku nanti sore sebelum pulang kerja, apa kau mau?" ucap JC penuh harap. Anna menatap JC dan pacar artisnya bergantian. Dia merasa sungkan bila mengganggu hubungan mereka. "Aku tak bisa janji, Jason. Mungkin bila aku sempat aku akan mampir nanti sore," jawab Anna. Dia pun berlalu dari ruang perawatan JC bersama anak-anak koasistensi bedah yang mengekorinya. "Kurasa JC tidak menyukai Jeanette sama seperti yang digosipkan di media entertainment. Bagiku mereka jauh dari couple goals," komentar salah satu anak koasistensi bedah itu. "Aku pun tak akan mau punya pacar yang lebay seperti Jean sekalipun yaaa ... lumayan cantik dan seksi," sahut rekan laki-lakinya. Anna hanya mendengarkan percakapan juniornya itu masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Dia merasa berpacaran dengan popstar terkenal itu tidak menarik dan melelahkan dengan publisitas yang berlebihan. Mungkin John lebih cocok untuknya, pria itu rekan kerjanya yang sempurna dan memiliki kepribadian yang sangat menyenangkan sekalipun dia belum terbiasa dengan pertunangan mereka yang mendadak. "Hai, Dokter Anna!" sapa pria yang berpapasan dengannya di koridor depan lift lantai dua. "Ehh ... John?" sahut Anna terkejut karena pikirannya melantur saat berjalan. "Mau kemana?" tanya Dokter John Baldere menjaga jarak dengan Anna di hadapan junior-juniornya. "Ke lantai 1 mengecek ER, mungkin ada pasien yang menantiku. Anda mau ke mana Dokter John?" balas Anna dengan resmi. "Aku ingin kembali ke ruang praktikku pasca visit pasien pagi. Ohh ... liftnya sudah datang. Kau bisa duluan, Dokter Anna," ujar Dokter John Baldere menahan pintu lift untuk Anna dan anak-anak koas bedah itu. "Thanks, Dokter John. Sampai jumpa nanti sore," balas Anna sembari menyunggingkan senyum di bibirnya. Pintu lift itu pun menutup memisahkan mereka berdua yang saling bertatapan dan bertukar senyuman.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN