Mendadak Jadi Tunangan Bos

1036 Kata
Seusai sarapan lezat yang mengenyangkan, Anna berpamitan pada JC untuk berangkat kerja. Dia menyetir sendiri Mini Cooper berwarna maroon miliknya itu ke Wyndham International Hospital. JC melepas kepergian Anna di lobi Hotel Northern Light itu dengan lambaian tangan. Hari ini adalah hari terakhir tour concert JC. Dia akan tampil di sebuah mall besar di Grenada, acaranya indoor untungnya. Cuaca winter kali ini begitu buruk, salju turun terus sepanjang hari. JC tidak yakin penonton konsernya akan sebanyak biasanya. Sementara Anna menyetir mobilnya melalui jalanan bersalju dengan hati-hati. Sepanjang perjalanan ke rumah sakit dia melihat banyak mobil derek beroperasi memindahkan mobil-mobil yang macet karena cuaca yang bersalju parah ini. Anna berharap pasiennya hari ini tidak akan membludak karena kecelakaan lalu lintas. Akhirnya, diapun sampai di parkiran basement Wyndham International Hospital, tempat kerjanya. Anna turun membawa buket bunga pemberian JC dan memanggul ransel navy miliknya. Dia berjalan ke lift untuk naik ke lantai 3 ruang kerjanya. Pagi itu begitu sepi, perawat yang biasa berjaga di meja pendaftaran praktik spesialis bedah di sebelah ruangannya tidak di tempat. Aneh sekali! pikir Anna. Koridor unit bedah juga kosong tak ada satu manusia pun di sana. Anna segera bergegas masuk ke ruang kerjanya lalu meletakkan tas ranselnya. Dia mencari vas keramik untuk menaruh bunga mawar merah muda cantik itu dan merendam batang bunga itu dengan air agar tidak cepat layu. Ketika Anna sudah selesai mengurusi bunga-bunga mawar cantik itu, seorang perawat masuk ke ruang kerjanya dan meminta Anna turun ke lantai lobi rumah sakit karena ada hal penting yang ingin dibicarakan oleh Dokter John Baldere. Anna mengenakan baju sneli putihnya di luar kemeja sutra ungu tuanya dan celana panjang hitam sutra woolnya. Tak lupa Anna mengikat rambut coklat kemerahannya yang panjang dengan model ekor kuda. Kemudian dia turun dengan lift ke lantai lobi. Lobi Wyndham International Hospital seperti disulap oleh peri hutan, di berbagai titik di lantai lobi rumah sakit itu ditempatkan pot keramik berisi bunga segar beraneka jenis dan warna. Anna merasa terkejut dan bingung, ada acara apa sebenarnya hari ini. Dia tidak tahu sendiri, sedangkan penghuni rumah sakit yang lainnya seolah mengetahui acara meriah yang tengah diadakan di sana. Dokter John Baldere berjalan mendekat ke Anna yang masih berdiri mematung bingung di depan lift. "Selamat pagi, Dokter Anna. Apa kau terkejut?" tanyanya sembari tersenyum tipis yang menambah kadar ketampanannya. "Eehhh ... Dokter John ada acara apa hari ini sepertinya begitu heboh?" tanya Anna balik dengan wajah penasaran menatap seisi lobi rumah sakit. John merangkul bahu Anna, diapun berbisik di samping telinga gadis itu, "Kaulah bintang acara ini, Dear Anna." Anna berhenti berjalan dan mengangkat kedua alisnya keheranan menoleh ke arah John. "Bagaimana bisa ...?" 'Rupanya Dokter Phillip Brighton belum memberitahu Anna tentang acara pertunangan ini,' batin John dengan agak kecewa. "Anna, hari ini adalah hari pertunangan kita. Kemarin malam ayahku bertemu dengan Dokter Phillip dan merek sepakat untuk menjodohkanku denganmu," terang John dengan sabar. "Well, ini terlalu mendadak dan a-aku tak siap ... lebih tepatnya bingung, John!" cicit Anna panik. "Tak perlu banyak berpikir, Anna. Segalanya sempurna ... kau dan aku. Kita sama-sama dokter yang sukses. Semua keluarga kita pun dokter yang berpraktik aktif di Wyndham Hospital, ayah ibumu, dan kedua kakakmu," jawab John dengan diplomatis. Dalam hati Annastacia menjerit, apakah dia harus menerima perjodohan darah biru yang tidak dia inginkan? John Baldere memang tampan, berkharisma, muda, dan sukses. Dia dokter idola di rumah sakit ini sekaligus pewaris kerajaan bisnis Wyndham Hospital International. Dia pria lajang potensial. 'A perfect bachelor, but ... I am unready to get married now,' rutuk Anna frustasi dalam hatinya. "John ... haruskah hari ini?" tawar Anna memelas. "Yes, Sweetpie. Kau wanita yang tepat untuk jadi pendamping hidupku," jawab John bersikukuh sembari melingkarkan lengannya ke pinggang ramping Annastacia. Anna menghela napas dalam-dalam, dia menoleh ke samping. Ayahnya mendekati mereka berdua sembari tersenyum bahagia. Hatinya sebaliknya terasa berat seperti dibebani jangkar kapal yang akan menenggelamkan dirinya ke laut. "Selamat pagi, Anna Sayang. Rupanya kau sudah berbicara dengan John. Apa kau siap bertunangan dengannya?" ujar Dokter Phillip Brighton sambil memperhatikan raut wajah puteri bungsunya. "Pa ...aku terkejut dan tak siap. Apa yang harus aku lakukan, Pa?" balas Anna dengan nada stres. Dokter Phillip Brighton pun memeluk puteri bungsunya itu dan membelai kepala Anna. "Kau wanita yang cerdas, Anna. Papa yakin kamu pasti akan memutuskan pilihan yang terbaik. John adalah calon suami yang sempurna untukmu. Kalian pun bekerja bersama di rumah sakit, pasti sangat menyenangkan bila hidup dengan orang yang mengerti profesimu, Anna, sama seperti Papa dan Mamamu," nasihatnya. Anna melepaskan pelukannya di tubuh ayahnya, dia menatap wajah ayahnya itu. Diapun mengerti bahwa apa yang dikatakan ayahnya itu benar. Lagipula ini hanya sebuah pertunangan, bukan pernikahan. Dia bisa memiliki waktu untuk berpikir nanti. "Baiklah, John, aku setuju dengan pertunangan ini, tapi tolong beri aku waktu untuk berpikir lebih lama lagi sebelum kita memutuskan untuk menikah," ujar Annastacia menatap John Baldere yang bernapas lega. "Pasti, Anna. Aku akan membuatmu jatuh cinta kepadaku, percayalah ...," jawab John lalu mengulurkan tangannya pada Annastacia. Tangan Annastacia menerima uluran tangan John, mereka pun berjalan bersisian ke tengah lobi dimana kursi-kursi yang dihias kain nilon dan bunga disusun berderet-deret rapi untuk karyawan rumah sakit dan undangan acara pertunangan itu. Semua mata tertuju pada pasangan muda yang menjadi buah bibir di rumah sakit itu karena profesionalitas mereka berdua. Sebuah lagu dari Laura Pausini dimainkan untuk mengiringi acara pemasangan cincin pertunangan itu. "You are my shelter, my tears and laughter ... The sunlight and the wind, you are my angel ... you are the joy that love can bring ..." Bunyi refrain lagu itu. Hati Anna dipenuhi perasaan bahagia yang dia tidak pahami. Apakah ini cinta? Baginya John adalah sahabat dan partner kerjanya yang terbaik. Tapi, dia tidak pernah memperhatikan perasaan John kepadanya, hanya sekedar rekan seprofesi saja. Pria itu pandai menyembunyikan perasaan sukanya. Mereka sudah hampir 3 tahun bekerja bersama di rumah sakit ini sejak Annastacia menjadi residen bedah, tapi tidak pernah terlintas di benak Anna bahwa pria itu mencintainya. John tersenyum dengan tatapan lembut pada Anna yang memasangkan cincin pertunangan ke jari manisnya. Wanita itu adalah pujaan hatinya sejak mereka pertama kali bertemu di ruang operasi beberapa tahun lalu. Cerdas dan dapat diandalkan itulah Anna-nya. John berharap Anna akan mencintainya dengan perasaan yang sama besarnya dengannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN