“Kamu yakin tidak mau bawa mobil, Ailen?” tanya Bellona, menatap ke arah putrinya lekat. Raut wajahnya tampak cemas, takut terjadi hal buruk karena Ailen yang pulang menggunakan taksi. Padahal dulu putrinya itu selalu menaiki mobil pribadi kemanapun dia pergi. “Kalau tidak, biar kamu diantar supir, ya?” tawar Bellona. Rasanya tidak ingin melepaskan putrinya. Dia ingin Ailen menginap di rumah, tetapi putrinya itu malah menolak dan mengatakan untuk pulang ke rumah sang suami. Ailen yang melihat kecemasan di wajah sang mama mulai mengulas senyum tipis. Tangannya terulur, meraih jemari Bellona dan menggenggam lembut. Selalu timbul rasa bersalah jika dia bertemu dengan kedua orang tuanya. Pasalnya, kedua orang tuanya menderita karena dirinya. Hingga Ailen yang merasa akan ada air mata yang ja